Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ
وإذْ قلنا ادْخلُوا هَٰذهِ القريةَ فكلوا منها حيثُ شئتمْ رغدًا وادخلوا البابَ سجّدًا وقولوا حطّةٌ نّغفرْ لكمْ خطاياكمْ ۚ وسنزيدُ المحسنينَ (QS 2:58)
فبدّلَ الّذين ظلموا قولًا غيرَ الّذي قيلَ لهمْ فأنزلْنَا على الّذين ظلموا رجزًا مّنَ السّماءِ بما كانوا يفسقونَ (QS 2:59)
Alhamdulillahi wasyukurillahi 'alaa ni'matillahi. Segala puji dan syukur bagi Allah atas segala nikhmat, baik nikhmat iman, nikhmat Islam dan nikhmat kelezatan dunia yang Allah berikan pada kita. Salawat dan salam kita ucapkan kepada junjungan kita, Nabi dan Rasul yang mulia Muhammad SAW dan keluarga Beliau, kepada para Sahabat RA, para Tabi'in, Tabiut Tabiahum dan kepada semua ummat Islam dimanapun berada sepanjang zaman. Semoga kita semua dapat senantiasa istiqamah menegakkan ajaran Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.
Ayat ke-59 surat Al-Baqarah ini terdiri dari beberapa bagian kalimat sebagai berikut:
- Lalu mengganti orang-orang yang = فبدّلَ الّذين
- zalim = ظلموا
- perintah dengan (mengerjakan) tidak = قولًا غيرَ
- yang diperintahkan kepada mereka. = الّذي قيلَ لهمْ
- Sebab itu Kami timpakan = فأنزلْنَا
- atas orang-orang yang zalim itu = على الّذين ظلموا
- siksa dari langit, = رجزًا مّنَ السّماءِ
- karena mereka berbuat fasik. = بما كانوا يفسقونَ
Jika Allah menghendaki atau insya Allah (إن شاء الله atau kalau dilatenkan "in syaa-a Allaah"), pada hari ini kita akan membahas kata ke-5 pada ayat ke-59 surat Al-Baqarah, yaitu kata qhaira (غَيْرَ) = tidak, bukan atau selain.
Sebelumnya sudah kita bahas bahwa semua bahasa manusia tersusun dari tiga komponen dasar yaitu:
- Satuan bunyi yang disebut huruf atau abjad.
- Susunan huruf yang memiliki arti tertentu yang disebut kata (dalam bahasa Arab disebut kalimat = الْكَلِمَة)
- Rangkaian kata yang mengandung pikiran yang lengkap yang disebut kalimat (dalam bahasa Arab disebut kalam = الْكَلَامْ atau jumlah = الْجُمْلَة).
Dalam tata bahasa Arab, kalimat atau kata dibagi ke dalam tiga golongan besar:
- Isim ( إسْم ) atau atau kata benda, yaitu kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut tidak terikat dengan waktu.
- Fi’il ( فِعْل ) atau kata kerja, yaitu kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut terikat dengan waktu.
- Huruf ( حَرْف ) atau kata tugas, yaitu kata yang tidak mempunyai makna yang sempurna kecuali setelah bersambung dengan kata yang lain. Huruf yang dikategorikan sebagai al-kalimah adalah huruf-huruf ma'any (tergantung kebiasaan orang Arab).
Penggunaan istilah Kata Benda, Kata Kerja dan Kata Tugas dalam tata bahasa Indonesia, tidak sama persis dengan Isim, Fi'il dan Harf dalam tata bahasa Arab. Namun bisalah dipakai untuk sekadar mendekatkan pengertian.
Pembagian Isim:
- Isim 'Alam (Kata benda Nama). Dalam golongan Isim, ada yang disebut dengan Isim 'Alam yaitu Isim yang merupakan nama dari seseorang atau sesuatu.
- Isim mudzakkar (laki2) dan muannats (perempuan. Dalam tata bahasa Arab, dikenal adanya penggolongan Isim ke dalam Mudzakkar (laki-laki) atau Muannats (perempuan). Penggolongan ini ada yang memang sesuai dengan jenis kelaminnya (untuk manusia dan hewan) dan adapula yang merupakan penggolongan secara bahasa saja (untuk benda dan lain-lain).
