Sabtu, 14 Oktober 2017

Q002041008 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-41, Kata “takuunuu”)

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

يٰبنىٓ إسرٓءيلَ اذكروا۟ نعمتىَ الّتىٓ أنعمتُ عليكمْ وأوفوا۟ بعهدىٓ أوفِ بعهدكم وإيّٰىَ فارهبونِ (QS 2:40)

وءامنوا۟ بمآ أنزلتُ مصدّقًا لّمَا معكمْ ولا تكونوٓا۟ أوّلَ كافرٍۭ بهِۦۖ ولا تشتروا۟ بـٔايٰتى ثمنًا قليلًا وإيّٰىَ فٱتّقونِ (QS 2:41)

Alhamdulillahi wasyukurillahi 'alaa ni'matillahi. Segala puji dan syukur bagi Allah atas segala nikhmat, baik nikhmat iman, nikhmat Islam dan nikhmat kelezatan dunia yang Allah berikan pada kita. Salawat dan salam kita ucapkan kepada junjungan kita, Nabi dan Rasul yang mulia Muhammad SAW dan keluarga Beliau, kepada para Sahabat RA, para Tabi'in, Tabiut Tabiahum dan kepada semua ummat Islam dimanapun berada sepanjang zaman. Semoga kita semua dapat senantiasa istiqamah menegakkan ajaran Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.

Ayat ke-41 surat Al-Baqarah ini terdiri dari beberapa bagian kalimat sebagai berikut:
  • Dan berimanlah kamu = وءامنوا۟
  • kepada apa yang = بمآ
  • telah Aku turunkan (Al Quran) = أنزلتُ
  • yang membenarkan apa yang = مصدّقًا لّمَا
  • ada padamu (Taurat), = معكمْ
  • dan janganlah kamu menjadi = ولا تكونوٓا۟
  • orang yang pertama kafir kepadanya, = أوّلَ كافرٍۭ بهِۦۖ
  • dan janganlah kamu menukarkan = ولا تشتروا۟
  • ayat-ayat-Ku dengan harga = بـٔايٰتى ثمنًا
  • yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa. = قليلًا وإيّٰىَ فٱتّقونِ

Jika Allah menghendaki atau insya Allah (إن شاء الله atau kalau dilatenkan "in syaa-a Allaah"), pada hari ini kita akan membahas kata ke-8 dari ayat ke-41 surat Al-Baqarah, yaitu kata takuunuu (تَكُوْنُوْٓا) = kamu (jama’ mudzakkar sedang, akan dan/atau senantiasa) menjadi.

Untuk mengingatkan kembali bahwa sebelumnya sudah kita bahas  wazan dari kata kerja fi'il bentuk ke-1 (dari 14) yaitu fi'il tsulatsi mazid untuk Mitsaal (M), Ajwaf (A) dan Naaqish (N) adalah sebagai berikut:
  1. AM1 = wa'ala (وَعَلَ) - ya'ilu (يَعِلُ) - 'il (عِلْ)
  2. AM2 = wa'ala (وَعَلَ) - ya'alu (يَعَلُ) - 'al (عَلْ)
  3. AM3 = wa'ila (وَعِلَ) - ya'ilu (يَعِلُ) - 'il (عِلْ)
  4. AM4 = wa'ila (وَعِلَ) - yau'alu (يَوْعَلُ) - ii'al (اِيْعَلْ)
  5. AM5 = wa'ula (وَعُلَ) - yau'ulu (يَوْعُلُ) - uu'ul (اُوْعُلْ)
  6. AM6 = ya'ila (يَعِلَ) - yai'alu (يَيْعَلُ) - ii'al (اِيْعَلْ)
  7. AM7 = wa'ila (وَعِلَ) - ya'alu (يَعَلُ) - 'al (عَلْ)
  8. AA1 = faala (فَالَ) - yafuulu (يَفُوْلُ) - ful (فُلْ), ajwaf waw (و) dimana huruf 'illat waw (و) menjadi alif (ا)
  9. AA2 = aala (آلَ) atau (ءَالَ) - yauulu (يَؤُوْلُ) - ul (أُلْ), ajwaf waw (و) dimana huruf 'illat waw (و) menjadi alif (ا)
  10. AA3 = faala (فَالَ) - yafaalu (يَفَالُ) - fal (فَلْ), ajwaf waw (و) dimana huruf 'illat waw (و) menjadi alif (ا)
  11. AA4 = faala (فَالَ) - yafiilu (يَفِيْلُ) - fil (فِلْ), ajwaf yaa (ي) dimana huruf 'illat yaa (ي) menjadi alif (ا)
  12. AA5 = laisa (لَيْسَ), tidak ada tashrifnya
  13. AA6 = faala (فَالَ) - yafaalu (يَفَالُ) - fal (فَلْ), ajwaf yaa (ي) dimana huruf 'illat yaa (ي) menjadi alif (ا)
  14. AN1 = fa'aa (فَعَا) - yaf'uu (يَفْعُوْ) - uf'u (اُفْعُ), naaqish waw (و) dimana huruf 'illat waw (و) menjadi alif (ا)
  15. AN2 = fa'iya (فَعِيَ) - yaf'aa (يَفْعَى) - if'a (اِفْعَ)
  16. AN3 = fa'aa (فَعَى) - yaf'ii (يَفْعِيْ) - if'i (اِفْعِ)
  17. AN4 = Fa'aa (فَعَى) - yaf'aa (يَفْعَى) - if'a (اِفْعَ)

