Rabu, 14 September 2016

Q002020010 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-20, Kata "waidzaa")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

‎أو كصيّبٍ مّن السّمآءِ فيهِ ظلمٰتٌ ورعدٌ وبرْقٌ يجعلُون أصٰبعَهُم فىٓ ءاذانِهِم مّن الصّوٰعقِ حذرَ الموتِ واللهُ محيطٌ بالكٰفرِين (QS 2:19)

‎يكادُ البرقُ يخطفُ أبصٰرَهُم ۖ كلّمَآ أضآءَ لهُم مّشَوْا فيهِ وإذَآ أظلمَ عليهِم قامُوا ۚ ولو شآءَ اللهُ لذهبَ بسمعِهِم وأبصٰرِهِم ۚ إنّ اللهَ علىٰ كلِّ شىءٍ قديرٌ (QS 2:20)

Alhamdulillahi wasyukurillahi 'alaa ni'matillahi. Segala puji dan syukur bagi Allah atas segala nikhmat, baik nikhmat iman, nikhmat Islam dan nikhmat kelezatan dunia yang Allah berikan pada kita. Salawat dan salam kita ucapkan kepada junjungan kita, Nabi dan Rasul yang mulia Muhammad SAW dan keluarga Beliau, kepada para Sahabat RA, para Tabi'in, Tabiut Tabiahum dan kepada semua ummat Islam dimanapun berada sepanjang zaman. Semoga kita semua dapat senatiasa istiqamah menegakkan ajaran Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.

Ayat ke-20 surat Al-Baqarah ini terdiri dari beberapa bagian kalimat sebagai berikut: 
- يكادُ البرقُ يخطفُ = Hampir-hampir kilat itu menyambar 
- أبصٰرَهُم ۖ  = penglihatan mereka. 
- كلّمَآ = Setiap kali 
- أضآءَ لهُم = (kilat itu) menyinari mereka, 
- مّشَوْا فِيهِ = mereka berjalan di bawah (sinar itu), 
- وإذَآ أظلمَ = dan bila gelap 
- عليهِم قاموا۟ ۚ  = menimpa mereka, mereka berhenti. 
- ولَوْ شَآءَ = Jikalau (Allah) menghendaki, 
- ٱللهَ لذهبَ = niscaya Dia (Allah) melenyapkan 
- بسمعِهِم وأبصٰرِهِم ۚ  = pendengaran dan penglihatan mereka. 
- إنَّ ٱللهَ علىٰ كلِّ شىْءٍ قدِيرٌ = Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.

Insyaa' Allah, pada hari ini kita akan membahas kata ke-10 dari ayat ke-20 surat Al-Baqarah, yaitu kata wa-idzaa (وَإِذَآ) = dan bila atau apabila.

Sebelumnya sudah kita bahas mengenai kata atau huruf wa (و) dapat berfungsi sebagai berikut:
- Huruf athaf wa (و) = dan, yaitu huruf penghubung kata atau kalimat sebelum dan sesudah huruf athaf wa (و).
- Huruf wa (و) isti'nafiyah (ibtidaiyah) yaitu huruf diawal kalimat, boleh diterjemahkan dan atau tidak diterjemahkan.
- Huruf wa (و) juga berfungsi sebagai qasam (sumpah) yang berarti "demi".
- Huruf wa (و) yang berfungsi sebagai haal (حال) yaitu yang menjelaskan suatu keadaan atau status yang berarti padahal atau dan.

Sebelumnya juga sudah kita bahas bahwa huruf adat syarat merupakan huruf-huruf yang digunakan mensyaratkan sesuatu. Huruf adat syarat ada yang beramal (berfungsi) mempengaruhi i'rab kata sesudahnya dan ada juga yang tidak. Huruf adat syarat yang mempengaruhi i'rab hanya menjazamkan kata kerja fi'il saja. 

