Senin, 29 Februari 2016

Q002004001 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-4, Kata "walladziina")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الٓمٓ

ذٰلك الكتٰبُ لا ريبَ فيهِ هدًى لّلمتّقِينَ

الّزين يؤمنُونَ بالغيبِ ويقيمُينَ الصّلوٰةَ وممَّا رذقنٰهُم ينفقُونَ

والّذين يؤمنُينَ بمآ أنزل إليكَ ومآ أنرل من قبلكَ وبآلءاجرةِ هُم يوقنُينَ

Insyaa' Allah hari ini kita mulai pembahasan ayat ke-4 dari surat Al-Baqarah. Kata pertama yaitu walladziina (وَالَّذِينَ) = dan yang mereka, dimana pembahasannya merupakan pengulangan kata alladziina dari ayat sebelumnya. 

Kemaren, kita telah membahas kata yunfiquuna (ينفقُونَ) = mereka (laki2 sedang, akan dan senantiasa) memberi nafkah. Kata yunfiquuna (ينفقُونَ) dalam ayat ke-3 surat Al-Baqarah ini dikaitkan atau muta'aliq (متعلق) dengan kata jarr wa majrur mimma (ممَّا), karena setiap kata jarr terkait dengan kata kerja.

Kata kita hari ini walladziina (والّذين) = dan yang mereka (laki2), terdiri dari dua kata. Yang pertama waw 'athaf atau kata penyambung/penggabung, yaitu wa (وَ) = dan, yang menggabungkan kata alladziina (الّذين) yu'minuuna (يؤمنُونَ) sebelumnya yaitu awal ke-3 dengan kata yang sama alladziina (الّذين) yu'minuuna (يؤمنُونَ) di ayat ke-4 ini.

Yang kedua dari kata walladziina adalah kata alladziina (الّذين) = yang (mereka), yaitu isim maushul atau kata penghubung yang menghubungkan kata sebelumnya yaitu kata alladziina di ayat sebelumnya (awal ayat ke-3) dengan kata sesudahnya (shilah) pada ayat ke-4 ini.

Seperti sudah kita bahas sebelumnya bahwa setelah isim maushul wajib terdapat shilah yang menjelaskan maknanya. Disyaratkan dalam shilah isim maushul ini mengandung dhamir ('aaid) yang sesuai terhadap maushulnya. Dengan kata lain, apabila maushulnya mufrad (tunggal), maka dhamirnya mufrad, apabila maushulnya mudzakkar (jenis laki2), maka dhamirnya mudzakkar, apabila maushulnya selain dari keduanya, maka dhamirnya pun disesuaikan pula dengannya.

Kata alladziina (الّذين) di dalam Al-Quran terdapat sebanyak 999 kali sedangkan kata walladziina (والّذين) terdapat sebanyak 164 kali.

1.0. indek = Q002004001
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 4
1.3. no kalimat = 1
2.0. Qur'anic = وَالَّذِينَ
2.1. Tarjamah = dan yang mereka
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = وَ
3.1. Tarjamah = dan
3.2. Jenis kalimat = حرف
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.1. Tarjamah = 
5.2. Jenis kalimat = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = الّذى
6.1. Tarjamah = yang mereka
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = 
7.1. Tarjamah = 
7.2. Jenis kalimat = 

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawaabi.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Minggu, 28 Februari 2016

Q002003008 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-3, Kata "yunfiquuna")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الٓمٓ

ذٰلك الكتٰبُ لا ريبَ فيهِ هدًى لّلمتّقِينَ

الّذين يؤمنُونَ بالغيبِ ويقيمُونَ الصّلوٰةَ وممّا رزقنٰهُم ينفقُونَ

Alhamdulillah, insyaa' Allah hari kita tuntaskan pembahasan kata ke-8 dari ayat ke-3 surat Al-Baqarah, yaitu kata yunfiquuna (يُنفِقُونَ) = mereka (laki2 sedang, akan dan senantiasa) menafkahkan.

Kemaren sudah kita bahas kata razaqnaahum (رزقنٰهُم) = Kami telah beri rezki mereka, dan sebelumnya juga sudah kita bahas kata wamimma (وممَّا) = dan dari yang (apa-apa). Kita udah sebutkan bahwa kata maa (مَا) adalah huruf maushul yang tidak mepunyai 'aid tetapi mempunyai shilah. Shilah dari kata maa (مَا) tersebut adalah razaqa (رزقنٰهم).

Kata yunfiquuna (ينفقُونَ) terdiri dari dua kata, yang pertama kata yunfiqu (ينفقُ) = (dia laki2 sedang, akan dan senantiasa) memberi nafkah atau menafkahkan, yaitu fi'il mudhari' dari kata fi'il madhi anfaqa (أَنْفَقَ) = (dia laki2 telah) memberi nafkah atau menafkahkan. Kata fi'il madhi anfaqa (أنفق) ini merupakan fi'il mazid (kata kerja turunan) dengan wazan/rumus af'ala (أَفْعَلَ) dari kata kerja asli (fi'il mujarrad) nafaqa (نَفَقَ).

Kedua adalah kata isim fa'il (pelaku atau subjek) berupa dhamir orang ketiga laki2 jamak (atau disebut juga sebagai dhamir al-waw) -una (ونَ) = mereka (laki2). Jadi perubahan dhamir (tashrif lughawi) kata fi'il mudhari' adalah dari pelaku orang laki2 ketiga tunggal atau mufrod huwa (هو) yang merupakan dhamir mustatir (tersembunyi - tidak dituliskan) mejadi orang laki2 ketiga jamak al-waw (ونَ) yang merupakan dhamir muttashil (bersambung dengan kata lain dalam hal ini kata fi'il mudhari').

Seperti sudah kita bahas sebelumnya bahwa dhamir adalah isim mabni (tidak berubah harakat akhirnya). Huruf akhir yang tidak berubah harakatnya ini disebut bina (lawan nya i'rab - huruf akhir yang berubah harakatnya). Meskipun berfungsi sebagai isim marfu' (subjek), harakat huruf terakhir dhamir tidak berubah menjadi dhammah.

Kata yunfiquuna (ينفقُونَ) ini di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyak 22 kali sementara akar kata nafaqa (نفق) terdapat sebanyak 111 kali. 

1.0. indek = Q002003008
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 3
1.3. no kalimat = 8
2.0. Qur'anic = يُنفِقُونَ
2.1. Tarjamah = mereka (laki2 sedang, akan dan senatiasa) menafkahkan 
2.2. Jenis kalimat = فعل
3.0. Awalan1 = 
3.1. Tarjamah = 
3.2. Jenis kalimat = 
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = ونَ
5.1. Tarjamah = mereka
5.2. Jenis kalimat = إسم
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = أَنْفَقَ
6.1. Tarjamah = (dia laki2 telah) menafkahkan
6.2. Jenis kalimat = فعل
7.0. Akar kalimat = نَفَقَ
7.1. Tarjamah = (dia laki2 telah) menghabiskan
7.2. Jenis kalimat = فعل

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawaabi.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Sabtu, 27 Februari 2016

Q002003007 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-3, Kata "razaqnaahum")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الٓمٓ

ذٰلك الكتٰبُ لا ريبَ فيهِ هدًى لّلمتّقِينَ

الّذينَ يؤمنُونَ بالغيبِ ويقيمُونَ الصّلوٰةَ وممَّا رزقنٰهُم ينفقُونَ

Alhamdulillah, insyaa' Allah hari ini kita lanjutkan pembahasan kata ke-7 dari ayat ke-3 surat Al-Baqarah, yaitu kata razaqnaahum (رَزَقْنٰهُمْ) = Kami telah beri rezki mereka.

Kemaren kita telah bahas huruf waw (وَ = dan) isti'naafiyah atau ibtida-iyah yaitu huruf waw yang terletak diawal kata atau kalimat dan tidak berfungsi atau tidak menghubungkan dengan kata lain seperti huruf waw (وَ = dan) athaf. 

Kemudian kita juga membahas huruf maushul maa (ما) = yang (apa). Huruf maushul adalah huruf penyambung kepada kata lain (shilah) tapi tidak butuh atau tidak disambungkan dengan dhamir ('aid). Berbeda dengan isim maushul seperti alladziina (الّذين) menyambungkan shilah dengan 'aid-nya yaitu hum (هُمْ) = mereka laki-laki. Huruf maushul dan shilahnya diartikan sebagai masdar sehingga huruf maushul disebut juga huruf masdariyah.

Huruf maushul adalah huruf mabni, ada beberapa dan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Maa (ما) = yang (apa), menghubungkan kepada isim shilah tidak berakal.
2. An (أن) = yang (bahwa), menghubungkan kepada shilah jumlah fi'liyah.
3. Anna (أنّ) = yang (bahwa), menghubungkan kepada shilah jumlah ismiyah.
4. Lau (لو) = yang (kalau), menghubungkan kepada shilah jumlah mufiidah terutama fi'il madhi dan mudhari'.
5. Kay (كي) = yang (supaya), menghubungkan kepada shilah jumlah fi'liyah terutama fi'il mudhari'.

Hari ini kata kita adalah razaqnaahum (رزقنٰهُم) = Kami telah beri rezki mereka, terdiri dari kata kerja atau fi'il madhi razaqa (رَزَقَ) = dia laki-laki telah memberi rezki, isim fa'il (pelaku) berupa dhamir nahnu mattashil yaitu naa (نَا) = kami, dan isim nashab (objek) atau mafhul bih berupa dhamir huwa muttashil yaitu hum (هُمْ) = mereka.

Telah kita bahas sebelumnya bahwa kata kerja bentuk lampau atau fi'il madhi kalau isim fa'ilnya adalah dhamir muttashi nahnu maka wazan/rumus tashrif lughowi nya adalah fa'alnaa (فعلْنَا), dengan demikian fi'il madhinya menjadi razqnaa (رزقْنَا). 

Kata isim mafhul bih atau nashab (objek) dari kata razaqnaa (ورقنَا) adalah isim dhamir huwa jamak muttashal hum (هُمْ). Dengan demikian kata ke-7 ayat ke-3 surat Al-Baqarah ini ditulis menjadi razaqnaahum (رزقنَاهُم) atau razaqnaahum (وزقنٰهُم) berdasarkan mushah Al-Qur'an Rasmul Utsmani (tatacara penulisan yang dipelopori oleh Khalifah Ustman bin Affan RA). Keduanya وزقنَاهُم atau رزقنٰهُم mempunyai makna dan lafazh yang sama.

Kata razaqnaahum (رزقنٰهُم) di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyak 13 kali dan akar kata razaqa (رزق) terdapat sebanyak 123 kali.

1.0. indek = Q002003007
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 3
1.3. no kalimat = 7
2.0. Qur'anic = رَزَقْنٰهُمْ
2.1. Tarjamah = Kami beri rezki mereka
2.2. Jenis kalimat = فعل
3.0. Awalan1 = 
3.1. Tarjamah = 
3.2. Jenis kalimat = 
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = نَا
5.1. Tarjamah = Kami
5.2. Jenis kalimat = إسم
5.3. Akhiran2 = هُمْ
5.4. Tarjamah = mereka
5.5. Jenis kalimat = إسم
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = رَزَقَ
6.1. Tarjamah = dia laki2 telah memberi rezki
6.2. Jenis kalimat = فعل
7.0. Akar kalimat = رَزَقَ
7.1. Tarjamah = dia laki2 telah memberi rezki
7.2. Jenis kalimat = فعل

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawaabi.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Q002003006 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-3, Kata "wamimmaa")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الٓمٓ

ذٰلك الكتٰبُ لا ريبَ فيهِ هدًى لّلمتّقِينَ

الّذين يؤمنُونَ بالغيبِ ويقيمُونَ الصّلوٰةّ وممّا رزقنٰهُم ينفقونَ

Alhamdulillah kita masih diberikan kesempatan oleh Allah Azza wa Jalla untuk melanjutkan pembahasan kata per kata (alfaazha) ayat-ayat Al-Qur'an Al-Kariim. Mudah-mudahan kita dapat mensyukuri nikhmat Allah berupa kesempatan yang berharga ini dengan senantiasa istiqamah beribadah kepadaNya sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.

Kemaren kita sudah membahas kata ash-shalaata (الصّلوٰةَ) dimana kata shalaata (صلوٰةَ) = shalaat, berasal dari kata isim muballaghah shalaata (َصلاة) = shalaat. Perubahan atau perbedaan penulisan shalaata (صلوٰةَ) dengan shalaata (صلاةَ) dimana yang satu menggunakan waw (و) dan satu lagi menggunakan huruf alif (ا) setelah huruf lam (ل) tidak mempengaruhi makna dan lafazh. Penulisan mushaf Al-Qur'an berdasarkan Rasmul Ustmani.

Insyaa' Allah pada hari ini kita akan membahas kata ke-6 dari ayat ke-3 surat Al-Baqarah, yaitu kata wamimmaa (وَمِمَّا) = dan (sebagian) dari (apa-apa) yang.

Kata wamimmaa (وممَّا) terdiri dari huruf wa (َو) = dan, adalah waw isti'naafiyah atau ibtida-iyah atau huruf yang ada pada permulaan kata, huruf jarr min (مِن) = dari, dan huruf maa (مَا) = yang, yaitu huruf maushul. 

Kata wamimmaa merupakan atau menempati isim majrur karena ada huruf jarr min (من), tetapi karena huruf maushul maa (ما) adalah mabni maka harakatnya tetap fathah - tidak berubah menjadi kasrah. Berdasarkan ilmu tajwid yaitu idgham, bahwa huruf nun (ن) pada huruf jarr min (من) ini menjadi atau dibaca mim jika disambung dengan mim lagi pada huruf maushul maa (ما) sehingga menjadi mimmaa (ممّا).

Kata wamimmaa (وممّا) di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyak 11 kali, sementara kata mimmaa (ممّا) terdapat sebanyak 122 kali.

1.0. indek = Q002003006
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 3
1.3. no kalimat = 6
2.0. Qur'anic = وَمِمَّا
2.1. Tarjamah = dan dari (apa-apa) yang
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = وَ
3.1. Tarjamah = dan
3.2. Jenis kalimat = حرف
3.3. Awalan2 = مِن
3.4. Tarjamah = dari
3.5. Jenis kalimat = حرف
3.6. Awalan3 = 
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = مَا
6.1. Tarjamah = yang
6.2. Jenis kalimat = حرف
7.0. Akar kalimat = 
7.1. Tarjamah = 
7.2. Jenis kalimat = 


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawaabi.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Kamis, 25 Februari 2016

Q002003005 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-3, Kata "ash-shalaata")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الٓمٓ

ذٰلك الكتٰبُ لا ويبَ فيهِ هدًى لّلمتّقِينَ

الّذين يؤمنُونَ بالغيبِ ويقيمُونَ الصّلوٰةَ وممَّا رزقنٰهُم ينفقُونَ

Alhamdulillah kita bertahmid kehadirat Allah SWT atas segala nikhmat yang telah Allah limpahkan kepada kita semua, semoga kita dapat mensyukurinya dengan semakin ta'at ber-ibadah kepada Allah Azza wa Jalla, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.

Insyaa' Allah pada hari ini kita masih akan melanjutkan pembahasan kata per kata dari ayat ke-3 surat Al-Bakarah. Hari ini kata ke-5 adalah ash-shalaata (ٱلصَّلَوٰةَ) = shalaat.

Kata ash-ashalaata (الصّلوٰةَ) adalah kata isim muannats (jenis perempuan), terdiri dari huruf alif lam ma'rifat (ال) = yang, ini atau itu, dan kata shalaata (صلوٰةَ) = do'a yang khusuk/kuat atau shalaat. 

Kata shalaata (صلوٰةَ) berasal dari kata shalaata (صلاة) dari wazan/rumus فَعال yaitu isim mubalaghah (yang menguatkan/sangat) dari kata fi'il madhi صَلِيَ dan fi'il mudhari' يَصْلَى. 

Sebagaimana telah kita bahas sebelumnya bahwa jika huruf 'illat waw (و) berada diakhir kata berubah menjadi ya (ي). Dengan demikian akar kata صلو berubah menjadi صلي.

Dalam ayat ke-3 ini, kata ash-ashalaata (الصّلوٰةَ) adalah isim nashab (objek) mafhul bih dari pelaku yaitu kata yuqiimuuna (يقيمُونَ), dengan demikian i'rab kata ash-shalaata harus fathah - sebagaimana sebelumnya bahwa ciri utama 'i'rab isim nashab (objek) adalah fathah.

Kata shalaata (صلوٰةَ) di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyak 83 kali, sementara akar kata shalawa (صلو) terdapat sebanyak 99 kali.

1.0. indek = Q002003005
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 3
1.3. no kalimat = 5
2.0. Qur'anic = الصّلوٰةَ
2.1. Tarjamah = shalaat
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = ال
3.1. Tarjamah = yang, ini, itu
3.2. Jenis kalimat = حرف
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = صَلَاة
6.1. Tarjamah = do'a yang khusuk/kuat, shalaat
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = صلو
7.1. Tarjamah = (dia laki2 telah) berdo'a/shalat
7.2. Jenis kalimat = فعل


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawaabi.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Rabu, 24 Februari 2016

Q002003004 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-3, Kata "wayuqiimuuna")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الٓمٓ

ذٰلك الكتٰبُ لا ريبَ فيهِ هدًى لّلمتّقِينَ

الّذين يؤمنُونَ بالغيبِ ويقيمُونَ الصّلوٰةَ وممّا رزقنٰهُم ينفقُونَ

Alhamdulillah wasyukurillah kita masih diberi kesempatan untuk membahas ayat Al-Qur'an kata per kata (alfaazha). Insyaa' Allah hari ini kita akan membahas kata ke-4 dari ayat ke-3 surat Al-Baqarah, yaitu kata wayuqiimuuna (وَيُقِيْمُوْنَ) = dan mereka mendirikan.

Kata wayuqiimuuna (ويقيمون) terdiri dari huruf 'athaf wa (وَ) = dan - yaitu huruf penyambung dua kata atau lebih (dari jenis yang sama), kata fi'il mudhari' yuqiimu (يُقِيْمُ) = dia laki sedang, akan dan senantiasa mendirikan, dan kata isim dhamir mutashal (terhubung) sebagai fa'il (pelaku) orang ketiga laki2 jamak al-waw (ونَ) = mereka atau orang-orang (laki2). 

Beberapa waktu yang lewat sudah kita bahas huruf penghubung ('athaf) yang menghubungkan dua kata atau lebih. Kata yang dihubungkan atau kata sebelum huruf 'athaf disebut ma'thuf. Untuk 'athaf wa (وَ), i'rab (perubahan harakat huruf akhir) kata yang menghubungkan atau setelah huruf 'athaf mengikuti i'rab kata ma'thufnya.

Jadi kata 'athaf wa (وَ) ini menghubungkan kata kerja yuqiimu (يقيمُ) kepada kata ma'thufnya yaitu mu'minu (مؤمنُ). Dengan demikian i'rab kata yuqiimu adalah rafa' mengikuti i'rab kata mu'minu yang juga rafa' dan pelakunya (fa'il) sama yaitu dhamir mutashal al-waw (ونَ).

Kata yuqiimuuna (يقيمون) terdapat di dalam Al-Qur'an sebanyak 6 kali, sedangkan akar kata qawama (قوم) terdapat sebanyak 660 kali.

1.0. indek = Q002003004
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 3
1.3. no kalimat = 4
2.0. Qur'anic = وَيُقِيْمُوْنَ
2.1. Tarjamah = dan mereka laki2 sedang, akan dan senantiasa mendirikan 
2.2. Jenis kalimat = فعل
3.0. Awalan1 = وَ
3.1. Tarjamah = dan
3.2. Jenis kalimat = حرف
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = ونَ
5.1. Tarjamah = mereka, orang-orang
5.2. Jenis kalimat = إسم
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = أَقَامَ
6.1. Tarjamah = dia laki2 telah mendirikan
6.2. Jenis kalimat = فعل
7.0. Akar kalimat = قوم
7.1. Tarjamah = dia laki2 telah berdiri
7.2. Jenis kalimat = فعل


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawaabi.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Selasa, 23 Februari 2016

Q002003003 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-3, Kata "bilghaibi")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الٓمٓ

ذٰلك الكتٰبُ لا ريبَ فيهِ هدًى لّلمتّقِينَ

الّذين يؤمنُونَ بالغيبِ ويقمُونَ الصّلوٰةَ وممَّا رزقنٰهُم ينفقُونَ

Alhamdulillah, insyaa' Allah hari ini kita lanjut pembahasan kata ke-3 dari ayat ke-3 surat Al-Baqarah, yaitu kata bilghaibi (بِالْغَيْبِ) = dengan yang ghaib.

Kata bilghaibi terdiri dari huruf jarr bi () = dengan, huruf alif lam ma'rifat (ال) = yang, dan kata ghaibi (غّيْبِ) = ghaib.

Kata ghaib (غَيْب) merupakan isim dari kata kerja yang berasal dari akar kata ghayaba (غيب). Fi'il madhinya adalah ghaaba (غَابَ) dan fi'il mudhari'nya adalah yaghiibu (يَعِيْبُ).

Seperti sudah kita bahas sebelumnya bahwa huruf 'illat ya (ب) jika terdapat ditengah kata maka dia berubah menjadi huruf alif (ا).

I'rab (harakat huruf terakhir) kata bilghaibi adalah kasrah karena ada awalan huruf jarr bi (بِ) yang membuat huruf ba terakhir menjadi kasrah. Jadi kata bilghaibi adalah kata isim jarr wa majrur. Di dalam ayat ke-3 ini, kata bilghaibi (بالغيبِ) bertindak sebagai khabar (keterangan) yang berupa syibhul jumlah (frasa atau kata majemuk tidak lengkap) dari kata mubtada (subjek) yu'minuuna.

Rangkaian kata yu'minuuna bilghaibi (يؤمنُونَ بالغيبِ) adalah kata kerja majemuk  (jumlah fi'iliyah), yaitu kata majemuk yang diawali dengan kata kerja. Kata kerja majemuk atau kalimat atau pokok pembicaraan mengenai yu'minuuna bilghaibi ini dihubungkan oleh alladziina kepada kata muttaqiina (متّقِينَ) dari ayat sebelumnya.

1.0. indek = Q002003003
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 3
1.3. no kalimat = 3
2.0. Qur'anic = بِٱلْغَيْبِ
2.1. Tarjamah = dengan yang ghaib
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = بِ
3.1. Tarjamah = dengan 
3.2. Jenis kalimat = حرف
3.3. Awalan2 = ال
3.4. Tarjamah = yang
3.5. Jenis kalimat = حرف
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = غَيْب
6.1. Tarjamah = ghaib 
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = غيب
7.1. Tarjamah = (dia laki2 telah menjadi) ghaib, tidak tampak, to be unseen
7.2. Jenis kalimat = فعل


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawaabi.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Senin, 22 Februari 2016

Q002003002 (Surat Al-Baqarah, Ayat je-3, Kata "yu'minuuna")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الٓمٓ

ذٰلك الكتٰبُ لا ريبَ فيهِ هدًى لّلمتّقِينَ

الّذينَ يؤمنُونَ بالغيبِ ويقيمُونَ الصّلوٰةَ وممَّا رزقنٰهُم ينفقُونَ

Alhamdulillah kita panjatkan kepada Allah Azza wa Jalla, atas segala nikhmat yang kita peroleh sampai saat ini. Insyaa' Allah hari kita lanjutkan dengan kata ke-2 dari ayat ke-3 surat Al-Baqarah, yaitu kata yu'minuuna (يؤمنونَ) = (orang-orang atau mereka laki-laki sedang, akan dan senantiasa) berimam.

Kata yu'minuuna terdiri dari dua kata, pertama kata fi'il mudhari yu'minu (يُؤْمِنُ) = dia laki-laki sedang, akan dan senantiasa beriman, kedua isim dhamir orang ketiga laki-laki jamak (ونَ). Fi'il madhi dari kata yu'minu (يؤمن) adalah aamana (آمَنَ) = dia laki-laki telah beriman.

Kemaren kita sudah membahas ulang kata alladziina yang merupakan isim maushul atau kata penghubung antara kalimat atau pokok pembicaraan. Kata alladziina menghubungkan kata lilmuttaqiina pada akhir ayat ke-2 dengan kata yu'minuuna pada ayat ke-3 ini.

Kata yu'minuuna (يؤمنُونَ) di dalam Al Qur'an terdapat sebanyak 87 kali, sedangkan akar kata aamana (آمن) terdapat sebanyak 879 kali.


1.0. indek = Q002003002
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 3
1.3. no kalimat = 2
2.0. Qur'anic = يُؤْمِنُوْنَ
2.1. Tarjamah = mereka laki2 sedang, akan dan senantiasa beriman
2.2. Jenis kalimat = فعل
3.0. Awalan1 = 
3.1. Tarjamah = 
3.2. Jenis kalimat = 
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = ونَ
5.1. Tarjamah = mereka, orang-orang (jamak) laki2
5.2. Jenis kalimat = إسم
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = أَمَنَ
6.1. Tarjamah = beriman
6.2. Jenis kalimat = فعل
7.0. Akar kalimat = امن
7.1. Tarjamah = (dia laki2 telah) beriman
7.2. Jenis kalimat = فعل


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawaabi.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Minggu, 21 Februari 2016

Q002003001 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-3, Kata "alladziina")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabaraktuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الٓمٓ

ذٰلك الكتٰبُ لا ريبَ فيهِ هدًى لّلمتّقِينَ

الّذينَ يؤمنُونَ بالغيبِ ويقيمُونَ الصّلوٰةَ وممَّا رذقنٰهُم ينفقُونَ

Alhamdulillah kita sudah menyelesaikan pembahasan ayat ke-2 surat Al-Baqarah. Insyaa' Allah hari ini kita akan mulai pembahasan kata pertama dari ayat ke-3 surat Al-Baqarah, yaitu kata alladziina (الّذين) = orang-orang (mereka) yang.

Kemaren sudah kita bahas bahwa kata lilmuttaqiina (للمتّقِينَ) adalah isim mudzakkar salim yang berasal dari isim fa'il muttaqii (متّقى). Kata lilmuttaqiina ini menempati posisi khabar (keterangan) dari kata hudan (هدًى).

Hari ini pembahasan kita merupakan pengulangan dari kata alladziina (الّذين) = yang mereka atau  orang-orang. Alladziina merupakan kata isim maushul - yang menghubungkan kalimat atau poko pembicaraan. Alladziina merupakan kata penghubung untuk kata berjenis mudzakkar (laki2) jamak - lebih dari dua.

Kata alladziina merupakan isim mabni, yaitu isim yang tidak berubah harakat huruf akhirnya; harakat huruf akhirnya tetap sama baik berdiri sendiri maupun di dalam kalimat pada posisi yang berbeda-beda.

1.0. indek = Q002003001
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 3
1.3. no kalimat = 1
2.0. Qur'anic = ٱلَّذِينَ
2.1. Tarjamah = orang-orang, mereka yang
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = 
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 =
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = ْالَّذِي
6.1. Tarjamah = yang
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = الَّذى
7.1. Tarjamah = yang
7.2. Jenis kalimat = إسم


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawaabi.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Sabtu, 20 Februari 2016

Q002002007 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-2, Kata "lilmuttaqiina")

Assalamu 'alaikum waramatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الٓمٓ

ذٰلكَ الكتٰبُ لا ريبَ فيهِ هدًى لّلمتّقِينَ

Insyaa' Allah hari ini kita akan membahas kata ke-7 ayat ke-2 dari surat Al-Baqarah, yaitu kata lilmuttaqiina (لِلْمُتّقِينَ) = orang-orang yang beriman.

Kata lilmuttaqiina (لِلمتّقِينَ) adalah isim jar wal majrur dan merupakan isim jamak mudzakkar salim. Kata lilmuttaqiina berasal dari kata li (لِـ) = bagi, alif lam (ال) = yang, muttaqin (متّقٍ) = bertaqwa, dan ina (ـين) = jamak mudzakkar, mereka atau orang-orang.

Jadi kata muttaqin (متّقٍ) majrur karena ada huruf jarr li (لِـ) yang menkasrahkan huruf akhirnya. Sedankan huruf alif lam (ال) membuat kata muttaqin (متّقٍ) menjadi isim ma'rifat al-muttaqi (المتّقِ).

Kata muttaqin (متّقٍ) merupakan bentuk jamak dari kata muttaqii (متّقى). Kata muttaqii (متّقى) dari wazan/rumus مُفْتَعِل adalah shifat musyabbahah (yang menetap atau langgeng) yang menyerupai isim fa'il dari attqaa (اتَّقِي) - yattaqii (يَتَّقِي)

Attaqaa (اتَّقِي) - yattaqii (يَتَّقِي) berasal dari wazan/rumus افتَعل dari taqaa (تَقَى) - yatqii (يَتْقِي).

Taqaa (يَتَّقِي) - yatqii (يَتَّقِي) berasal dari tawaqaa (توقى).

Kata tawaqaa (توقى) adalah fi'il mazid dari akar kata waqaa (وَقَى) - yaqii (يَقِي).

Kata lilmuttaqiina (للمتّقِينَ) di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyak 7 kali, sementara kata muttaqiina (متّقِينَ) terdapat sebanyak 43 kali.

1.0. indek = Q002002007
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 2
1.3. no kalimat = 7
2.0. Qur'anic = لِّلْمُتَّقِينَ
2.1. Tarjamah = bagi orang-orang yang bertaqwa
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = لِ
3.1. Tarjamah = bagi
3.2. Jenis kalimat = حرف
3.3. Awalan2 = ال
3.4. Tarjamah = yang
3.5. Jenis kalimat = حرف
3.6. Awalan3 =  
4.0. Sisipan1 = 
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = ينَ
5.1. Tarjamah = orang-orang, mereka
5.2. Jenis kalimat = إسم
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = مُتَّقٍ
6.1. Tarjamah = yang bertaqwa
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = وَقَي
7.1. Tarjamah = (dia laki2 telah) menjaga, melindungi
7.2. Jenis kalimat = فعل


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawaabi.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Jumat, 19 Februari 2016

Q002002006 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-2, Kata "hudan")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الٓمٓ

ذٰلك الكتٰبُ لا ريبَ فيهِ هدًى لّلمتّقِينَ

Alhamdulillah atas segala nikhmat yang Allah anugerahkan kepada kita semua sehingga kita masih dapat melanjutkan pembahasan kata per kata (alfaazha) ayat-ayat Al-Qur'an Al-Kariim. Insyaa' Allah pada hari ini kita akan membahas kata ke-6 ayat ke-2 dari surat Al-Baqarah, yaitu kata hudan (هدًى) = petunjuk.

Kata hudan (هُدًى) adalah isim masdar dari kata fi'il madhi (هَدَى) - fi'il mudhari' (يَهدِي). Kata hudan (هدًى) dalam ayat ini merupakan khabar ke-2 dari kata isim mubtada al-kitaabu (الكتٰبُ) dimana khabar ke-1 adalah laa raiba fiihi. Tapi ada juga yang berpendapat bahwa kata hudan (هدًى) adalah isim mubtada.

Baik sebagai khabar ke-2 atau mubtada, kata hudan (هدًى) merupakan isim marfu' yaitu huruf terakhirnya harus dhammah. Tetapi karena huruf alif maqsurah atau alif bengkok (ى) pada kata hudan adalah asli bukan tambahan, maka kata hudan dirafakan (didhammahkan) dengan dhammah  muqaddarah (tersirat - bukan tersurat).

Di dalam Al-Qur'an, kata hudan (هدًى) terdapat sebanyak 43 kali, sementara akar kata hadaya (هدي) terdapat sebanyak 316 kali.

1.0. indek = Q002002006
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 2
1.3. no kalimat = 6
2.0. Qur'anic = هُدًى
2.1. Tarjamah = petunjuk
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = 
3.1. Tarjamah = 
3.2. Jenis kalimat = 
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = هُدًى
6.1. Tarjamah = petunjuk
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = هَدَي
7.1. Tarjamah = (dia laki2 telah) memberi petunjuk, hidayah
7.2. Jenis kalimat = فهل


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawaabi.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Kamis, 18 Februari 2016

Q002002005 (Surat Al Baqarah, Ayat ke-2, Kata "fiihi")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الٓمٓ

ذٰلك الكتٰبُ لا ريبَ فيهِ هدًى لّلمتّقِينَ

Alhamdulillah atas segala nikhmat yang Allah Azza wa Jalla limpahkan kepada kita semua, wa syukurillah atas segala mamfa'at yang kita peroleh, semoga kita senantiasa istiqamah beribadah kepadaNya, aamiin.

Insyaa' Allah hari ini kita akan membahas kata ke-5 ayat ke-2 dari surat Al-Baqarah, yaitu kata fiihi (فَيهِ) = di dalamnya. Kata fiihi (فيهِ) merupakan khabar atau prediket dari kata isim mubtada' atau subjek sebelumnya yaitu kata raiba (ريبَ) = keraguan.

Kemaren sudah kita bahas bahwa kata laa (لا) yang menafikan jinis/jenis isim raiba (ريبَ) bertindak atau berkerja atau ber'amal seperti kata inna (إنَّ) yaitu menashabkan (mengfathahkan) isim mubtada' dan mengmarfu'kan isim khabar (mengdhammahkan) dengan syarat tidak ada huruf jarr antara kata laa (لا) dengan isim mubtada'nya.

Kata isim khabar fiihi (فيهِ) terdiri dari huruf jarr fii (فِى) = di dalam, dan kata isim dhamir nashab atau objek hi (ـهِ) = nya, yang berasal dari dhamir rafa' atau subjek huwa (هُوَ) = dia laki2 atau kata jenis mudzakkar. Sebelumnya sudah kita bahas bahwa hu (ـهُ) adalah dhamir nashab dari huwa (هو). Kata fiihi (فيح) adalah jar wa majrur yang merupakan muta'alaq (dari dhamir huwa (هو) yang mustattir (tersembunyi) dari khabar laa (لا).

Kata fiihi (فيهِ) terdapat sebanyak 167 kali, sedangkan kata فِيه (hruf jar fii dengan dhamir nashab ha, hi atau hu) terdapat sebanyak 425 kali di dalam Al-Qur'an.


1.0. indek = Q002002005
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 2
1.3. no kalimat = 5
2.0. Qur'anic = فِيهِ
2.1. Tarjamah = di dalamnya
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = فِى
3.1. Tarjamah = di dalam 
3.2. Jenis kalimat = حرف
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = ـهُ
6.1. Tarjamah = nya 
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = 
7.1. Tarjamah = 
7.2. Jenis kalimat = 


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawaabi.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Rabu, 17 Februari 2016

Q002002004 (Surat Al-Bakarah, Ayat ke-2, Kata "raiba")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الٓمٓ

ذٰلك الكتٰبُ لا ريبَ فيهِ هدًى لّلمتّقِينَ

Alhamdulillah kita masih diberikan kesempatan untuk melanjutkan pembahasan kata per kata (alfaazha - الفاظ) dari ayat-ayat Al-Qur'an Al-Kariim. Insyaa' Allah pada hari ini kita masuk pada pembahasan kata ke-4 ayat ke-2 dari surat Al-Baqarah, yaitu kata raiba (رَيْبَ) = keraguan.

Kemaren sudah kita bahas jenis Laa (لا) nafiyah liljinis, yaitu kata laa yang menyangkal adanya kemungkinan2 jinis/jenis lain dari kata isim mubtada' (subjek) - khabar (prediket) setelah kata laa. Jadi kata laa yang menafikan jinis ini (لا) juga bisa diartikan atau diterjemahkan sebagai "tidak ada sama sekali". 

Kata laa nafiyah liljinis ini bertindak/bekerja seperti kata inna (إنّ) yaitu menashabkan (fathah) isim mubtada' dan memarfu'kan (dhammah) khabarnya, dengan syarat sebagai berikut: 

- Isim mubtada; dan khabarnya harus nakirah
- Tidak boleh ada pemisah antara kata laa dan isimnya
- Tidak boleh ada huruf jar antara kata laa dan isimnya.

Kata raiba (رَيْبَ) = keraguan, adalah isim masdar dari wazan فَعْل yang berasal dari akar kata rayaba (ريب). Karena ada huruf 'illat ya (ي) yang terletak di tengah maka huruf 'illat ya (ي) diganti dengan huruf alif (ا) sehingga menjadi ra-a-ba (راب). Dengan demikian fi'il madhi-nya adalah رَابَ (= dia laki2 telah meragukan) dan fi'il mudhari'-nya adalah يَرِيبُ (= dia laki2 sedang, akan dan senantiasa meragukan).

Jadi kata isim raiba (ريب) pada ayat kedua surat Al-Baqarah ini merupakan isim mubtada' (subjek) dari kata laa nafiyah liljinis, dengan demikian harus merupakan isim nakirah dan ber'irab nashab atau huruf akhirnya fathah.