Dari segi bentuknya, isim muannats biasanya ditandai dengan adanya tiga jenis huruf di belakangnya yaitu:
- Ta marbuthah ( ة ): Al-Baqarah (البقرة) = sapi betina, atau Al-Faatihah (الفَاتِحَة) = Pembukaan atau opening
- Alif maqshurah ( ى ): Salma (سَلْمَى) atau Mushalla (مُصَلَّى) = tempat shalat
- Alif mamdudah ( اء ): Asma (أَسْمَاء) atau Al-Isra' (الإِسْرَاء) = Perjalanan malam.
Namun adapula isim muannats yang tidak menggunakan tanda-tanda di atas. Misalnya bahrun (بَحْرٌ) = lautan, nafsun (نَفْسٌ) = jiwa atau diri) dan syamsun (شَمْسٌ) = matahari.
Sebaliknya ada pula beberapa isim mudzakkar yang menggunakan Ta marbuthah, seperti Hamzah (حَمْزَة), Thalhah (طَلْحَة) dan Muawiyah (مُعَاوِيَة).
Pengenalan jenis kelamin isim ini diperlukan untuk kita menyusun kalimat atau percakapan. Seperti kita tidak bisa mengatakan dzaalika al-baqarah (itu sapi betina), meskipun secara makna benar tetapi secara tata bahasa salah, tapi harus tilka al-baqarah (تلك البقرة) = itu sapi betina. Karena, al-baqarah sebagai subjek percakapan adalah dari kata isim jenis perempuan maka kita harus menggunakan kata tunjuk dari jenis perempuan juga yaitu tilka (itu).
Dari segi bilangannya, bentuk-bentuk Isim dibagi tiga:
- ISIM MUFRAD (tunggal) kata benda yang hanya satu atau sendiri.
- ISIM MUTSANNA (dual) kata benda yang jumlahnya dua.
- ISIM JAMAK (plural) atau kata benda yang jumlahnya lebih dari dua.
Menurut penunjukannya, Isim dapat dibagi dua:
- ISIM NAKIRAH atau kata benda sebarang atau tak dikenal (tak tentu).
- ISIM MA'RIFAH atau kata benda dikenal (tertentu).
Isim Nakirah merupakan bentuk asal dari setiap Isim, biasanya ditandai dengan huruf akhirnya yang bertanwin ( ً ٍ ٌ ). Sedangkan Isim Ma'rifah biasanya ditandai dengan huruf Alif-Lam ( ال ) di awalnya.
Alhamdulillah, sebelumnya sudah kita bahas bahwa menurut kaidah-kaidah nahwu, isim dari sisi i'rab (berubahnya harakat akhir) dan bina (tetapnya harakat akhir) dibagi menjadi dua:
- Mu'rab, yaitu isim yang harakat akhirnya berubah sesuai dengan posisi dalam kalmat.
- Mabni, yaitu isim yang harakat akhirnya tetap meskipun posisinya berubah-ubah.
Isim mu'rab terbagi menjadi:
- Marfu', yaitu isim dengan tanda i'rab utamanya dhammah.
- Manshub, yaitu isim dengan tanda i'rab utamanya fathah.
- Majrur, yaitu isim dengan tanda i'rab utamanya kasrah.
Isim marfu' berada pada 6 posisi, yaitu:
- Mubtada,
- Khabar,
- Isim Kana atau salah satu saudaranya (Termasuk juga isim af'al muqarabah, raja' dan syuru')
- Khabar inna atau salah satu saudaranya.
- Fail, dan
- Naibul Fail.
Catatan bahwa setiap isim akan menjadi marfu' apabila mengikuti posisi isim marfu'.
Isim mansub adalah isim yang terkena i'rab nashab yang berfungsi sebagai objek. Tanda-tanda isim manshub adalah sebagai berikut:
- Fathah (ــَــًــ), pada isim mufrad dan jama’ taksir. Fathah dinamakan tanda nashab yang pokok, sedangkan tanda-tanda berikut dinamakan tanda nashab yang cabang.