Sebelumnya sudah kita bahas bahwa dhamir atau kata ganti orang, berdasarkan penulisannya terbagi menjadi tiga:
1. Dhamir Munfashil adalah dhamir yang terpisah ketika dituliskan. Fungsi dhamir munfashil ada dua:
  • Dhamir rafa' munfashil, kedudukannya rafa' sebagai mubtada', khabar, fa'il atau naibul fa'il.
  • Dhamir nashab munfashil, dii'rab pada posisi nashab maf'ul bih.

2. Dhamir muttashil adalah dhamir yang tersambung ketika dituliskan. Fungsi dhamir muttashil ada tiga macam:
  • Dhamir rafa' muttashil, selalu bersambung dengan fi'il atau kana dan saudaranya.
  • Dhamir nashab muttashil, bersambung dengan fi'il atau huruf nashab inna dan saudaranya.
  • Dhamir jar muttashil, bersambung dengan isim atau huruf jar.

3. Dhamir mustatir adalah dhamir yang tidak mempunyai bentuk yang kelihatan yang bisa diucapkan tapi tidak dituliskan. Fungsi dhamir mustatir ada dua macam: 
  • Dhamir mustatir wujuban, adalah dhamir yang tidak bisa ditempati oleh isim zhahir.
  • Dhamir mustatir jawazan, adalah dhamir yang bisa ditempati oleh isim zhahir.
  • Dhamir menjadi mustatir jawazan pada semua fi'il madhi dan fi'il mudhari' yang disandarkan kepada orang ke tiga laki-laki atau perempuan tunggal (mufrad).

Sebelumnya juga sudah kita bahas tentang kata kerja fi'il al-af’aal khamsah (fi'il fi'il yang lima), yaitu kata kerja yang diakhiri dengan huruf 'illat dan nun, seperti alif dan nun (ان), waw dan nun (ون) serta ya dan nun (ين).

Sebelumnya sudah kita bahas bahwa tanda asal-asal i’rab adalah harakat dan sukun. Maka tanda asal Rafa’ adalah Dhammah/tain (ــُــٌـ), tanda asal Nashab adalah Fathah/tain (ــَــًـ), tanda asal Jar adalah Kasrah/tain (ــِــٍــ) dan tanda asal Jazm adalah Sukun (ــْــ). Dengan demikian apabila ada kalimah yang tidak kebagian tanda i’rab asal (Harakth atau Sukun), maka bagiannya adalah tanda i’rab Pengganti Asal (Bisa juga Harakat, Huruf atau membuang Huruf).

Tanda pengganti i'rab asal adalah sebagai berikut:
  • Untuk rafa': Wau (و), Alif (ا) dan Nun (ن)
  • Untuk Nashab: Alif (ا), Ya (ي), Kasrah (ــِــ) dan membuang Nun (حذف النون)
  • Untuk Jar: Ya (ي) dan Fathah (ــَــ)
  • Untuk Jazm: membuang huruf (حذف).

Juga telah kita bahas sebelumnya bahwa struktur kalimat dalam bahasa Arab minimal harus tersusun dari dua kata atau lebih atau disebut jumlah atau nomina atau frasa atau kata majemuk yang mempunyai makna. Berdasarkan komponen penyusunnya, ada dua jumlah atau kata majemuk bermakna, sebagai berikut:
  1. Jumlah Fi'liyyah, yaitu kalimat yang diawali dengan fi'il, dengan struktur: fi'il + isim.
  2. Jumlah ismiyyah, yaitu kalimat yang diawali dengan isim, dengan struktur: isim + fi'il dan isim + isim

Pada frasa atau jumlah fi'liyah (جُمْلَة فِعْلِيَّة) atau kalimat verbal atau kalimat sempurna yang mengandung kata kerja, letak faa'il (pelaku) sebagai subjek bisa di depan dan bisa pula di belakang fi'il (kata kerja) sebagai prediket.
  1. Untuk dhamir ghaib atau "orang ketiga" (هُنَّ - هُمْ - هُمَا - هِيَ - هُوَ).
  • Bila faa'il mendahului fi'il maka perubahan bentuk dari fi'il tersebut harus mengikuti ketentuan mudzakkar/muannats dan mufrad/mutsanna/jamak.
  • Sedangkan bila fi'il mendahului faa'il, maka bentuk fi'il tersebut selalu mufrad, (meskipun faa'il-nya mutsanna atau jamak). Tetapi untuk bentuk mudzakkar dan muannats tetap dibedakan dengan adanya huruf ta ta'nits (ت تَأْنِيْث) atau "ta penanda muannats" pada fi'il yang faa'il-nya adalah muannats.
  1. Untuk faa'il lainnya (أَنْتُنَّ - أَنْتُمْ - أَنْتُمَا - أَنْتَ - أَنْتِ - نَحْنُ - أَنَا) tetap mengikuti pola perubahan bentuk fi'il sebagaimana mestinya.

Pada frasa atau jumlah ismiyah, isim yang pertama sebagai Mubtada dan isim yang kedua sebagai khabar. Mubtada adalah kata atau objek dalam bentuk isim yang ingin dijelaskan (diterangkan) sedangkan khabar sesuai dengan namanya adalah kabar atau penjelasan (menerangkan) dari kondisi, keadaan, jabatan, atau penjelasan dalam bentuk apapun dari objek yang sedang dijelaskan (mubtada).

Ada 3 Kaidah dalam menyusun jumlah ismiyyah: 
  1. Baik mubtada maupun khabar sama-sama harus dalam keadaan rafa' (i'rab rafa') dengan ciri utama dhammah. Isim dengan i'rab rafa' disebut isim marfu'.
  2. Mubtada harus isim ma'rifah, yaitu kata khusus atau tertentu dengan ciri utama atau diawali alif lam ma'rifah. Sedangkan khabar hukum asalnya adalah nakirah, kecuali untuk isim-isim yang dari asalnya ma'rifah (Isim 'Alam, Isim Isyarah, dan Dhamir)
  3. Khabar harus sama dengan mubtada dari sisi jenis dan jumlah/banyaknya. Bila mubtadanya mufrad dan mudzakkar, maka khabarnya wajib mufrad dan mudzakkar. Begitupun bila mubtadanya muannats dan tastsniyah, maka khabarnya harus muannats dan tatsniyah, dan seterusnya.

Sebelumnya sudah kita bahas bahwa apabila kata kaana (كان) memasuki jumlah ismiyah maupun fi'iliyah maka mubtadanya tetap marfu' tetapi khabarnya berubah dari marfu' menjadi manshub. Jadi kata kaana (كان) dapat merubah i'rab kata khabar dari suatu mubtada yang marfu' atau rafa' menjadi manshub atau nashab. 