Kata raiba (رَىْب) di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyak 18 kali, sementara akar kata rayaba (ريب) terdapat sebanyak 36 kali.

1.0. indek = Q002002004
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 2
1.3. no kalimat = 4
2.0. Qur'anic = رَيْبَ
2.1. Tarjamah = keraguan
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = 
3.1. Tarjamah = 
3.2. Jenis kalimat = 
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = رَيْب
6.1. Tarjamah = keraguan
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = ريب
7.1. Tarjamah = (dia laki2 telah) meragukan
7.2. Jenis kalimat = فعل


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawaabi.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Selasa, 16 Februari 2016

Q002002003 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-2, Kata "laa")

Assalamu 'alaikum warmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الٓمٓ

ذٰلك الكتٰبُ لا ريبَ فيهِ هدًى لّلمتّقِينَ

Insyaa' Allah hari ini kita bahas kata ke-3 ayat ke-2 surat Al-Baqarah, yaitu kata laa (لا) = tidak ada (sama sekali).

Sebelumnya kita review kembali pembahasan tentang macam-macam laa (لا) yang beberapa hari yang lewat kita bahas, yaitu pada pembahasan kata walaa (ولا) - kata ke-8 ayat ke-7 surat Al- Fatihah. Kita sudah menyebutkan dua macam kata laa (لا) yaitu:

- Laa Nahiyah (لا), yaitu laa yang melarang (menahikan), dalam bahasa Indonesia berarti "jangan"
- Laa Nafiyah (لا), yaitu laa yang mengingkari atau menyangkal (menafikan), dalam bahasa Indonesia berarti "tidak" atau "bukan"

Laa Nahiyah ini berhubungan dengan kata fi'il mudhari' (kata kerja sekarang, akan dan kebiasaan) - tetapi tidak harus. Ciri kata Laa Nahiyah adalah huruf akhir fi'il mudhari' harus berharakat sukun (ــْــ) atau disebut menjazmkan fi'il mudhari', dengan syarat bahwa antara kata laa nahiyah dengan fi'il mudhari' yang dijamzkan tidak terpisah oleh kata lain kecuali frasa atau jumlah sibhu.

Sibhu jumlah adalah frasa atau nominal yang terdiri dari:

- Kata jer dengan isim/majrur
- Kata zharaf (keterangan waktu/tempat) dengan isim.

Sementara laa nafiyah tidak mensukunkan kata fi'il mudhari' dan tidak harus diulang (tapi boleh diulang). Laa nafiyah juga berhubungan dengan fi'il madhi (kata kerja lampau) dan harus diulang.

Kata kita hari ini adalah laa nafiyah yang bertindak seperti kata inna (إنّ) yang disebut juga sebagai laa nafi lil jinis. Laa nafi lil jinis ini berfungsi menafikan isim khabar setelahnya secara sempurna (tidak ada kemungkinan2 lain atau ihtimal). Jadi arti laa pada laa nafi lil jinis adalah "tidak ada sama sekali".

Di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyak 811 kali kata laa (لا).

1.0. indek = Q002002003
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 2
1.3. no kalimat = 3
2.0. Qur'anic = لَا
2.1. Tarjamah = tidak ada
2.2. Jenis kalimat = حرف
3.0. Awalan1 = 
3.1. Tarjamah = 
3.2. Jenis kalimat = 
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = لَا
6.1. Tarjamah = tidak, bukan
6.2. Jenis kalimat = حرف
7.0. Akar kalimat = 
7.1. Tarjamah = 
7.2. Jenis kalimat = 

Semoga bermamfaat, wallahu a'lamu bishshawab.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Senin, 15 Februari 2016

Q002002002 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-2, Kata "Al-Kitaabu")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الٓمٓ

ذٰلك الكتٰبُ لا ريب فيهِ هدًى لِّلمتّقِينَ 

Insyaa Allah hari ini kita lanjut pembahasan kata ke-2 ayat ke- surat ke-2 (Al-Baqarah), yaitu kata Al-Kitaabu (الكتٰبُ) = kitab.

Kemaren sudah kita bahas kata dzaalika (ذالك) merupakan salah satu isim isyarah, yaitu kata tunjuk jarak jauh untuk kata berjenis laki-laki tunggal. Sebelum kita bahas lebih lanjut kata Al-Kitaabu, bahwa kata dzaalika bisa ditulis ذالك atau ada juga yang menulis ذلك tanpa alif (ا) atau alif khanjariyah (ــٰــ), dimana keduanya mempunyai arti yang sama.

Kita akan bahas sedikit mengenai kata benda atau sifat (isim) berdasarkan jenis kelaminnya. Dalam bahasa Arab kata isim (kata benda dan/atau sifat) tidak tergantung atau tidak terikat waktu kejadian sementara fi'il (kata kerja atau kejadian) perubahan irab (harakat) dan bentuk sentence-nya (tasrif) tergantung waktu kejadian. Dalam bahasa Arab, dikenal adanya penggolongan Isim ke dalam jenis Mudzakkar (laki-laki) atau jenis Muannats (perempuan). Penggolongan isim ini ada yang memang sesuai dengan jenis kelaminnya (untuk manusia dan hewan) dan adapula yang merupakan penggolongan secara bahasa saja (untuk benda dan lain-lain yang tidak punya kelamin). Secara default atau umum, kalau tidak disebutkan jenisnya maka isim tersebut adalah mudzakkar.

Dari segi bentuknya, isim muannats biasanya ditandai dengan adanya tiga jenis huruf di belakangnya yaitu:

- Ta marbuthah ( ة ): Al-Baqarah (البقرة) = sapi betina, atau Al-Faatihah (الفَاتِحَة) = Pembukaan atau opening
- Alif maqshurah ( ى ): Salma (سَلْمَى) atau Mushalla (مُصَلَّى) = tempat shalat
- Alif mamdudah ( اء ): Asma (أَسْمَاء) atau Al-Isra' (الإِسْرَاء) = Perjalanan malam.

Namun adapula isim muannats yang tidak menggunakan tanda-tanda di atas. Misalnya bahrun (بَحْرٌ) = lautan, nafsun (نَفْسٌ) = jiwa atau diri) dan syamsun (شَمْسٌ) = matahari.

Sebaliknya ada pula beberapa isim mudzakkar yang menggunakantTa marbuthah, seperti Hamzah (حَمْزَة), Thalhah (طَلْحَة) dan Muawiyah (مُعَاوِيَة).

Pengenalan jenis kelamin isim ini perlu untuk kita menyusun kalimat atau percakapan. Seperti kita tidak bisa mengatakan dzaalika al-baqarah (itu sapi betina), meskipun secara makna benar tetapi secara tata bahasa salah,  tapi harus tilka al-baqarah (تلك البقرة) = itu sapi betina. Karena, al-baqarah sebagai subjek percakapan adalah dari kata isim jenis perempuan maka kita harus menggunakan kata tunjuk dari jenis perempuan juga yaitu tilka (itu).

Kata kita hari ini adalah Al-Kitaabu (الكتاب) = kitab, merupakan isim mudzakkar tunggal. Dengan demikian kata tunjuk yang dipakai harus isim mudzakkar tunggal juga, yaitu dzaalika (ذالك) = itu. Penambahan huruf alif lam (ال) pada kata Al-Kitaabu menjadi isim ma'rifah yaitu menunjukkan kepada kitab tertentu yaitu Al-Qur'an.

Kata Al-Kitaabu (الكتاب) adalah isim maf'ul (objek) dengan wazan (rumus) perubahan fa'iilun (فعال) dari kata kerja (fi'il) kataba (كتب) - yaktubu (يكتب). Kata kitaabun (كتاب) mempunyai arti yang sama dengan kitaabatun (كتابة) = buku secara umum, tetapi kitaabatun (كتابة) tidak pernah dipakai/digunakan dalam Al-Qur'an karena Al-Qur'an (yaitu الكتاب) bukan seperti buku2 lainnya (كتابة).

Dalam ayat ke-2 surat Al-Baqarah ini, kata Al-Kitaabu merupakan isim shifat dari kata isim maushuf dzaalika. Karena kata dzaalika adalah isim mabni (yang harakatnya tidak berubah) sudah tertentu atau ma'rifat. Jadi pasangan dua kata isim ma'rifat dzaalika al-kitaabu adalah pasangan maushuf shifat, dengan demikian kata Al-Kitaabu tetap berhuruf akhir dhammah (الكتابُ).

Di dalam Al-Qur'an kata Al-Kitaabu (ُالكتاب) - dengan harakat huruf akhir dammah terdapat sebanyak 11 kali atau 255 kali dengan harakat huruf akhir ba/bi/bu (بَ، بِ، بُ).


1.0. indek = Q002002002
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 2
1.3. no kalimat = 2
2.0. Qur'anic = ٱلْكِتٰبُ
2.1. Tarjamah = (itu) kitab
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = ال
3.1. Tarjamah = itu
3.2. Jenis kalimat = حرف
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = كِتٰبُ
6.1. Tarjamah = kitab
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = كتب
7.1. Tarjamah = (dia laki2 telah) menulis
7.2. Jenis kalimat = فعل


 Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawabi.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Minggu, 14 Februari 2016

Q002002001 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-2, Kata "dzaalika")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الٓمٓ

ذٰلك الكتٰبُ لا ريبَ فيهِ هدًى لّلمتّقِينَ

Insyaa' Allah hari ini kita akan membahas kata pertama ayat ke-2 dari surat Al-Baqarah, yaitu kata dzaalika (ذٰلِكَ) = itu.

Kata dzaalika (َذٰلِك atau ditulis ذَالِكَ) adalah salah satu isim isyaarah (إشارة) atau kata penunjuk. Kata dzaalika isim isyaarah jarak jauh  (itu) untuk jenis kata laki-laki tunggal. Isim isyaarah lengkapnya adalah sebagai berikut:

Isim isyaarah jarak dekat (ini)
- Jenis kata laki2 tunggal: هَذَا
- Jenis kata laki2 dual: هَذَانِ
- Jenis kata laki2 jamak: هَؤُلَاءِ
- Jenis kata perempuan tunggal: هَذَهِ
- Jenis kata perempuan dual: هَاتَانِ
- Jenis kata perempuan jamak: هَؤُلَاءِ

Isim isyaarah jarak jauh (itu)
- Jenis kata laki2 tunggal: ذَالِكَ
- Jenis kata laki2 dual: ذَانِكَ
- Jenis kata laki2 jamak: أُولَئِكَ
- Jenis kata perempuan tunggal: تِلْكَ
- Jenis kata perempuan dual: تَانِكَ
- Jenis kata perempuan jamak: أُولَئِكَ

Kata dzaalika terdapat di dalam Al-Qur'an sebanyak 427 kali.

1.0. indek = Q002002001
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 2
1.3. no kalimat = 1
2.0. Qur'anic = ذٰلِكَ
2.1. Tarjamah = itu
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = 
3.1. Tarjamah = 
3.2. Jenis kalimat = 
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = ذَالِك
6.1. Tarjamah = itu
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = 
7.1. Tarjamah = 
7.2. Jenis kalimat = 


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawaabi.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Sabtu, 13 Februari 2016

Q002001001 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-1, Kata "alif lam mim")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّميمِ

الٓمٓ

Insyaa' Allah hari ini kita mulai membahas surat Al-Baqarah ayat ke-1 kata pertama alif lam mim (الٓمٓ) = alif lam mim.

Kata alif lam mim (الٓمٓ) adalah salah satu dari 13 huruf (yang dibaca) terputus-putus atau disebut huruf muqatha'ah. 

Di dalam Al-Qur'an terdapat 13 huruf muqatha'ah sebanyak 29 kali pada pembukaan surat (fawatih as suwar). Mayoritas ulama berpendapat bahwa tidak ada (makhluk) yang tahu artinya - hanya Allah yang tahu maha maksudnya (Allahu a'lamu bimuradihi).