Huruf adat syarat ada beberapa yaitu sebagai berikut:
1. Huruf adat syarat yang tidak beramal atau mempengaruhi i'rab kata setelahnya, yaitu:
- Idza (إذا ) = apabila, bila
- Lau (لو) = jikalau, seandainya, sekiranya.
- Laulaa (لَوْلاَ) = seandainya. Asalnya Law (لو) ditambah dengan Laa (لا). Meski berupa gabungan namun maknanya serupa dangan Law (لو) saja 
- Lauma (لوما ) = seandainya - digunakan dengan arti dan fungsi yang serupa dengan lawlaa (لولا). 

2. Sedangkan yang menjazamkan i'rab kata sesudahnya, yaitu:
- In (إن) = jika 
- Man (من) = siapa 
- Aina (أين) = dimana
- Mahmaa (مهما) = apapun
- Ayyun (أي) = apa

Kata atau huruf adat syarat mempunyai fi'il syarat dan jawab syarat, untuk memenuhi kriteria syarat. Kalimat yang didahului dengan kata adat syarat dinamakan jumlah syarthiyyah. Apabila jawab syarat (jawab asy-syarath) dari jumlah syartiyyah dibuang, itu menunjukkan pentingnya masalah yang dibicarakan.

Perbedaan antara huruf syarat idza (إذا) dan in (إن) adalah huruf syarat idza (إذا) digunakan untuk sesuatu yang diyakini, atau diduga keras atau sering kali terjadi, sedangkan huruf adat syarat In (إن) digunakan untuk yang diragukan atau jarang terjadi. Jadi huruf adat syarat idzaa (إذَا) mempunyai makna atau berhubungan dengan waktu (zharaf zaman) yang pasti terjadi.

Juga sudah kita singgung sedikit bahwa zharaf adalah keterangan waktu dan tempat. Zharaf terbagi menjadi dua yaitu isim waktu dan isim tempat yang menashabkan kata setelahnya. Menurut kalangan orang Arab, semua zharaf (dari isim waktu atau tempat itu) dengan memperkirakan makna fii (فى) = pada (tempat) atau dalam (waktu). Jadi; 
- Setiap lafazh yang mengandung makna fii (في) = pada/dalam, dan menunjukan waktu  maka itu adalah zharaf zaman. 
- Setiap lafazh yang mengandung makna fii (في) = pada/dalam, dan menunjukan tempat maka itu adalah zharaf makan.

Kata waidzaa (وإذَا) merupakan jumlah syartiyyah yang terdiri dari dua bagian sebagai berikut:
- Huruf isti'nafiyah wa (وَ) = dan, yaitu huruf yang terdapat di awal kalimat.
- Huruf adat syarat idzaa (إذا) = apabila, yaitu huruf syarat yang mempunyai makna zaman atau keterangan waktu atau zharaf zaman yang diyakini, atau diduga keras atau sering kali terjadi.

Jadi kata idzaa (إذآ) pada waidzaa atau wa-idzaa (وإذآ) dari ayat ke-20 surat Al-Baqarah ini merupakan zharaf zaman karena mengandung makna fii (في) = pada/dalam, dan menunjukan waktu. Kata waidzaa (وإذَا) di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyak 135 kali, sedangkan asal kata idzaa (إذَا) terdapat sebanyak 468 kali.

1.0. indek = Q002020010
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 20
1.3. no kalimat = 10
2.0. Qur'anic = وَإِذَا
2.1. Tarjamah = dan apabila
2.2. Jenis kalimat = حرف
3.0. Awalan1 = وَ
3.1. Tarjamah = dan
3.2. Jenis kalimat = حرف
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan2 =
5.0. Akhiran1 = 
5.1. Tarjamah = 
5.2. Jenis kalimat = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = إذَا
6.1. Tarjamah = apabila
6.2. Jenis kalimat = حرف
7.0. Akar kalimat = 
7.1. Tarjamah = 
7.2. Jenis kalimat = 


Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah (dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah). Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.


--

Salaaman,


Aba Abdirrahim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar