Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ
وظلّلنَا عليكمُ الغمامَ وأنزلنَا عليكمُ المنَّ والسّلوَىٰ ۖ كلوا من طيّباتِ ما رزقنَاكمْ ۖ وما ظلمونَا ولَٰكن كانوا أنفسهمْ يظلمونَ (QS 2:57)
وإذْ قلنا ادْخلُوا هَٰذهِ القريةَ فكلوا منها حيثُ شئتمْ رغدًا وادخلوا البابَ سجّدًا وقولوا حطّةٌ نّغفرْ لكمْ خطاياكمْ ۚ وسنزيدُ المحسنينَ (QS 2:58)
Alhamdulillahi wasyukurillahi 'alaa ni'matillahi. Segala puji dan syukur bagi Allah atas segala nikhmat, baik nikhmat iman, nikhmat Islam dan nikhmat kelezatan dunia yang Allah berikan pada kita. Salawat dan salam kita ucapkan kepada junjungan kita, Nabi dan Rasul yang mulia Muhammad SAW dan keluarga Beliau, kepada para Sahabat RA, para Tabi'in, Tabiut Tabiahum dan kepada semua ummat Islam dimanapun berada sepanjang zaman. Semoga kita semua dapat senantiasa istiqamah menegakkan ajaran Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.
Ayat ke-58 surat Al-Baqarah ini terdiri dari beberapa bagian kalimat sebagai berikut:
- Dan (ingatlah), ketika = وإذْ
- Kami berfirman: = قلنا
- "Masuklah kamu = ادْخلُوا
- ke negeri ini (Baitul Maqdis), = هَٰذهِ القريةَ
- dan makanlah dari hasil buminya, = فكلوا منها حيثُ
- yang Kamu sukai = شئتمْ
- yang banyak lagi enak dimana dan masukilah pintu gerbangnya = رغدًا وادخلوا البابَ
- sambil bersujud, dan katakanlah: = سجّدًا وقولوا
- "Bebaskanlah kami dari dosa", = حطّةٌ
- niscaya Kami ampuni = نّغفرْ
- kesalahan-kesalahanmu, = لكمْ خطاياكمْ ۚ
- dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik". = وسنزيدُ المحسنينَ
Jika Allah menghendaki atau insya Allah (إن شاء الله atau kalau dilatenkan "in syaa-a Allaah"), pada hari ini kita akan membahas kata ke-19 pada ayat ke-58 surat Al-Baqarah, yaitu kata wasanaziidu (وَسَنَزِيْدُ) = dan kelak Kami (jama’ mudzakkar sedang, akan dan/atau senantiasa) menambah.
Sebelumnya sudah kita bahas bahwa semua bahasa manusia tersusun dari tiga komponen dasar yaitu:
- Satuan bunyi yang disebut huruf atau abjad.
- Susunan huruf yang memiliki arti tertentu yang disebut kata (dalam bahasa Arab disebut kalimat = الْكَلِمَة)
- Rangkaian kata yang mengandung pikiran yang lengkap yang disebut kalimat (dalam bahasa Arab disebut kalam = الْكَلَامْ atau jumlah = الْجُمْلَة).
Dalam tata bahasa Arab, kalimat atau kata dibagi ke dalam tiga golongan besar:
- ISIM ( اِسْم ) atau atau kata benda, yaitu kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut tidak terikat dengan waktu.
- FI'IL ( فِعْل ) atau kata kerja, yaitu kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut terikat dengan waktu.
- HARF ( حَرْف ) atau kata tugas, yaitu kata yang tidak mempunyai makna yang sempurna kecuali setelah bersambung dengan kata yang lain. Huruf yang dikategorikan sebagai al-kalimah adalah huruf-huruf ma'any (tergantung kebiasaan orang Arab).
Penggunaan istilah Kata Benda, Kata Kerja dan Kata Tugas dalam tata bahasa Indonesia, tidak sama persis dengan Isim, Fi'il dan Harf dalam tata bahasa Arab. Namun bisalah dipakai untuk sekadar mendekatkan pengertian.
Perlu diketahui sebelumnya bahwa kalimat baik fi’il ataupun isim dalam bahasa arab paling sedikit terdiri dari 3 huruf dan paling banyak adalah 7/9 huruf. Umumnya atau mayoritas akar kata dari kata kerja dalam bahasa Arab terdiri dari 3 huruf dan mengikuti acuan atau timbangan atau rumus tertentu yang dalam bahasa Arab disebut wazan.
Untuk mengingatkan kembali bahwa sebelumnya sudah kita bahas wazan dari kata kerja fi'il bentuk ke-1 (dari 14) yaitu fi'il tsulatsi mazid untuk Mitsaal (M), Ajwaf (A) dan Naaqish (N) adalah sebagai berikut:
- AM1 = wa'ala (وَعَلَ) - ya'ilu (يَعِلُ) - 'il (عِلْ)
- AM2 = wa'ala (وَعَلَ) - ya'alu (يَعَلُ) - 'al (عَلْ)
- AM3 = wa'ila (وَعِلَ) - ya'ilu (يَعِلُ) - 'il (عِلْ)
- AM4 = wa'ila (وَعِلَ) - yau'alu (يَوْعَلُ) - ii'al (اِيْعَلْ)
- AM5 = wa'ula (وَعُلَ) - yau'ulu (يَوْعُلُ) - uu'ul (اُوْعُلْ)
- AM6 = ya'ila (يَعِلَ) - yai'alu (يَيْعَلُ) - ii'al (اِيْعَلْ)
- AM7 = wa'ila (وَعِلَ) - ya'alu (يَعَلُ) - 'al (عَلْ)
- AA1 = faala (فَالَ) - yafuulu (يَفُوْلُ) - ful (فُلْ), ajwaf waaw (و) dimana huruf 'illat waaw (و) menjadi alif (ا)
- AA2 = aala (آلَ) atau (ءَالَ) - yauulu (يَؤُوْلُ) - ul (أُلْ), ajwaf waaw (و) dimana huruf 'illat waaw (و) menjadi alif (ا)
- AA3 = faala (فَالَ) - yafaalu (يَفَالُ) - fal (فَلْ), ajwaf waaw (و) dimana huruf 'illat waaw (و) menjadi alif (ا)
- AA4 = faala (فَالَ) - yafiilu (يَفِيْلُ) - fil (فِلْ), ajwaf yaa (ي) dimana huruf 'illat yaa (ي) menjadi alif (ا)
- AA5 = laisa (لَيْسَ), tidak ada tashrifnya
- AA6 = faala (فَالَ) - yafaalu (يَفَالُ) - fal (فَلْ), ajwaf yaa (ي) dimana huruf 'illat yaa (ي) menjadi alif (ا)
- AN1 = fa'aa (فَعَا) - yaf'uu (يَفْعُوْ) - uf'u (اُفْعُ), naaqish waaw (و) dimana huruf 'illat waaw (و) menjadi alif (ا)
- AN2 = fa'iya (فَعِيَ) - yaf'aa (يَفْعَى) - if'a (اِفْعَ)
- AN3 = fa'aa (فَعَى) - yaf'ii (يَفْعِيْ) - if'i (اِفْعِ)
- AN4 = Fa'aa (فَعَى) - yaf'aa (يَفْعَى) - if'a (اِفْعَ).
Sebelumnya sudah kita bahas bahwa dhamir atau kata ganti ada 14 jenis orang. Dhamir (Kata Ganti) berdasarkan penulisannya terbagi menjadi tiga:
1. Dhamir Munfashshil adalah dhamir yang terpisah ketika dituliskan. Fungsi dhamir munfashshil ada dua:
- Dhamir rafa' munfashshil, kedudukannya rafa' sebagai mubtada', khabar, fa'il atau naibul fa'il.
- Dhamir nashab munfashshil, dii'rab pada posisi nashab maf'ul bih.
Dhamir Munfashshil berdasarkan pihak yang berbicara terdiri dari tiga jenis sebagai berikut:
A. Pihak Ketiga (yang dibicarakan) atau disebut Ghaib, yaitu:
- Dia seorang (tunggal) laki-laki هُوَ - huwa
- Mereka (dual atau 2 orang laki-laki) هُمَا – humaa
- Mereka (jamak 3 orang laki-laki atau lebih) هُمْ - hum
- Dia (tunggal atau seorang perempuan) هِيَ - hiya
- Mereka (dual atau 2 orang perempuan) هُمَا – humaa
- Mereka (jamak atau 3 orang perempuan atau lebih). هُنَّ - hunna
B. Pihak Kedua (yang diajak bicara) atau Mukhatab, yaitu:
- Kamu (tunggal atau seorang laki-laki) اَنْتَ – anta
- Kalian (dual atau 2 orang laki-laki) اَنْتُمَاَ – antuma
- Kalian (jamak 3 orang laki-laki atau lebih) اَنْتُمْ - antum
- Kamu (tunggal atau seorang perempuan) اَنْتِ - hiya
- Kalian (dual atau 2 orang perempuan) اَنْتُمَاَ – antuma
- Kalian (jamak atau 3 orang perempuan atau lebih) اَنْتُنَّ - antunna
C. Pihak Kesatu (yang berbicara) atau Mutakalim, yaitu:
- Saya tunggal atau seorang laki-laki atau perempuan اَنَا - ana
- Kami dua atau lebih laki-laki dan/atau perempuan نَحْنُ – nahnu
2. Dhamir muttashil adalah dhamir yang tersambung ketika dituliskan. Fungsi dhamir muttashil ada tiga macam:
- Dhamir rafa' muttashil, selalu bersambung dengan fi'il atau kana dan saudaranya.
- Dhamir nashab muttashil, bersambung dengan fi'il atau huruf nashab inna dan saudaranya.
- Dhamir jar muttashil, bersambung dengan isim atau huruf jar.
Dhamir Muttashil berdasarkan pihak yang berbicara terdiri dari tiga jenis sebagai berikut:
A. Pihak Ketiga (yang dibicarakan) atau Ghaib, yaitu:
- Dia tunggal atau seorang laki-laki هُ - hu
- Mereka (dual atau 2 orang laki-laki) هُمَا – humaa
- Mereka (jamak atau 3 orang laki-laki atau lebih) هُمْ - hum
- Dia (tunggal atau seorang perempuan) هَا - ha
- Mereka (dual atau 2 orang perempuan) هُمَا – humaa
- Mereka (jamak atau 3 orang perempuan atau lebih) هُنَّ - hunna
B. Pihak Kedua (yang diajak bicara) atau Mukhatab, yaitu:
- Kamu (tunggal atau seorang laki-laki) كَ – ka
- Kalian (dual atau 2 orang laki-laki) كُمَا – kumaa
- Kalian (jamak atau 3 orang laki-laki atau lebih) كٌمْ - kum
- Kamu (tunggal atau seorang perempuan) كِ – ki
- Kalian (dual atau 2 orang perempuan كُمَا – kumaa
- Kalian (jamak 3 orang perempuan atau lebih) كٌنَّ -kunna
C. Pihak Kesatu (yang berbicara) atau Mutakalim, yaitu:
- Saya tunggal seorang laki-laki atau perempuan نِى - ni
- Kami dua atau lebih laki-laki dan/atau perempuan نَا – na
3. Dhamir mustatir adalah dhamir yang tidak mempunyai bentuk yang kelihatan yang bisa diucapkan tapi tidak dituliskan. Fungsi dhamir mustatir ada dua macam:
- Dhamir mustatir wujuban, adalah dhamir yang tidak bisa ditempati oleh isim zhahir.
- Dhamir mustatir jawazan, adalah dhamir yang bisa ditempati oleh isim zhahir.
- Dhamir menjadi mustatir jawazan pada semua fi'il madhi dan fi'il mudhari' yang disandarkan kepada orang ke tiga laki-laki atau perempuan tunggal (mufrad).
Alhamdulillah, sebelumnya sudah kita bahas bahwa menurut kaidah-kaidah nahwu, isim dari sisi i'rab (berubahnya harakat akhir) dan bina (tetapnya harakat akhir) dibagi menjadi dua:
- Mu'rab, yaitu isim yang harakat akhirnya berubah sesuai dengan posisi dalam kalmat.
- Mabni, yaitu isim yang harakat akhirnya tetap meskipun posisinya berubah-ubah.
Isim mu'rab terbagi menjadi:
- Marfu', yaitu isim dengan tanda i'rab utamanya dhammah.
- Manshub, yaitu isim dengan tanda i'rab utamanya fathah.
- Majrur, yaitu isim dengan tanda i'rab utamanya kasrah.
Isim marfu' berada pada 6 posisi, yaitu:
- Mubtada,
- Khabar,
- Isim Kana atau salah satu saudaranya (Termasuk juga isim af'al muqarabah, raja' dan syuru')
- Khabar inna atau salah satu saudaranya.