1.0. indek = Q002001001
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 1
1.3. no kalimat = 1
2.0. Qur'anic = الٓمٓ
2.1. Tarjamah = alif lam mim 
2.2. Jenis kalimat = حرف
3.0. Awalan1 = 
3.1. Tarjamah = 
3.2. Jenis kalimat = 
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = 
6.1. Tarjamah = 
6.2. Jenis kalimat = 
7.0. Akar kalimat = 
7.1. Tarjamah = 
7.2. Jenis kalimat = 


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawaabi.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Jumat, 12 Februari 2016

Q001007009 (Surat Al-Fatihah, Ayat ke-7, Kata "adh-dhaallina")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمينَ

الرّحمٰنِ الرّحيمِ

مالكِ يومِ الدّينِ

إيّاكَ نعبدُ وإيّاكَ نستعينُ

اهدِنَا الصّرٰطَ المستقيمَ

صرٰطَ الّذينَ أنعمتَ عليهم غير المغضوبِ عليهم ولا الضّآلّينَ

Insyaa' Allah hari ini kita akan menyelesaikan pembahasan surat Al-Fatihah, ayat ke-7, kata terakhir yaitu kata adh-dhaalliina (الضّآلِّينَ) = mereka yang sesat.

Kemaren kita sudah membahas kata walaa (ولا) = dan bukan. Huruf wa (و) merupakan huruf athaf atau huruf penyambung dua kata atau lebih yang mempunyai harakat akhir yang sama. Sedangkan huruf laa (لا) merupakan huruf laa nafiyah yang berfungsi menidakkan atau menafikan. 

Hari ini pembahasan kita adalah kata adh-dhaalliina (الضّآلِّينَ) yang terdiri dari awalan huruf alif lam (ال) = yang, kata isim shifat dhaalli‎ (ضآلِّ) = sesat, dan dhamir nahnu yang berfungsi sebagai subjek -ina (ـينَ) = mereka. 

Pada ayat ke-7 ini, Isim shifat dhaali (ضآلِّ) majrur atau kasrah pada huruf terakhir li karena isim maghdhuubi (مغضوبِ) yang dihubungkan oleh huruf athaf wa (و) juga majrur. Sementara huruf athaf wa (و) menghubungkan dua kata atau lebih yang mempunyai harakat huruf akhir yang sama (disebut juga sebagai tabi').

Kata isim shifat adh-dhaalliina (ضالِّينّ) terdapat sebanyak 14 kali, sedangkan akar kata dhalala (ضلل) terdapat sebanyak 189 kali di dalam Al-Qur'an.

1.0. indek = Q001007009
1.1. no surat = 1
1.2. no ayat = 7
1.3. no kalimat = 9
2.0. Qur'anic = ٱلضَّآلِّينَ
2.1. Tarjamah = orang-orang yang sesat
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = ال
3.1. Tarjamah = yang
3.2. Jenis kalimat = حرف
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = ينَ
5.1. Tarjamah = mereka, orang-orang
5.2. Jenis kalimat = إسم
5.3. Akhiran2 = 
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = ضَالّ
6.1. Tarjamah = sesat
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = ضلل
7.1. Tarjamah = (dia laki2 telah menjadi) sesat - (he has gone) astray
7.2. Jenis kalimat = فعل

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawab.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Kamis, 11 Februari 2016

Q001007008 (Surat Al-Fatihah, Ayat ke-7, Kata "walaa")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

الرّحمٰنِ الرّحيمِ

مالكِ يومِ الدّينِ

إيّاكَ نعبدُ وإيّاكَ نستعينُ

اهدِنَا الصّرٰطَ المستقيمَ

 صرٰطَ الّزينَ أنعمتَ عليهم غير المغضوبِ عليهم ولا الضّآلّينَ

Insyaa' Allah hari ini kita akan membahas kata ke-8 ayat ke-7 dari surat Al-Fatihah, yaitu kata walaa (وَلَا) = dan tidak.

Kemaren kita telah mengulang kata 'alaihim (عليهم) = atas mereka, yang berasal dari kata 'alaa (على) = atas, yang merupakan salah satu huruf jarr. Beberapa hari sebelumnya kita juga sudah membahas kata alladziina (الّدين) = yang (orang-orang), yang merupakan isim maushuul (مَوْصُوْلُ) = kata sambung atau penghubung. Hari ini kita akan membahas dua macam jenis kata huruf, yaitu huruf athaf (عَطْف) atau huruf sambung atau penyambung wa (وَ) dan huruf nafii (نَفْي) atau huruf mengingkari, menidakkan atau menafikan laa (لَا).

Meskipun sama-sama sebagai kata sambung, huruf athaf berbeda dengan isim maushuul karena huruf athaf sekedar menggabungkan dua kata atau lebih yang mempunyai 'irab atau perubahan harakat huruf akhir yang sama (tabi'). Sedangkan isim maushuul berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Kata isim maushuul kata sambung alladzii/allatii baik untuk laki, sendiri, dual maupun jamak, artinya "yang" atau yang satu orang, yang 2 orang atau yang orang-orang, sesuai dengan jumlahnya di dalam kalimat. Sementara huruf athaf ada lima dan artinnya sebagai berikut:

1. Wa (وَ) = dan
2. Fa (فَ) = kemudian - tanpa jeda
3. Summa (ثُمَّ) = kemudian - disertai adanya jeda
4. Au (أَوْ) = atau - menunjukkan ketidak jelasan
5. Am (أَمْ) = ataukah - menuntut kejelasan.

Sementara huruf laa (لَا) ada dua jenis atau macam, yaitu laa nahiyah dan laa nafiyah. Laa nahiyah adalah huruf لاَ yang berfungsi untuk melarang (diartikan jangan). Sedangkan laa nafiyah adalah huruf لاَ yang berfungsi untuk menafikan (diartikan tidak atau bukan).

Kata kita hari ini adalah walaa (ولا) = dan tidak/bukan, adalah gabungan huruf athaf wa dan huruf laa nafiyah. Keduanya merupakan huruf mabni yaitu huruf atau kata yang tidak berubah harakatnya diluar atau didalam kalimat.

Kata wa (وَ), laa (لَا) maupun walaa (وَلَا) merupakan huruf bermakna, yang mempunyai makna sendiri, jadi tidak mempunyai akar kata. Kata walaa (ولا) terdapat sebanyak 706 kali di dalam Al Qur'an. 

1.0. indek = Q001007008
1.1. no surat = 1
1.2. no ayat = 7
1.3. no kalimat = 8
2.0. Qur'anic = وَلَا
2.1. Tarjamah = dan tidak
2.2. Jenis kalimat = حرف
3.0. Awalan1 = وَ
3.1. Tarjamah = dan
3.2. Jenis kalimat = حرف
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = لَا
6.1. Tarjamah = tidak, bukan
6.2. Jenis kalimat = حرف
7.0. Akar kalimat = 
7.1. Tarjamah = 
7.2. Jenis kalimat = 


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawab.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Rabu, 10 Februari 2016

Q001007007 (Surat Al-Fatihah, Ayat ke-7, Kata "'alaihim")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

الرّحمٰنِ الرّحيمِ

مالكِ يومِ الدّينِ

إيّاكَ نعبدُ وإيّاكَ نستعينُ

اهدِنَا الصّرٰطَ المستقيمَ

صرٰطَ الذينَ أنعمتَ عليهِم غير المغضوبِ عليهِم ولا الضّآلّينَ

Insyaa' Allah kata kita hari ini adalah kata ke-7 ayat ke-7 dari surat Al-Fatihah, yaitu kata 'alaihim (عليهِم) = atas mereka. Kata 'alaihim ini sudah kita bahas sebelumnya pada kata ke-4 ayat yang sama dan tidak ada yang beda, semuanya (pembahasan harakat dan perubahan) sama. Tetapi berbeda orang-oranya (kumpulan atau tipe orangnya) meskipun sama artinya.

Jadi kita akan bahas kembali beberapa kata sebelumnya, terutama mengenai kata istitsna (pengecualian) ghairi. Kata ghairi (غير) berarti bukan, selain atau kecuali. Fungsi kata pengecualian adalah untuk mengecualikan kata isim sebelumnya (mustatsna minhu) kepada kata isim sesudahnya (mustatsna).

Pada ayat ke-7 surat Al-Fatihah, kata isim sebelum (mustatsna minhu) ghairi adalah 'alaihim (atas mereka) yaitu atas mereka telah Engkau beri nikhmat (an'amta 'alaihim) Engkau telah menganugerahkan/beri nikhmat atas mereka. Sedangkan kata isim sesudah (mustatsna) ghairi adalah al-maghdhuubi 'alaihim yaitu yang dimurkai atas mereka. Jadi kata ghairi disini menjelaskan pada kita bahwa atas mereka yg diberi nikhmat bukan atas mereka yang dimurkai. Kata 'alaihim sebelum ghairi ada mereka yang diberi nikhmat sedangkan kata 'alaihim setelah ghairi ini adalah mereka yang dimurkai.


1.0. indek = Q001007007
1.1. no surat = 1
1.2. no ayat = 7
1.3. no kalimat = 7
2.0. Qur'anic = عَلَيْهِمْ
2.1. Tarjamah = atas mereka
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = 
3.1. Tarjamah = 
3.2. Jenis kalimat = 
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = هـِمْ
5.1. Tarjamah = mereka 
5.2. Jenis kalimat = إسم
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = عَلَى
6.1. Tarjamah = atas
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = على
7.1. Tarjamah = atas
7.2. Jenis kalimat = إسم


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawab.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Selasa, 09 Februari 2016

Q001007006 (Surat Al-Fatihah, Ayat ke-7, Kata "al-maghdhuubi")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

الرّحمٰنِ الرّحيمِ

مالكِ يومِ الدّينِ

إيّاكَ نعبدُ وإيّاكَ نستعينُ

اهدِنَا الصّرٰطَ المستقيمَ

صرٰطَ الذِينَ أنعمتَ عليهم غير المغضوبِ عليهم ولا الضّآلِّينَ

Insyaa' Allah hari ini kita akan membahas kata ke-6, ayat ke-7 dari surat Al-Fatihah, yaitu kata al-maghdhuubi (المَغْضُوبِ) = yang dimurkai.

Kemaren sudah kita bahas bahwa kata ghairi (غير) adalah kata pengecualian (kata istitsna) terhadap kata isim sebelum (mustatsna minhu) dan atau kepada kata isim sesudahnya (mustatsna). Isim mustatsna setelah kata ghairi wajib/harus majrur pada huruf terakhirnya, berdasarkan dalil kata istitsna (pengecualian) ghari ini. Dengan demikian kata ke-6 ayat ke-7 surat Al-Fatihah ini, yaitu al-maghdhuubi (المغضوبِ) menjadi majrur/kasrah di huruf bi-nya.

Sebelum kita bahas asal kata dari terlebih dahulu kita bahas tuntas semua perubahan kata kerja fi'il madhi (kata kerja telah lampau), fi'il mudhari' (kata kerja sedang, akan dan senantiasa) dan fi'il amar (kata kerja perintah) dari kata kerja 'abada (عَبَدَ) = dia laki2 telah menyembah, serta perubahan lainnya sebagai berikut:

1. Fi'il madhi: عَبَدَ = (dia laki2 telah) menyembah
2. Fi'il mudhari': يَعْبُدُ = (dia laki2 sedang, akan dan senantiasa) menyembah
3. Isim Masdar (kata yang tidak tergantung waktu): عَبْدًا = penyembahan/peribadatan
4. Fi'il amar: أُعْبُدْ = sembahlah!
5. Fi'il nahi: لَاتَعْبُدْ = jangan menyembah
6. Isim Fa'il (subjek): عَابِدٌ = yang menyembah
7. Isim Maf'ul (objek): مَعْبُوْدٌ = yang disembah

Kata al-maghdhuubi (المغضوب) terdiri dari kata al- (ال) dan kata maghdhuubi (ِمغضوب). Dari contoh perubahan no 7 di atas untuk rumus atau wazan kata isim maf'ul, maka kata maghdhuubi berasal dari kata isim maf'ul (objek) maghdhuubun (مغضوبٌ) = yang dimarahi/dimurkai. 

Kata maghdhuubi di dalam Al-Qur'an hanya terdapat dalam ayat ini, sedangkan akar kata ghadhiba (عضب) terdapat sebanyak 24 kali.   

1.0. indek = Q001007006
1.1. no surat = 1
1.2. no ayat = 7
1.3. no kalimat = 6
2.0. Qur'anic = ٱلْمَغْضُوبِ
2.1. Tarjamah = yang dimurkai
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = ال
3.1. Tarjamah = yang
3.2. Jenis kalimat = حرف
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = مَغْضُوب
6.1. Tarjamah = yang dimurkai
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = َغَضِب
7.1. Tarjamah = (dia laki2 telah) murka, marah
7.2. Jenis kalimat = فعل

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawab.



--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Senin, 08 Februari 2016

Q001007005 (Surat Al-Fatihah, Ayat ke-7, Kata "ghairi")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.


بسمِ اللهِ الرّحمٰنٍ الرّحيمِ

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

الرّحمٰنِ الرّحيمِ

مالكِ يومِ الدّينِ

إيّاكَ نعبدُ وإيّاكَ نستعينُ

اهدِنَا الصّرٰط َالمستقيمَ

صرٰطَ الذينَ أنعمتَ عليهم غير مغضوبِ عليهم ولا الضّآلّينَ

Insyaa Allah hari ini kita akan membahas kata ghairi (غَيْرِ) = bukan, yaitu kata ke-5 dari ayat ke-7 surat Al-Fatihah.

Sebelumnya kita bahas dulu sedikit tentang kata atau alat untuk mengecualikan atau dalam istilah bahasa Arab disebut adatul al-istitsnaa' (أدَاةُ الإِسْتٍثْنَاء) = alat pengeculian. Kata atau alat pengecualian ini digunakan untuk mengecualikan isim (kata benda atau sifat) sebelumnya dengan isim sesudahnya. Isim sesudah kata pengecualian disebut al-mustatsnaa (المُسْتَثْنَى), sedangkan kata isim sebelumnya disebut al-mustatsnaa minhu (المستثنى مِنْهُ). Ada 6 atau 8 kata atau alat pengecualian ini, salah satunya adalah ghair (غَيْر). Semua kata atau alat pengecualian ini artinya sama semua yaitu kecuali, selain atau bukan. Perubahan harakat atau 'irab kata ghair ini mengikuti kedudukannya dalam kalimat, bisa saja menjadi ghairu (غيرُ), ghaira (غيرَ) atau ghairi (غيرِ). Isim mustatsna selalu majrur yaitu berharakat kasrah atau kasratain dihuruf akhirnya jika menggunakan kata/alat pengecualian ghair (غير) ini.

Kata ghair (غير) pada ayat ke-7 surat Al-Fatihah ini merupakan badal (kata ganti) dari kata aladzi, dengan demikian 'irab kata ghair menjadi majrur atau kasrah pada huruf akhirnya - ghairi (غَيْرِ).

Huruf kedua yaitu yaa' (ي) adalah huruf 'illat (penyakit), sebagaimana telah kita bahas sebelumnya bahwa huruf 'illat yaa' (ي) berubah menjadi alif (ا) jika posisinya di tengah. Dengan demikian, kata ghair (غير) di dalam kamus dilihat pada kata ghaara (غَارَ).

Di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyam 61 kali akar kata غير dan 154 kali kata ghairi (غيرِ).

1.0. indek = Q001007005
1.1. no surat = 1
1.2. no ayat = 7
1.3. no kalimat = 5
2.0. Qur'anic = غَيْرِ
2.1. Tarjamah = bukan
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = 
3.1. Tarjamah = 
3.2. Jenis kalimat = 
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = غَيْر
6.1. Tarjamah = bukan, selain, kecuali
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = غير
7.1. Tarjamah = (dia laki2 telah) cemburu
7.2. Jenis kalimat = فعل

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawab.



--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Minggu, 07 Februari 2016

Q001007004 (Surat Al-Fatihah, Ayat ke-7, Kata "'alaihim")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

الرّحمٰنِ الرّحيمِ

مالكِ يومِ الدّينِ

إيّاكَ نعبدُ وإيّاكَ نستعِينُ

اهـدنَا الصّرٰط المستقيمَ

صرٰط الّذينَ أنعمتَ عليهـِم غير مغضوبِ عليهـِم ول الضآلّينَ

Insyaa' Allah hari ini kita bahas kata ke-4 ayat ke-7 surat Al-Fatihah, yaitu kata 'alaihim (عليهِم) = atas mereka.

Kemaren sudah kita bahas kata dhamir baik sebagai subjek maupun objek pada kata kerja fi'il madhi (kata kerja yang lampau), fi'il mudhari' (kata kerja sedang, akan dan senantiasa/kebiasaan) dan fi'il amar (kata kerja perintah).

Beberapa hari yang lewat kita juga sudah membahas kata harfun jarr atau huruf jarr, yaitu huruf yang mengkasrahkan kata isim (kata benda atau sifat) setelahnya. Yang termasuk harf Jarr adalah بِ  (dengan), لِ (untuk), فِيْ (di, dalam), عَلَى (atas), إِلَى (ke), مِنْ (dari), كَـ (bagai), حَتَّى (hingga), وَ / تَـ  untuk sumpah (demi ...).

Jadi kata 'alaihim (عليهِم) = atas mereka, terdiri atas huruf jarr 'alaa (على) = atas, dan dhamir orang ketiga jamak hum (هُـم) = mereka.

Perlu di-ingat bahwa dhamir termasuk isim mabni yaitu yang keadaan/huruf akhirnya tidak mengalami perubahan walaupun diletakkan pada posisi yang berbeda dalam suatu kalimat.

Perubahan atau penggunaan kata dhamir him (ـهـِم) pada kata 'alaihim (عليهِم) bukan dari kata dhamir hum (هـُم) karena huruf jarr 'alaa (على), tetapi karena perbedaan Qira'at (bacaan). 

Sebagaimana kita ketahui bahwa awalnya Al Qur'an tanpa tanda baca (titik satu, titik dua, titik tiga) dan tanpa tanda vokal/harakat (kasrah, fathah, dhammah, dll). Berdasarkan Qira'at yang ada, maka kata عليهم ini ada yang dibaca 'alaihim, ada juga yang dibaca 'alaihum dan ada juga yang dibaca 'alaihimu, dimana semuanya mempunyai arti yang sama yaitu "atas mereka".

Kata عليهم di dalam Al Qur'an terdapat sebanyak 224 kali.

1.0. indek = Q001007004
1.1. no surat = 1
1.2. no ayat = 7
1.3. no kalimat = 4
2.0. Qur'anic = عَلَيْهِمْ
2.1. Tarjamah = atas mereka
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = 
3.1. Tarjamah = 
3.2. Jenis kalimat = 
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = هـِمْ
5.1. Tarjamah = mereka 
5.2. Jenis kalimat = إسم
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = عَلَى
6.1. Tarjamah = atas
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = على
7.1. Tarjamah = atas
7.2. Jenis kalimat = إسم


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawab.



--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Sabtu, 06 Februari 2016

Q001007003 (Surat Al-Fatihah, Ayat ke-7, Kata "an'amta")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

الرّحمٰنِ الرّحيمِ

مالكِ يومِ الدّينِ

إيّاكَ نعبدُ وإيّاكَ مستعِينُ

اهـدنَا الصّرٰطَ المستقيمَ

صرٰطَ الذينَ أنعمتَ عليهـم غيرِ المغضوبِ عليهـم ولا الضآلّينَ

Insyaa' Allah hari ini kita lanjut dengan kata an'amta (أنعمتَ) = Engkau (telah) menganugrahkan/beri nikhmat, kata ke-3 ayat ke-7 surat Al-Fatihah.

Kemaren sudah kita bahas kata sambung alladzi (untuk kata berjenis laki2), allatii (untuk kata berjenis perempuan) dan semua perubahan terhadap jumlah yaitu dual atau jamak. Semua kata sambung alladzii/allatii ini artinya "yang" atau yang satu orang, yang 2 orang atau yang orang-orang, sesuai dengan jumlahnya di dalam kalimat.

Sebelum kita bahas kata an'amta (أنعمت) terlebih dahulu kita tuntaskan pembahasan dhamir (kata ganti orang) baik sebagai rafa' (subjek) maupun nashab (objek). Sudah kita sebutkan bahwa dhamir ada 14 tapi 2 dhamir sama, lengkapnya sbb:

‎1. هو = huwa (dia lelaki - tunggal)

2. هما = humaa (dia lelaki - dua)

3. هم = hum (mereka lelaki - banyak)
‎4. هي = hiya (dia perempuan - tunggal)
‎5. هما = humaa (dia perempuan - dua)
‎6. هن = hunna (mereka perempuan - banyak)
‎7. أنت = anta (kamu lelaki - tunggal)

8. أنتما = antumaa (kamu lelaki - dua)

9. أنتم = antum (kalian lelaki - banyak)
‎10. أنت = anti (kamu perempuan - satu)

11. أنتما = antumaa (kamu perempuan - dua)

12. أنتن = antunna (kalian perempuan - banyak)
‎13. أنا = ana (saya lelaki atau perempuan)

14. نحن = nahnu (kami atau kita lelaki atau perempuan)

Humaa (dia laki2/perempuan -dua) dan antumaa (kamu laki2/perempuan -dua) sama, namun nanti akan berbeda kalau sudah bersambung dengan fi'il (kata kerja). Kita akan guna penomoran 1 sd 14 tersebut sebagai nomor contoh penggunaan dhamir baik sebagai rafa' maupun nashab pada salah satu kata kerja yang sudah kita bahas, yaitu kata عَبَدَ (fi'il madhi), يَعْبُدُ (fi'il mudhari') dan اُعْبُدْ (fi'il amar):

1. عَبَدَ (dia laki2 telah menyembah) dan يَعْبُدُ (dia laki2 sedang, akan dan senantiasa menyembah)
2. عَبَدَا dan يَعْبُدَانِ
3. عَبَدُوْا dan يَعْبُدُوْنَ
4. عَبَدَتْ (dia perempuan telah menyembah) dan تَعْبُدُ (dia perempuan sedang, akan dan senantiasa menyembah)
5. عَبَدَتَا dan تَعْبُدَانِ
6. عَبَدْنَ dan يَعْبُدْنَ
7. عَبَدْتَ (kamu laki2 telah menyembah), تَعْبُدُ (kamu laki2 sedang, akan dan senantiasa menyembah) dan اُعْبُدْ (kamu laki2 menyebahlah)
8. تَعْبُدَانِ ,عَبَدْتُمَا dan اُعْبُدَا
9. تَعْبُدُوْنَ ,عَبَدْتُمْ dan اُعْبُدْوْا
10. عَبَدْتِ (kamu perempuan telah menyembah), تَعْبُدَانِ (kamu perempuan sedang, akan dan senantiasa menyembah) dan اُعْبُدِيْ (kamu perempuan menyembahlah)
11. تَعْبُدَانِ ,عَبَدْتُمَا dan اُعْبُدَا
12. تَعْبُدْنَ ,عَبَدْتُنَّ dan اُعْبُدْنَ
13. عَبَدْتُ (saya telah menyembah) dan أَعْبُدُ (saya sedang, akan dan senantiasa menyembah)
14. عَبَدْنَا (kami telah menyembah) dan نَعْبُدُ (kami sedang, akan dan senantiasa menyembuh)

Seperti sudah kita bahas sebelumnya bahwa fi'il amar hanya untuk orang kedua, karena perintah diberikan oleh orang pertama (anaa dan nahnu) sebagai pembicara (mutakallim) kepada orang kedua (kamu/kalian laki2/perempuan) sebagai yang diajak bicara (mukhatab).

Kata kita hari ini adalah an'amta (أنعمتَ) merupakan fi'il mazid 3-huruf (نَعِمَ) dengan tambahan satu huruf alif hamzah (أ) diawalnya. Wazan atau rumus untuk fi'il mazid dengan alif hamzah ini adalah أَنْعَمَ sebagai fi'il madhi dengan dhamir rafa' (subjek) huwa. Maka tasrif lughawi atau perubahan dhamir dari fi'il madhi untuk dhamir anta adalah أنْعَمْتَ = Engkau (telah) menganugrahkan nikhmat, seperti contoh nomor 7 di atas.

Kata an'amta terdapat sebanyak 5 kali dalam Al-Qur'an dan akar kata نعم terdapat sebanyak 144 kali dalam Al-Qur'an.

1.0. indek = Q001007003
1.1. no surat = 1
1.2. no ayat = 7
1.3. no kalimat = 3
2.0. Qur'anic = أَنْعَمْتَ
2.1. Tarjamah = Engkau beri/anugrahkan nikhmat
2.2. Jenis kalimat = فعل
3.0. Awalan1 = أ
3.1. Tarjamah = alif hamzah
3.2. Jenis kalimat = حرف
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = تَ
5.1. Tarjamh = engkau
5.2. Jenis kalimat = إسم
5.3. Akhiran2 = 
5.6. Akhiran3 = 
6.0. Asal kalimat = أَنْعَمَ
6.1. Tarjamah = (dia laki2 telah) memberi/menganugrahkan nikhmat
6.2. Jenis kalimat = فعل
7.0. Akar kalimat = َنَعِم
7.1. Tarjamah = (dia laki2 telah) menikhmati
7.2. Jenis kalimat = فعل

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawab.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Jumat, 05 Februari 2016

Q001007002 (Surat Al-Fatihah, Ayat ke-7, Kata "alladziina")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

الرّحمٰنِ الرّحيمِ

مالكِ يومِ الدّينِ

إيّاكَ نعبدُ وإيّاكَ نستعينُ

اهـدنَا الصّرٰطَ المستقيمَ

صرٰط الّذينَ أنعمتَ عليهـم غير مغضوبِ عليهم ولا الضّآلّينَ

Insyaa' Allah hari ini kita lanjutkan pembahasan ayat ke-7 surat Al-Fatihah yaitu kata ke-, alladziina (الّذينَ) = orang-orang (yang).

Kata alladziina berasal dari kata alladzi (الّذي) = yang, adalah isim maushul (kata sambung), yaitu isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung semacam ini diwakili oleh kata "yang". Sedangkan penambahan kata -ina (ـينَ) menunjukkan kalimat atau pokok fikiran yang dihubungankan adalah juga merupakan kata isim jamak (isim yang jumlah bilangannya lebih dari dua).

Isim maushul ini termasuk isim yang mabni yaitu isim yang keadaan/harakat akhirnya tidak mengalami perubahan walaupun diletakkan pada posisi yang berbeda dalam suatu kalimat.

Kata isim maushul alladzi (الَّذِيْ) adalah untuk mudzakkar (kata berjenis laki2).

Bila isim maushul itu dipakai untuk muannats (kata berjenis perempuan) maka: الَّذِيْ menjadi: الَّتِيْ 

Bila zIsim maushul itu digunakan untuk mutsanna (dual) maka: الَّذِيْ menjadi: الَّذَانِ sedangkan الَّتِيْ menjadi: الَّتَانِ 

Bila isim maushul itu dipakai untuk jamak maka: الَّذِيْ menjadi: الَّذِيْنَ sedangkan: الَّتِيْ menjadi: الَّذِيْنَ juga.

Isim maushul (kata sambung) ini terdapat ribuan kali dalam Al Qur'an. Sementara kata alladziinaa sendiri terdapat 1080 kali.

1.0. indek = Q001007002
1.1. no surat = 1
1.2. no ayat = 7
1.3. no kalimat = 2
2.0. Qur'anic = ٱلَّذِينَ
2.1. Tarjamah = orang-orang yang
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = 
3.1. Tarjamah = 
3.2. Jenis kalimat = 
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = ْالَّذِي
6.1. Tarjamah = yang
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = الَّذى
7.1. Tarjamah = yang
7.2. Jenis kalimat = إسم

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawab.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Kamis, 04 Februari 2016

Q001007001 (Surat Al-Fatihah, Ayat ke-7, Kata "shiraatha")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

الرّحمٰنِ الرّحيمِ

مالكِ يوْمِ الدّينِ

إيّاكَ نعبدُ وإيّاكَ نستعينُ

اهـدِنَا الصّرٰطَ المستقيمَ

صرٰطَ الّذينَ أنعمتَ عليهم عير المغضوبِ عليهم ولا الضّآلّينَ

Insyaa' Allah hari kita masuk ke ayat ke-7 dari surat Al-Fatihah.  Seperti biasa kita bahas dulu kata dan ayat kemaren bahwa kata al-mustaqiima (المستقيمَ) adalah isim ma'rifah  yang berasal dari kata isim maf'ul mustaqiimun (مستقيمٌ) dari perubahan kata (tasrif ishtilahiyah) istaqaama (استقام) - yastaqiimu (يستقيمُ). 

Kedudukan kata al-mustaqiima dalam ayat ke-6 ini adalah sebagai kata shifat dari kata ash-shiraatha (الصّرٰطَ) sekaligus sebagai maf'ul bih (objek) kedua dari kata kerja perintah ihdinaa (اهـدِنَا), dimana -naa (نَا) sebagai maf'ul bih yang pertama.

Kata kita hari ini, kata pertama pada ke-7 surat Al-Fatihah, shiraatha (صرٰطَ) = jalan, adalah pengulangan dari kata ash-shiraatha (الصّرٰطَ) pada ayat sebelumnya. Jadi kata shiraatha adalah kata badal (pengganti) kata ash-ashiraatha, dengan demikian harakatnya sama semua dengan kata yang diganti. 

Q001007001

1.0. indek = Q001007001
1.1. no surat = 1
1.2. no ayat = 7
1.3. no kalimat = 1
2.0. Qur'anic = صِرٰطَ
2.1. Tarjamah = jalan
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = 
3.1. Tarjamah = 
3.2. Jenis kalimat = 
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = صِرَاط
6.1. Tarjamah = jalan
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = صرط
7.1. Tarjamah = jalan
7.2. Jenis kalimat = إسم


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawab.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Rabu, 03 Februari 2016

Q001006003 (Surat Al-Fatihah, Ayat ke-6, Kata "al-mustaqiima")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

الرّحمٰنِ الرّحيمِ

مالكِ يومِ الدّينِ

إيّاكَ نعبُدُ وإيّاكَ نستعِينُ

اهـدِنَا الصّرٰطَ المستقِيمَ

Insyaa' Allah hari ini kita bahas kata terakhir dari ayat ke-6 surat Al-Fatihah yaitu kata Al-Mustaqiima (المستقِيمَ) = yang lurus. 

Sebelumnya kita review sedikit pembahasan kata kemaren yaitu kata Ash-Shiraatha (الصّرٰطَ) = jalan. Ash-Shiraata adalah maf'ul bih (objek) yang kedua dari kata perintah ihdi (اهـدِ) = (Engkau) tunjukilah/tunjukan dan -naa (نَا) = kami adalah maf'ul bih pertamanya. Dengan demikian kata ihdinaa (اهـدِنَا الصّرٰطَ) berarti (Engkau) tunjukilah/tunjukan kami jalan. 

Jadi demikian kata Al-Mustaqiima adalah kata shifat dari kata Ash-Shiraatha. Sebelumnya juga sudah kita bahas bahwa kata shifat mengikuti kata yang disipati (maushuf) yaitu semuanya (dua atau lebih isim) dalam keadaan Nakirah (tanwin) atau semuanya dalam keadaan Ma'rifah (alif-lam).

Beberapa hari yang lewat pada saat membahas nastaiinu, kita sudah menjelaskan fi'il mazid dengan tambahan 3-huruf ista (است). Fi'il Mazid dengan tambahan 3-huruf ini disebut juga Fi'il Sudaasii atau Fi'il 6-huruf karena jumlah total hurufnya menjadi 6 (سُدَاسِي). 

Kata Al-Mustaqiima terdiri dari awalan alif-lam (ال) = yang, dan kata mustaqiim (مُسْتَقِيم) tasrif ishtilahiyah (perubahan sentense) yang berasal dari fi'il mazid istaqaama (استقام) dengan tambahan 3-huruf ista (است) dari fi'il madhi akar kata Qaama (قَامَ). Mustaqiimun (ٌمُسْتَقِيم) adalah isim maf'ul dari tasrif ishtilahiyah dari bab/pola fi'il madhi (َاسْتَقَام) dan fi'il mudhari' (ُيَسْتَقِيم). Wazan atau rumus tasrif ishtilahiyah dari isim maf'ul adalah dengan mengganti kata ya- dan harakat dhammah diakhir kata fi'il mudhari' dengan kata mu- dan harakat dhammatain secara berturutan. 

Ketika kata mustaqiimun menjadi ma'rifah (alif lam) maka harakat huruf akhirnya menjadi dhammah kembali. Tetapi di dalam kalimat atau ayat ke-6 ini, karena al-mustaqiimu menjadi shifat dari kata ash-shiraatha maka harakat huruf akhir al-mustaqiimu menjadi fathah - menjadi al-mustaqiima.

Akar kata qawama (قوم), karena waaw (و) adalah huruf 'illat maka di dalam kamus menjadi  qaama (قام). Di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyak 45 kali akar kata qawama dan 37 kali kata mustaqiim (مستقيم).

Q001006003

1.0. indek = Q001006003
1.1. no surat = 1
1.2. no ayat = 6
1.3. no kalimat = 3
2.0. Qur'anic = ٱلْمُسْتَقِيمَ
2.1. Tarjamah = yang lurus
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = ال
3.1. Tarjamah = yang 
3.2. Jenis kalimat = حرْف
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = مُسْتَقِيم
6.1. Tarjamah = lurus
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = قوم
7.1. Tarjamah = (dia laki-laki telah) mendirikan (to stand-up, to build up)
7.2. Jenis kalimat = فعل


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawab.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Selasa, 02 Februari 2016

Q001006002 (Surat Al-Fatihah, Ayat ke-6, Kata "Ash-Shiraatha")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

الرّحمٰنِ الرّحيمِ

مالكِ يوْمِ الدِّينِ

إيّاكَ نعبدُ وإيّاكَ نستعِينُ

اهـدِنَا الصّرٰطَ المستقِيمِ


Insyaa' Allah hari ini kita lanjut pembahasan kata ke-2 ayat ke-6 surat Al-Fatihah, yaitu kata Ash Shiraatha (الصّرٰط) yg berarti jalan. Sebelum kita bahas lebih lanjut kata Ash-Shiraatha ini lebih dulu kita review sedikit tentang kata ihdinaa.

Kata ihdii adalah Fi'il Amar atau kata perintah. Perintah adalah pembicara (Mutakallim) atau "orang pertama" (saya/kami) meminta/menyuruh suatu pekerjaan agar dilakukan oleh lawan bicara (Mukhathab) sebagai orang yang diperintah. Perlu diingat bahwa yang menjadi Fa'il (Pelaku) dari Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah) adalah Dhamir Mukhathab (lawan bicara) atau "orang kedua" (kamu/kalian) sebagai orang yang diperintah untuk melakukan pekerjaan tersebut. 

Jadi dhamir rafa' (subjek) dari fi'il amar adalah orang kedua, dalam hal kata ihdii, pelaku (fa'il) adalah -ka (ـكَ) pada ayat sebelumnya sebagai dhamir darinlafazh Al-Jalallah الله yaitu Engkau. Sementara sebagai pembicara (mutakallim) adalah -Naa (ـنَا) yang juga  sebagai dhamir nashab atau objek atau maf'ul bih. Dengan demikian arti ihdii adalah (Kamu/Engkau) tunjukilah/tunjukan kami.

Kata kita hari ini adalah Ash Shiraatha (الصّرٰطَ) = jalan, adalah isim ma'rifat yang juga merupakan objek (maf'ul bih) dari kata kerja perintah ihdii. Jadi kata fi'il amar ihdii mempunyai dua objek, pertama (maf'ul bih awal) yaitu kata -naa (ـنَا) = kami dan yg kedua (maf'ul bih tsani) yaitu Ash Shiraatha (الصّرٰطَ) = jalan.

Sebagaimana telah kita bahas sebelumnya, berdasar dalil irab nashab bahwa setiap isim yang menjadi objek atau maf'ul bih maka huruf terakhirnya berharakat fathah.


1.0. indek = Q001006002
1.1. no surat = 1
1.2. no ayat = 6
1.3. no kalimat = 2
2.0. Qur'anic = ٱلصِّرٰطَ
2.1. Tarjamah = jalan
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = ال
3.1. Tarjamah = ini, itu
3.2. Jenis kalimat = حرْف 
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = صِرَاط
6.1. Tarjamah = jalan
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = صرط
7.1. Tarjamah = jalan
7.2. Jenis kalimat = إسم

Kata Ash Shiraatha terdapat sebanyak 45 kali di dalam Al Qur'an.

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawab.




--

Wassalam,
Aba Abdirrahim

Q001006001 (Surat Al-Fatihah, Ayat ke-6, Kata "ihdinaa")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِاللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

الرّحمٰنِ الرّحيمِ

مالكِ يومِ الدّينِ

إيّاكَ نعْبدُ وإيّاك نستعِينُ

اهـدِنَا الصّرٰطَ المستقِيمَ

Insyaa' Allah hari ini kita mulai membahas ayat ke-6, kata ke-1 dari surat Al-Fatihah. Tapi sebelumnya kita ralat dulu sedikit infomarsi dhamir Nahnu yang kemaren.