- Al-yaa (ين), pada mutsanna dan jama’ mudzakkar salim. Huruf al-yaa sebelum mutsanna difathahkan dan sebelum jama’ dikasrahkan.
- Kasrah (ــِــ) atau ta muannats (تِ), pada jama’ muannats salim.
- Alif (ا), pada asmaul khamsah (isim mansub yang lima), yaitu أَبَاكَ – أَخَاكَ – حَمَاكَ – فَاكَ – ذَامَال
Isim menjadi manshub pada 11 posisi, yaitu:
- Khabar kana,
- Isim Inna,
- Maf’ul Bih,
- Maf’ul Muthlaq,
- Maf’ul li Ajlih,
- Maf’ul Ma’ah,
- Maf’ul Fih (Zharaf Zaman dan Makan)
- Hal,
- Mustatsna,
- Munada, dan
- Tamyiz.
Demikian juga isim menjadi manshub apabila mengikuti isim yang manshub.
Isim majrur adalah isim yang terkena i'rab jar. Tanda-tanda isim majrur adalah sebagai berikut:
- Kasrah (ــِــ) pada isim mufrad, jama’ taksir dan jama’ muannats salim.
- Ya’ (ي) pada mutsanna, jama’ mudzakkar salim dan asmaul khamsah (isim yang lima).
- Fathah (ــَــًــ), Ada juga isim-isim yang majrur dengan fathah pada isim mufrad dan jama’ taksir.
Isim menjadi majrur pada dua posisi:
- Apabila didahului huruf jar.
- Apabila sebagai mudhaf ilaih.
Demikian juga isim menjadi majrur apabila mengikuti isim yang majrur.
Sebelumnya sudah kita bahas bahwa Istitsnaa' bisa merupakan huruf, isim atau fi'il. Kata istitsnaa' adalah kata untuk mengecualikan, yang dalam ilmu nahwu disebut adawat (jamak dari adat) istitsna. Ada beberapa istilah yang digunakan dalam kalimat pengecualian, yaitu:
- Al-Mustatsnaa, yaitu kata (biasanya isim) yang jatuh sesudah adat istitsnaa’)
- Al-Mustatsna minhu, yaitu kata (biasanya isim) yang ada sebelum adat istitsnaa' yang dijadikan patokan pengecualian)
- Adatul-Istitsnaa’ (perangkat istitsnaa').
Jadi adawat, adat, lafazh atau kata istitsnaa' berfungsi untuk mengecualikan kata (biasanya isim) sesudah kata istitsnaa' (disebut mustatsnaa) yang masuk dalam hukum kata (biasanya isim) sebelum kata istitsnaa' (disebut mustatsnaa minhu) baik pemasukan hukum tersebut secara jelas (hakiki) atau perkiraaan (taqdiri).
Kata istitsnaa semuanya ada delapan yang semuanya berarti kecuali, selain atau melainkan. Kata istitsnaa' dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
- Huruf istitsnaa', yaitu kata illaa (إلَّا)
- Isim istitsnaa', yaitu kata ghairu (غَيْرُ) dan siwaa (سِوَى). Kata siwaa (سِوَى) bisa berupa kata suwaa (سُوَى) atau sawaau (سَوَاءُ),
- Fi'il istitsnaa', yaitu laisa (لَيْسَ) dan laa yakuunu (لَا يَكُونُ).
- Bisa dimasukan sebagai fi’il istitsnaa atau huruf istitsnaa', yaitu kata khalaa (خَلَا), 'adaa (عَدَا) dan haasyaa (حَاشَا). Kata haasyaa (حَاشَا) pada umumnya masuk kepada huruf istitsnaa'.
Adawat istitsnaa adalah mabni. I'rab mustatsnaa pada umumnya adalah wajib Nashab ‘ala Istitsnaiyah, dengan syarat:
- Berupa Kalam Tamm yaitu: kalam Istitsnaa dengan menyebut Mustatsna Minhu.
- Berupa Kalam Mujab (kalimat positif) yaitu: tanpa Nafi atau Syibhu Nafi (Nahi, Istifham bimakna Nafi).