- Fail, dan
- Naibul Fail. Naibul Fail adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il majhul dan menempati posisi fa’il yang telah dihapus. Dihapusnya fa’il bisa karenafa’il sudah maklum diketahuiataukarena belum diketahui atau karena takut kepada fa’il atau karena mengkhawatirkan fa’il.
Catatan bahwa setiap isim akan menjadi marfu' apabila mengikuti posisi isim marfu'.
Isim mansub adalah isim yang terkena i'rab nashab yang berfungsi sebagai objek. Tanda-tanda isim manshub adalah sebagai berikut:
- Fathah (ــَــًــ), pada isim mufrad dan jama’ taksir. Fathah dinamakan tanda nashab yang pokok, sedangkan tanda-tanda berikut dinamakan tanda nashab yang cabang.
- Al-yaa (ين), pada mutsanna dan jama’ mudzakkar salim. Huruf al-yaa sebelum mutsanna difathahkan dan sebelum jama’ dikasrahkan.
- Kasrah (ــِــ) atau ta muannats (تِ), pada jama’ muannats salim.
- Alif (ا), pada asmaul khamsah (isim mansub yang lima), yaitu أَبَاكَ – أَخَاكَ – حَمَاكَ – فَاكَ – ذَامَال
Isim menjadi manshub pada 11 posisi, yaitu:
- Khabar kana,
- Isim Inna,
- Maf’ul Bih, Maf’ul bih adalah isim manshub yang menunjukkan kepada pihak yang dikenai amalnya fa’il bersamaan dengan tidak berubahnya bentuk fi’il (tetap dalam bentuk yang diketahui/dikenal atau ma’lum).
- Maf’ul Muthlaq, Maf’ul mutlaq adalah isim manshub dari lafadz fi’il (mashdar) yang disebutkan bersama fi’il tersebut untuk penegasan, penjelasan jenis atau jumlah fi’il.
- Maf’ul li Ajlih,
- Maf’ul Ma’ah,
- Maf’ul Fih (Zharaf Zaman dan Makan)
- Hal, Hal adalah isim nakirah manshub yang menjelaskan keadaan fa’il atau maf’ul bih (Lebih tepatnya, menjelaskan keadaan shahibul hal, karena shahibul hal tidak mesti berupa fa’il atau maf’ul bih) ketika terjadinya fi’il (yaitu terletak jawaban bagi pertanyaan “Bagaimana terjadinya fi’il?”). Fa’il atau maf’ul bih yang dijelaskan keadaannya oleh hal dinamakan “Shahibul Hal” dan shahibul hal ini harus ma’rifah.
- Mustatsna,
- Munada, dan
- Tamyiz.
Demikian juga isim menjadi manshub apabila mengikuti isim yang manshub.
Isim majrur adalah isim yang terkena i'rab jar. Tanda-tanda isim majrur adalah sebagai berikut:
- Kasrah (ــِــ) pada isim mufrad, jama’ taksir dan jama’ muannats salim.
- Ya’ (ي) pada mutsanna, jama’ mudzakkar salim dan asmaul khamsah (isim yang lima).
- Fathah (ــَــًــ), Ada juga isim-isim yang majrur dengan fathah pada isim mufrad dan jama’ taksir.
Isim manjadi majrur pada dua posisi:
- Apabila didahului huruf jar.
- Apabila sebagai mudhaf ilaih.
Demikian juga isim menjadi majrur apabila mengikuti isim yang majrur.
Huruf bisa juga dibagi atau dikelompokan berdasarkan letaknya dalam kalimat dan pengaruhnya kepada kata-kata setelahnya dengan pembagian sebagai berikut:
- Huruf yang masuk ke isim
- Huruf jarr, yaitu huruf yang memajrurkan isim setelahnya dan isim setelahnya majrur dengan tanda jar.
- Huruf inna dan saudaranya, yaitu huruf yang masuk ke mubtada’ dan khabar kemudian menashabkan mubtada’ dan dinamakan isimnya (contoh: isim inna) dan merafa’kan khabar dan dinamakan khabarnya (khabar inna).
- Huruf nida’, yaitu huruf yang datang sebelum munada. Isim setelahnya manshub apabila mudhaf atau menyerupai mudhaf atau nakirah ghairu maqshudah.