2. Nahnu (نَحْنُ) = kami atau kita baik laki2 maupun perempuan - dua atau lebih. Nahnu adalah Dhamir Rafa' (subjek) yang ditulis terpisah, kalau menyatu dengan kata lain maka ditulis dengan na- (نَــ). Sebagsi objek (dhamir nashab) selalu ditulis menyatu dengan kata lain, yaitu -na (ــنَا).

Kemaren sudah kita bahas dua pola, kombinasi atau form atau bab dari kata fi'il. Bab ke-1 adalah fa'ala - yaf'ulu  (فَعَلَ - يَفْعُلُ) untuk fi'il madhi dan fi'il mudhari' dan kita bahas pada kata na'budu yang mempunyai pola sama dengan pola bab ke-1 ini. Kemudian kita juga membahas pola fi'il madhi mazid dengan tambahan/sisipan 3-huruf ista (إست) dengan pola atau bab ajuf wawi (istital pesantren) dan perubahannya menjadi fi'il mudhari' mazid dengan dhamir rafa' nahnu pada kata nasta'iinu.

Insyaa Allah pada kata pertama ayat ke-6 ini yaitu kata ihdinaa (اهـدِنَا) = tunjukan atau tunjukilah kami, kita akan mempelajari fi'il amar (kata kerja perintah) pada pola kombinasi fi'il 3-huruf (tsulatsi) dengan salah satu huruf nya menggunakan huruf 'illat (penyakit) yaitu huruf yaa' (ـي) di akhir kata.

Sebelumnya kita bahas dulu pola, kombinasi atau bab ke-2 yaitu fa'ala - yaf'ilu (فَعَلَ - يَفْعِلُ) untuk fi'il madhi dan fi'il mudhari'. Sedangkan wazan atau rumus untuk fi'il amar-nya (berdasarkan wazan fi'il mudhari' yaf'ilu) adalah "mengganti kata ya- (يَـ) dengan huruf alif (ا) dan menggati harakat huruf ke-3 dengan sukun (ـلْ)", dengan demikian menjadi if'il (افْعِلْ).

Kata ihdinaa (اهـدِنَا) terdiri dari fi'il amar ihdi- (ِاهـد) = tunjukan atau tunjukilah dan dhamir nashab -naa (نَا) = kami.

Akar kata ihdina atau fi'il madhi-nya adalah hadaya (هـَدَىَ) = (dia laki2 telah) menunjukan atau memberi petunjuk, sedankan fi'il mudhari'-nya adalah yahdii (يَهـْدِى) = dia (laki2 sedang, akan dan senantiasa) memberi petunjuk. Wazan atau rumus untuk fi'il amar dari akar kata 3-huruf fi'il madhi pada kata hadaya - yahdii adalah sama dengan pola atau Bab ke-2 seperti yang kita terangkan di atas. Tetapi karena ada huruf 'illat  yaa' pada posisi huruf ke-3 maka huruf 'illat yaa' hilang (naaqish yai). Dengan demikian fi'il amar yahdii ( يَهـْدِى) menjadi ihdi (اهـْدِِ).

Jadi kata ihdinaa (اهـدِنَا) terdiri dari: 

Pertama, fi'il amar ihdi- (اهـدِ) = (engkau laki2) tunjukilah atau tunjukan.

Kedua, dhamir nashab muttashil -naa (نَا) = kami, yang nyambung dengan fi'il amar ihdi- (اهـدِ) diatas.

Kata ihdinaa hanya terdapat sebanyak 2 kali, tetapi akar kata hadaya (هـدى) terdapat sebanyak 316 kali di dalam Al Qur'an.


1.0. indek = Q001006001
1.1. no surat = 1
1.2. no ayat = 6
1.3. no kalimat = 1
2.0. Qur'anic = ٱهْدِنَا
2.1. Tarjamah = tunjukan/tunjukilah kami
2.2. Jenis kalimat = فعل
3.0. Awalan1 = 
3.1. Tarjamah = 
3.2. Jenis kalimat = 
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = نَا
5.1. Tarjamah = kami
5.2. Jenis kalimat = إسم
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = هَدَى
6.1. Tarjamah = memberi petunjuk
6.2. Jenis kalimat = فعل
7.0. Akar kalimat = هـَدَيَ
7.1. Tarjamah = (dia laki2 telah) memberi petunjuk
7.2. Jenis kalimat = فعل

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bishshawab.





--

Wassalam,

Aba Abdirrahim

Q001005004 (Surat Al-Fatihah, Ayat ke-5, Kata "nasta'iinu")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

الرّحمٰنِ الرّحيمِ

مالكِ يوْمِ الدّينِ

إيّاكَ نعْبدُ وإيّاكَ نستعِينُ

Insyaa Allah hari ini kita akan membahas kata tetakhir dari ayat ke-5 surat Al Fatihah.

Seharusnya kemaren kita review Dhamir (kata ganti orang) dan Fi'il Madhi (kata kerja lampau) dan Fi'il Mudhari' (kata kerja sedang, akan dan kebiasaan) karena sudah beberapa kali kita menggunakan istilah tersebut dan kata wa-iyyaaka pengulangan dari kata iyyaaka.

Dhamir, ada yg bilang 14 ada yg bilang 12 karena ada 2 dhamir sama baik buat laki-laki maupun perempuan. Dhamir sebagai subject disebut Dhamir Rafa' sedangkan sebagai objek disebut Dhamir Nashab. Yang sudah kita gunakan sama hari ini adalah:

1. Anta (أَنْتَ) = kamu laki2 - tunggal. Anta adalah Dhamir Rafa' (subjek) yang ditulis terpisah, kalau menyatu dengan kata lain maka ditulis dengan ta- (تَــ). Sebagsi objek (dhamir nashab) selalu ditulis menyatu dengan kata lain, yaitu -ka (ــكَ).

2. Nahnu (نَحْنُ) = kami atau kita baik laki2 maupun perempuan - dua atau lebih. Nahnu adalah Dhamir Rafa' (subjek) yang ditulis terpisah, kalau menyatu dengan kata lain maka ditulis dengan na- (نَــ). Sebagsi objek (dhamir nashab) selalu ditulis menyatu dengan kata lain, yaitu -naa (ـنَا).

3. Huwa (هـُوَ) = dia laki2 - tunggal. Huwa adalah Dhamir Rafa' (subjek) yang ditulis terpisah, kalau menyatu dengan kata lain maka ditulis dengan ya- (يَــ). Sebagsi objek (dhamir nashab) selalu ditulis menyatu dengan kata lain, yaitu -hu (ــهُ).

Dhamir yg ditulis terpisah disebut juga dhamir munfashil sedang yg ditulis menyatu disebut dhamir muttashil. Jadi semua objek (dhamir nashab) selalu ditulis menyatu atau dhamir muttashil.

Secara umum Fi'il kata kerja dibagi menjadi 3 kategori, tapi yang sudah kita bahas baru dua yaitu Fi'il Madhi (lampau) dan Fi'il Mudhari' (sekarang, akan dan kebiasaan). Yang belum kita bahas adalah Fi'il Amar (perintah). 

Umumnya atau mayoritas kata dalam bahasa Arab terdiri dari 3 huruf dan mengikuti acuan atau timbangan atau rumus tertentu yang dalam bahasa Arab disebut wazan. Pola atau kombinasi atau patern atau form seluruh bahasa Arab ada 35 (mayoritas dari 3-huruf, tapi ada juga yg 4-huruf atau 5-huruf). Masing2 pola atau kombinasi ini ada beberapa wazan.

Perubahan akar kata kerja menjadi kata kerja lain baik kata kerja sekarang, perintah maupun kata benda (isim) dan lain-lain disebut tasrif. Tasrif berdasarkan jumlah atau jenis pelakunya (dhamir) disebut tasrif lughawi. Sedangkan tasrif berdasar jenis kata (kerja, isim, perintah, dll) disebuy tasrif ishtilahi.

Fi'il madhy berubah menjadi fi'il mudhari' disebut tasrif ishtilahi. Sedangkan Fi'il dengan dhamir huwa ke dhamir nahnu disebut tasrif lughawi.

Untuk Fi'il dari kelompok 3-huruf yang tidak ada huruf sisipan sama sekali (disebuat fi'il mujarrad) ada 6 pola atau form (istilah santri bab), sedangkan dari kelompok 3-huruf  yang ada sisipan 2-3 huruf (disebut fi'il mazid) ada 12 bab. Dan masing2 bab banyak wazan (rumus) perubahannya.

Bab ke-1 (mulai dari mujarrad) yaitu 'abada (عَبَدَ) (fi'il madhi) yang artinya (dia laki2 telah) menyembah, berubah menjadi fi'il mudhari' ya'budu (يَعْبُدُ) yang berarti (dia laki2 sedang, akan dan senantiasa) menyembah. 

Kata 'abada mempunyai rumus (wazan) seperti itu, yaitu عَبَدَ (kasrah semua) sedangkan kata ya'budu mempunyai wazan "dhamir rafa' + huruf pertama suku (mati) + huruf ke-2&3 dhammah" yaitu يَعْبُدُ. Perubahan tasrif dari 'abada  ke ya'budu disebut tasrif ishtilahi. 

Kalau dhamir rafa' (subjek) diganti menjadi kami maka kata fi'il mudharif ya'budu menjadi na'budu (نَعْبُدُ) yang berarti "kami (sedang, akan dan senantiasa) menyembah. Perubahan dari ya'budu ke na'budu disebut tasrif lughawi. Sementara wazan ya'budu dengan na'budu sama yaitu "dhamir rafa' + huruf pertama suku (mati) + huruf ke-2&3 dhammah".

Semua kata bahasa Arab yang mengikuti pola atau bab ke-1 ini, wazannya (rumusnya) sama semua. 

Contoh: كَتَبَ = (dia laki2 telah) menulis sebagai fi'il madhi dan fi'il mudhari'nya يَكْتُبُ = dia (laki2 sedang, akan dan senantiasa) menulis. Maka menjadi نَكْتُبُ jika subjeknya berubah menjadi kami.

Insyaa Allah hari ini kata ke-4 ayat je-5 surat Al Fatihah adalah nasta'iinu (نَسْتَعِيْنُ) = kami (sedang, akan dan senantiasa) minta/mohon pertolongan.

Kata nasta'iinu terdiri dari dhamir subjek (nashab) kami na- (نَــ) dan fi'il mazid dengan tambahan 3-huruf ista (إِسْتَ) = memohon atau meminta, akar kata dari fi'il madhi mujarraf  'aana (عَاَنَ) yang berarti (dia laki2 telah) menolong. Dengan tambahan kata ista ini maka kata ista'aana (إِسْتَعَاَنَ) = (dia laki2 telah) minta pertolongan, menjadi fi'il madhi mazid.

Kita sebut saja Pola atau Bab ke-33.1 (3-huruf, 3-sisipan, pola ke-1) fi'il madhi ista'aana menjadi fi'il mudhari' yasta'iinu (يَسْتَعِينُ) = dia (laki2 sedang, akan dan senantiasa) minta pertolongan. Perubahan dhamir rafa' (subjek) dia ke kami, maka menjadi nasta'iinu (نَسْتَعِينُ) = kami (sedang, akan dan senantiasa) minta pertolongan.

Ista (إست) meskipun meskipun berarti meminta/memohon tetapi tidak termasuk kata kerja atau fi'il karena kata ista selalu ditulis menyatu dengan kata kerja lain seperti istaraaha = minta istirahat atau ber-istirahat.

Sementara akar kata 'aana (عان) karena huruf 'illat (lemah) alif ditengah, maka dikamus dicari dengan kata عون (menolong) atau عين (melihat). Jadi yang cocok adalah عون.

1.0. indek = Q001005004
1.1. no surat = 1
1.2. no ayat = 5
1.3. no kalimat = 4
2.0. Qur'anic = نَسْتَعِينُ
2.1. Tarjamah = kami minta pertolongan
2.2. Jenis kalimat = فعل
3.0. Awalan1 = نَ
3.1. Tarjamah = kami
3.2. Jenis kalimat = إسم
3.3. Awalan2 = َاسْت
3.4. Tarjamah = minta, mohon
3.5. Jenis kalimat = حرْف
3.6. Awalan3 = 
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan3 =
5.0. Akhiran1 = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = ٱسْتَعِينُ
6.1. Tarjamah = minta pertolongan
6.2. Jenis kalimat = فعل
7.0. Akar kalimat = عَوْن
7.1. Tarjamah = (dia laki2 telah) menolong
7.2. Jenis kalimat = فعل


Semoga bermamfaat, wallahu a'lamu bishshawab.




--

Wassalam,

Aba Abdirrahim