Kata takuunuu (تَكُوْنُوْٓا) aslinya takuunuuna (تَكُوْنُوْنَ) = kamu (hama’ mudzakkar sedang, akan dan/atau senantiasa) menjadi atau adalah. Kata takuunuuna (تَكُوْنُوْنَ) adalah salah satu dari kata kerja fi’il mudhari’ al-af’aal khamsah (fi'il fi'il yang lima), yaitu kata kerja yang diakhiri dengan huruf 'illat dan nun, seperti alif dan nun (ان), waw dan nun (ون) serta ya dan nun (ين). Kata takuunuuna (تَكُوْنُوْنَ) adalah tashrif lughawiyyah atau berasal dari kata kerja fi’il mudhari yakuunu (يَكُوْنُ) = dia (laki2 tunggal sedang, akan dan/atau senantiasa) menjadi atau adalah, untuk faa’il atau pelaku antum (أنتم) = kamu laki2 jamak. Kata yakuunu (يَكُوْنُ) adalah tashrif istilahiyyah atau berasal dari kata kerja fi'il madhi kaana (كَانَ) = dia laki2 tunggal telah menjadi, atau adalah. Kata kaana (كَانَ) - yakuunu (يَكُوْنُ) adalah kata kerja fi'il tsulatsi mujarrad bentuk ke-1 dari 14 yang kemasukan huruf 'illat waw pada posisi 'ain atau ajwaf waw (كون) dengan wazan faala (فَالَ) - yafuulu (يَفُوْلُ) atau indeks AA1.

Jadi kata takuunuu (تَكُوْنُوْٓا) pada ayat ke-41 surat Al-Baqarah ini adalah kata kerja fi’il mudhari’ mujazam dengan cara menghapus al-nun dari pada kata kerja fi’il yang lima (al-af’aal khamsa) karena huruf laa (لا) nahiyah pada kata walaa (وَلَا) sebelumnya, sedangkan huruf al-waw (و) adalah isim dhamir muttashil yang menempati posisi rafa’ sebagai isim kana. Kata takuunuu (تكونوا) pada ayat ke-41 surat Al-Baqarah ini, di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyak 21 kali, sedangkan asal kata takuunuu (تكون) dengan berbagai awalan, akhiran dan/atau i’rab terdapat sebanyak 81 kali dan akar kata kaana (كان) terdapat sebanyak 1390 kali.

1.0. Indek = Q002041008
1.1. No surat = 2
1.2. No ayat = 41
1.3. No kalimat = 8
2.0. Qur'anic = تَكُوْنُوْا
2.1. Tarjamah =  kamu (jama’ mudzakkar sedang, akan dan/atau senantiasa) menjadi atau adalah
2.2. Jenis kalimat = فعل
3.0. Awalan1 = 
3.1. Tarjamah = 
3.2. Jenis kalimat = 
3.3. Awalan2 = 
3.6. Awalan3 = 
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan2 =
5.0. Akhiran1 = 
5.1. Tarjamah = 
5.2. Jenis kalimat = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = يكون
6.1. Tarjamah = dia (mufrad mudzakkar sedang, akan dan/atau senantiasa) menjadi atau adalah
6.2. Jenis kalimat = فعل
7.0. Akar kalimat = كَانَ
7.1. Tarjamah = dia (mufrad mudzakkar telah) menjadi atau adalah
7.2. Jenis kalimat = فعل

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.

Wassalam


References:

  1. http://www.kitabuallah.com/موسوعة-لسان-القرآن/معجم-لسان-القرآن/68-الكاف/1998-كَانَ-–-يَكُونُ-كُنْتُ-–-كُنَّا
  2. http://arabicverb.com/conjugate/كون/AH1
  3. http://www.almaany.com/quran/2/41/8/
  4. http://corpus.quran.com/treebank.jsp?chapter=2&verse=41&token=7
  5. http://tanzil.net/#search/quran/تكونوا

Tidak ada komentar:

Posting Komentar