- Huruf istitsna illaa (إِلَّا). Isim setelah illaa (إِلَّا) manshub. Boleh mengikuti mustatsna minhu atau manshub apabila kalimatnya tam manfi. Dii’rab sesuai kedudukannya apabila kalimatnya manfi dan mustatsna minhu tidak disebutkan.
- Waau ma’iyah, yaitu waau yang bermakna (مع) yang menunjukkan kepada kebersamaan. Isim setelahnya manshub sebagai maf’ul ma’ah.
- Laam ibtida’. Lam ibtida’ berada di awal kalimat dan tidak ada pengaruhnya kepada i’rab isim setelahnya.
- Huruf yang masuk ke fi’il
- Huruf nashab, yaitu huruf yang menashabkan fi’il mudhari’, fi’il mudhari’ setelahnya manshub dengan fathah atau manshub dengan hadzfun nun apabila termasuk af’al khamsah.
- Huruf jazm, yaitu huruf yang menjazmkan fi’il mudhari’. Fi’il mudhari’ setelahnya majzum dengan sukun atau dengan hadzfun nun (apabila termasuk af’al khamsah) atau dengan menghilangkan huruf ‘illah (apabila fi’il mu’tal akhir). Catatan, perlu diketahui bahwa huruf in (إِنْ) menjazmkan dua fi’il.
- Huruf maa (مَا) dan laa (لَا). Keduanya adalah huruf nafi. Biasanya maa (مَا) masuk ke fi’il madhi dan laa (لَا) masuk ke fi’il mudhari’ tanpa adanya pengaruh kepada i’rab fi’il setelahnya.
- Huruf qad (قَدْ), yaitu huruf yang memberi faidah taukid apabila masuk ke fi’il madhi dan taqlil apabila masuk ke fi’il mudhari’ tanpa ada pengaruh kepada i’rab fi’il setelahnya.
- Huruf Siin (س) dan saufa (سَوْفَ). Kedua huruf ini masuk kepada fi’il mudhari’. Siin (س) memberi faidah mustaqbal qarib (masa yang akan datang dalam waktu dekat) dan saufa (سَوْفَ) memberi faidah mustaqbal ba’id (masa yang akan datang dalam waktu jauh). Keduanya tidak mempunyai pengaruh kepada i’rab fi’il setelahnya.
- Huruf yang masuk ke isim dan fi’il.
- Huruf ‘athaf, yaitu huruf yang menjadi perantara antara dua isim atau dua fi’il 9 dan hukum i’rab isim atau fi’il setelahnya sama dengan i’rab isim atau fi’il sebelumnya.
- Huruf Hamzah (ء) dan hal (هَل). Dua huruf ini termasuk perangkat istifham. Keduanya berada pada awal kalimat sebelum isim atau sebelum fi’il dan tidak ada pengaruhnya pada i’rab isim dan fi’il setelahnya.
- Huruf haal waau (و), adalah huruf yang mengikat antara shahibul haal dengan kalimat haal, sama saja apakah kalimatnya ismiyah atau fi’liyah (kecuali jumlah fi’liyah yang diawali oleh fi’il mudhari’ mutsbat, maka waau haal (و) tidak masuk ke kalimat tersebut). Kalimat yang setelah waau haal (و) pada posisi nashab, haal.
- Huruf laam qasam (ل). Huruf yang masuk ke jawab qasam, sama saja apakah jumlah ismiyah atau fi’liyah (kecuali jawab qasam yang manfi).
Sebelumnya sudah kita bahas mengenai kata atau huruf wa (و) dapat berfungsi sebagai berikut:
- Huruf athaf wa (و) = dan, yaitu huruf penghubung kata atau kalimat sebelum dan sesudah huruf athaf wa (و).
- Huruf wa (و) isti'nafiyah (ibtidaiyah) yaitu huruf diawal kalimat, boleh diterjemahkan dan atau tidak diterjemahkan.
- Huruf wa (و) juga berfungsi sebagai qasam (sumpah) yang berarti "demi".
- Huruf wa (و) yang berfungsi sebagai haal (حال) yaitu yang menjelaskan suatu keadaan atau status yang berarti padahal atau dan.
