Kamis, 01 Juni 2017

Q002032010 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-32, Kata "anta")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

وعلّمَ ءادمَ الأسمَآءَ كلّهَا ثمّ عرضهُمْ على الملئكةِ فقالَ أنۢبـٔونِى بأسمَآءِ هؤلآءِ إن كنتمْ صٰدقينَ
 (QS2:31)

قالوا۟ سبحٰنَكَ لا علمَ لنَآ إلّا ما علّمتَنَآ ۖ إنّكَ أنتَ العليمُ الحكيمُ (QS 2:32)

Alhamdulillahi wasyukurillahi 'alaa ni'matillahi. Segala puji dan syukur bagi Allah atas segala nikhmat, baik nikhmat iman, nikhmat Islam dan nikhmat kelezatan dunia yang Allah berikan pada kita. Salawat dan salam kita ucapkan kepada junjungan kita, Nabi dan Rasul yang mulia Muhammad SAW dan keluarga Beliau, kepada para Sahabat RA, para Tabi'in, Tabiut Tabiahum dan kepada semua ummat Islam dimanapun berada sepanjang zaman. Semoga kita semua dapat senatiasa istiqamah menegakkan ajaran Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.

Ayat ke-32 surat Al-Baqarah ini terdiri dari beberapa bagian kalimat sebagai berikut: 
  • Mereka menjawab: = قالوا۟
  • "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui = سبحٰنَكَ لا علمَ لنَآ
  • selain dari apa yang = إلّا ما
  • telah Engkau ajarkan kepada kami; = علّمتَنَآ
  • sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". = إنّكَ أنتَ العليمُ الحكيمُ 

Jika Allah menghendaki atau insya Allah (إن شاء الله atau kalau dilatenkan "in syaa-a Allaah"), pada hari ini kita akan membahas kata ke-10 dari ayat ke-32 surat Al-Baqarah, yaitu kata anta (أَنْتَ) = Engkau (mufrad mudzakkar).

Sebelumnya sudah kita bahas bahwa dhamir adalah Isim mabni yang menunjukkan kepada pihak yang berbicara atau yang diajak bicara atau pihak ke tiga. Berdasarkan penulisannya, dhamir ada tiga macam:

  1. Dhamir Munfashil adalah dhamir yang terpisah ketika dituliskan. Dhamir munfashil ada dua:
    a. Dhamir rafa’ munfashil, kedudukannya rafa’ sebagai mubtada’, khabar, fa’il atau naibul fa’il. 
b. Dhamir nashab munfashil, dii’rab pada posisi nashab maf’ul bih.

  1. Dhamir muttashil adalah dhamir yang tersambung ketika dituliskan. Dhamir muttashil ada tiga macam:
    a. Dhamir rafa’ muttashil, selalu bersambung dengan fi’il atau kana dan saudaranya.
b. Dhamir nashab muttashil, bersambung dengan fi’il atau huruf nashab inna dan saudaranya.
c. Dhamir jar muttashil, bersambung dengan isim atau huruf jar.

  1. Dhamir mustatir adalah dhamir yang tidak mempunyai bentuk yang kelihatan yang bisa diucapkan tapi tidak dituliskan.
    Dhamir-dhamir mustatir ada dua macam: 
a. Dhamir mustatir wujuban, adalah dhamir yang tidak bisa ditempati oleh isim zhahir.
b. Dhamir mustatir jawazan, adalah dhamir yang bisa ditempati oleh isim zhahir. Dhamir menjadi mustatir jawazan pada semua fi’il madhi dan fi’il mudhari’ yang disandarkan kepada orang ke tiga laki-laki atau perempuan tunggal (mufrad). 

Dhamir Muttashil berdasarkan pihak yang berbicara terdiri dari tiga jenis sebagai berikut:

A. Pihak Ketiga (yang dibicarakan) atau Ghaib, yaitu:
  • Dia tunggal atau seorang laki-laki هُ - hu
  • Mereka (dual atau 2 orang laki-laki) هُمَا – humaa
  • Mereka (jamak atau 3 orang laki-laki atau lebih) هُمْ - hum
  • Dia (tunggal atau seorang perempuan) هَا - haa
  • Mereka (dual atau 2 orang perempuan) هُمَا – humaa
  • Mereka (jamak atau 3 orang perempuan atau lebih) هُنَّ - hunna

B. Pihak Kedua (yang diajak bicara) atau Mukhatab, yaitu:
  • Kamu (tunggal atau seorang laki-laki) كَ – ka
  • Kalian (dual atau 2 orang laki-laki) كُمَا – kumaa
  • Kalian (jamak atau 3 orang laki-laki atau lebih) كٌمْ - kum
  • Kamu (tunggal atau seorang perempuan) كِ – ki
  • Kalian (dual atau 2 orang perempuan كُمَا – kumaa
  • Kalian (jamak 3 orang perempuan atau lebih) كٌنَّ -kunna

C. Pihak Kesatu (yang berbicara) atau Mutakalim, yaitu:
  • Saya tunggal seorang laki-laki atau perempuan نِى - ni
  • Kami dua atau lebih laki-laki dan/atau perempuan نَا – na. 