Ada 3 kaidah yang berkaitan dengan huruf istitsna illaa (إلّا):
- Bila kalimatnya sempurna dan positif, maka mustatsnaa'nya wajib manshub.
- Bila kalimatnya sempurna dan negatif, maka boleh menghukumi mustatsna sebagai badal (mengikuti mustatsnaa' minhu) ataupun manshub dengan adat ististnaa.
- Bila kalimatnya negatif dan tidak sempurna, maka i’rab mustatsna mengikuti ‘amilnya.
Bila istitsnanya menggunakan isim istitsnaa' ghairu (غير), siwaa (سِوى), suwaa (سُوى) dan sawaau (سَواء) maka mustatsnanya wajib majrur. Karena keempat jenis istitsna ini merupakan isim bukan huruf, maka ketiga kaidah huruf ististna di atas bukannya berlaku untuk mustatsna nya melainkan untuk keempat isim istitsna ini. Sehingga:
- Bila kalimatnya sempurna dan positif, maka isim istitsna nya yang wajib manshub sedangkan mustatsna nya wajib majrur.
- Bila kalimatnya sempurna dan negatif, maka boleh menghukumi isim istitsna sebagai badal ataupun manshub dengan adat ististnaa sedangkan mustatsna nya tetap wajib majrur.
- Bila kalimatnya negatif dan tidak sempurna, maka I’rab isim ististna mengikuti ‘amilnya sedangkan mustatsna tetap wajib majrur.
Catatan bahwa karena isim siwaa (سِوى) dan suwaa (سُوى) diakhiri alif maqsurah (ى) maka tidak terlihat perbedaannya ketika marfu, manshub, dan majrur karena sama-sama dalam keadaan aslinya.
Bila istitsnanya menggunakan khalaa (َخَلاَ), 'adaa (عَدَا) dan haasyaa (حَاشَا) maka boleh menjadikan mustatsnanya manshub atau majrur. Jika mustatsnaa'nya majrur, maka ketiga adawat istitsna ini dianggap sebagai huruf istitsnaa' atau huruf jar dan mustatsnaa'nya disebut isim majrur. Sedangkan jika mustatsnaa'nya manshub, maka ketiga adawat istitsna ini dianggap sebagai fi’il istitsnaa dan mustastsna disebut sebagai maf’ul bih.
Kata ghaira (غَيْرَ) aslinya adalah ghairu (غَيْرُ) = kecuali atau melainkan atau selain, adalah kata benda isim istitsnaa yang memajrurkan kata mustatsnaa setelahnya.
Jadi kata ghaira (غَيْرَ) pada ayat ke-59 surat Al-Baqarah ini adalah kata benda isim mansub dengan ciri utama fathah. Kata ghaira (غَيْرَ) merupakan badal atau mewakili kata kerja qaulan (قَوْلًا) sebelumnya karena kalimatnya negatif dan tidak sempurna, maka I’rab isim ististna mengikuti ‘amilnya. Kata ghaira (غَيْرَ) ini di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyak 45 kali, sedangkan asal kata ghair (غَيْر) dengan semua kemungkinan awalan, akhiran dan/atau i'rab terdapat sebanyak 159 kali.
1.0. Indek = Q002059005
1.1. No surat = 2
1.2. No ayat = 59
1.3. No kalimat = 5
2.0. Qur'anic = غَيْرَ
2.1. Tarjamah = tidak atau bukan
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 =
3.1. Tarjamah =
3.2. Jenis kalimat =
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan2 =
5.0. Akhiran1 =
5.1. Tarjamah =
5.2. Jenis kalimat =
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = قَوْل
6.1. Tarjamah = kecuali, melainkan dan selain
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat =
7.1. Tarjamah =
7.2. Jenis kalimat =
الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ
Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.
Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.
Wassalam
References:
- http://www.almaany.com/quran/2/59/5/
- http://corpus.quran.com/treebank.jsp?chapter=2&verse=59&token=5
- http://tanzil.net/#search/quran/غير
Tidak ada komentar:
Posting Komentar