زَادَ – يَزِيْدُ (اللازم) - زِيَادَة - ازْدَادَ – يَزْدَادُ
Kata wasanaziidu (وَسَنَزِيْدُ) = dan kelak Kami (jama’ mudzakkar dan/atau muannats sedang, akan dan/atau senantiasa) menambah, terdiri dari tiga bagian kata dan/atau huruf berikut:
- Huruf wa (َو) = dan, adalah huruf isti'nafiyah (ibtidaiyah) yaitu huruf diawal kalimat, boleh diterjemahkan dan atau tidak diterjemahkan.
- Huruf sa (سَ) = kelak, adalah huruf istiqbal yang memberi faidah mustaqbal (masa yang akan datang) qarib (dalam waktu dekat) yang tidak mempunyai pengaruh kepada i’rab fi’il setelahnya.
- Kata naziidu (نَزِيْدُ) = Kami (jama’ mudzakkar dan/atau muannats sedang, akan dan/atau senantiasa) menambah, adalah kata kerja fi’il mudhari’ untuk faa'il atau pelaku nahnu (نَهْنُ) = Kami (jama' mudzakkar dan/atau muannats). Kata naziidu (نَزِيْدُ) merupakan perubahan atau tashrif lughawiyyah dari kata fi’il mudhari’ yaziidu (يَزِيْدُ) = Dia (mufrad mudzakkar sedang, akan dan/atau senantiasa) menambah. Kata yaziidu (يَزِيْدُ) merupakan tashrif istilahiyyah dari kata fi’il madhi zaada (زَادَ) = Dia (mufrad mudzakkar telah) menambah. Kata kerja zaada (زَادَ) - yaziidu (يَزِيْدُ) adalah kata kerja fi'il tsulatsi mujarrad bentuk ke-1 dari 14 yang kemasukan huruf yaa atau ajwaf yaa (ي) dimana huruf 'illat yaa (ي) menjadi alif (ا) dengan wazan faala (فَالَ) - yafiilu (يَفِيْلُ) atau indeks AA4.
Jadi kata naziidu (نَزِيْدُ) pada kata wasanaziidu (وَسَنَزِيْدُ) pada ayat ke-58 surat Al-Baqarah ini adalah kata kerja fi'il mudhari’ dengan faa’il atau pelaku dhamir mustatir wujuban atau dhamir yang tidak bisa ditempati oleh isim zhahir yang dikira-kira nahnu (نَهْنُ). Kata naziidu (نَزِيْدُ) merupakan istiqbal (masa depan) karena huruf mustaqbal sa (سَ) sebelumnya. Kata wasanaziidu (وَسَنَزِيْدُ) di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyak satu kali, sedangkan adal kata yaziidu (يَزِيْدُ) terdapat sebanyak 15 kali dan akar kata zaada (زَادَ) atau zain yaa’ daal (زيد) terdapat sebanyak 67 kali.
1.0. Indek = Q002058019
1.1. No surat = 2
1.2. No ayat = 58
1.3. No kalimat = 19
2.0. Qur'anic = وَسَنَزِيْدُ
2.1. Tarjamah = dan kelak Kami (jama’ mudzakkar dan/atau muannats sedang, akan dan/atau senantiasa) menambah
2.2. Jenis kalimat = فعل
3.0. Awalan1 = وَ
3.1. Tarjamah = dan
3.2. Jenis kalimat = حرف
3.3. Awalan2 = سَ
3.4. Tarjamah = kelak
3.5. Jenis kalimat = حرف
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan2 =
5.0. Akhiran1 =
5.1. Tarjamah =
5.2. Jenis kalimat =
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = يَزِيْدُ
6.1. Tarjamah = Dia (mufrad mudzakkar sedang, akan dan/atau senantiasa) menambah
6.2. Jenis kalimat = فعل
7.0. Akar kalimat = زَادَ
7.1. Tarjamah = Dia (mufrad mudzakkar telah) menambah
7.2. Jenis kalimat = فعل
الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ
Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.
Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.
Wassalam
References:
- http://www.kitabuallah.com/موسوعة-لسان-القرآن/معجم-لسان-القرآن/57-الزاي/712-زَادَ-–-يَز%D9%90يْدُ-(اللازم)-ز%D9%90يَادَة-ازْدَادَ-–-يَزْدَادُ
- http://www.almaany.com/quran/2/58/19/
- http://corpus.quran.com/treebank.jsp?chapter=2&verse=58&token=19
- http://tanzil.net/#search/quran/وسنزيدو
Tidak ada komentar:
Posting Komentar