Sebelumnya juga sudah bahas bahwa i'rab atau perubahan harakat pada kata dapat terjadi karena mengikuti harakat kata sebelumnya yang dikenal atau disebut sebagai taabi' atau at-taabi' (التَّابِعُ). Tabi' adalah kata yang mengikuti hukum kata sebelumnya ditinjau dari sisi i'rab, sedangkan tawabi' adalah bentuk jamak dari tabi'. Tawabi' ada empat, sebagai berikut:

1. Na'at adalah tabi' yang menunjukkan sifat bagi isim sebelumnya. Na'at bisa disebut sifat, sedangkan kata yang di-ikuti disebut Man'ut. Na'at ada dua macam:
  • Na'at Haqiqi, yaitu na'at yang menunjukkan kepada sifat bagi yang diikuti.
  • Na'at Sababi, yaitu na'at yang menunjukkan kepada sifat bagi isim yang mempunyai kaitan dengan isim yang diikutinya.

2. 'Athaf adalah tabi' yang antara dia dan matbu'nya diperantarai dengan salah satu huruf 'athaf.
3. Taukid adalah tabi' yang disebutkan dalam kalimat untuk menolak sangkaan dari pendengar atas makna lain yang mungkin terkandung dalam kalimat tersebut. Taukid ada dua jenis: 
  • Taukid lafzhi, dengan cara mengulang kata yang diberi taukid. 
  • Taukid maknawi, dengan menggunakan kata-kata berikut: 

A. Ainu (عين) dan nafsu (نفس), fua lafazh  ini dimufradkan ketika lafadz yang diberi taukid mufrad 
dan dijama'kan ketika lafadz yang diberi taukid mutsanna atau jama' dengan wazan af'ul (أفعل).
B. Jamii'u (جميع), kullu (كلّ) dan 'aammah (عامة), isim-isim ini memberi taukid isim yang bermakna menyeluruh, yaitu semua bagian dari isim yang diberi taukid tetapi tidak bisa mentaukidkan isim mutsanna. 
C. Kiltaa (كلتا) dan kilaa (كلا), lafazh kilaa (كلا) untuk memberi taukid mutsanna mudzakkar dan lafazh kiltaa (كلتا) untuk memberi taukid mutsanna muannats. Keduanya tidak bisa menjadi taukid kecuali apabila diidhafahkan kepada dhamir, bahkan ketika tidak menjadi taukid pun harus diidhafahkan, kepada dhamir atau isim zhahir.

4. Badal adalah tabi' yang disebutkan di dalam suatu kalimat untuk mewakili kata sebelumnya, baik mewakili secara keseluruhan ataupun sebagiannya saja. Badal bisa dikenal dengan menambahkan kata "yaitu" pada terjemah kata yang digantikan. Bada ada 3 sebagai berikut:
  • Badal muthabiq, yaitu badal yang menggantikan kata sebelumnya (mubdal minhu) secara utuh.
  • Badal ba'dhi min kul, yaitu badal yang mewakili anggota bagian dari kata sebelumnya.
  • Badal isytimal, yaitu badal yang mewakili sebagian sifat dari kata sebelumnya.

Jadi kata anta (أَنْتَ) pada ayat ke-32 surat Al-Baqarah ini adalah dhamir rafa' munfashshil pihak kedua yang diajak bicara atau mukhatab. Kata anta (أَنْتَ) adalah isim mabni dengan ciri fathah yang menempati posisi nashab karena merupakan taukid lafzhi atau menegaskan makna kata ka (كَ) sebelumnya dengan cara mengulang. Kata anta (أَنْتَ) merupakan awal dari khabar inna (إنَّ) sebelumnya. Kata anta (أَنْتَ) di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyak 55 kali, sedangkan kata anta (أَنْتَ) dengan semua kemungkinan awalan terdapat sebanyak 82 kali.

1.0. Indek = Q002032010
1.1. No surat = 2
1.2. No ayat = 32
1.3. No kalimat = 10
2.0. Qur'anic = أَنْتَ
2.1. Tarjamah = Engkau (mufrad mudzakkar) 
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = 
3.1. Tarjamah = 
3.2. Jenis kalimat = 
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan2 =
5.0. Akhiran1 = 
5.1. Tarjamah = 
5.2. Jenis kalimat = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = أنتَ
6.1. Tarjamah = Engkau (mufrad mudzakkar)
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = 
7.1. Tarjamah = 
7.2. Jenis kalimat = 

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.


Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar