Senin, 11 Juni 2018

Q002060001 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-60, Kata “wa-idzi”)

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ


فبدّلَ الّذين ظلموا قولًا غيرَ الّذي قيلَ لهمْ فأنزلْنَا على الّذين ظلموا رجزًا مّنَ السّماءِ بما كانوا يفسقونَ (QS 2:59)

وإذِ استسقَىٰ موسىٰ لقومهِ فقلنا اضرِب بّعصاكَ الحجرَ ۖ فانفجرتْ منهُ اثنتَا عشرةَ عينًا ۖ قدْ علمَ كلُّ أناسٍ مّشربَهمْ ۖ كلوا واشربوا مِن رّزقِ اللّهِ ولا تعثَوْا في الأرضِ مفسدينَ (QS 2:60)


Alhamdulillahi wasyukurillahi 'alaa ni'matillahi. Segala puji dan syukur bagi Allah atas segala nikhmat, baik nikhmat iman, nikhmat Islam dan nikhmat kelezatan dunia yang Allah berikan pada kita. Salawat dan salam kita ucapkan kepada junjungan kita, Nabi dan Rasul yang mulia Muhammad SAW dan keluarga Beliau, kepada para Sahabat RA, para Tabi'in, Tabiut Tabiahum dan kepada semua ummat Islam dimanapun berada sepanjang zaman. Semoga kita semua dapat senantiasa istiqamah menegakkan ajaran Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.

Ayat ke-60 surat Al-Baqarah ini terdiri dari beberapa bagian kalimat sebagai berikut:
  • Dan (ingatlah) ketika memohon air = وإذِ استسقَىٰ
  • Musa untuk kaumnya, = موسىٰ لقومهِ
  • lalu Kami berfirman: = فقلنا
  • "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". = اضرِب بّعصاكَ الحجرَ ۖ 
  • Lalu memancarlah daripadanya = فانفجرتْ منهُ
  • dua belas mata air. = اثنتَا عشرةَ عينًا 
  • Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui = قدْ علمَ كلُّ أناسٍ 
  • tempat minumnya (masing-masing). = مّشربَهمْ
  • Makan = كلوا
  • dan minumlah rezeki (yang diberikan) = واشربوا مِن رّزقِ
  • Allah, dan janganlah = اللّهِ ولا 
  • kamu berkeliaran di muka bumi = تعثَوْا في الأرضِ 
  • dengan berbuat kerusakan. = مفسدينَ

Jika Allah menghendaki atau insya Allah (إن شاء الله atau kalau dilatenkan "in syaa-a Allaah"), pada hari ini kita akan membahas kata ke-1 atau kata pertama pada ayat ke-60 surat Al-Baqarah, yaitu kata wa-idzi (وَإِذِ) = dan (ingatlah) ketika

Sebelumnya sudah kita bahas bahwa semua bahasa manusia tersusun dari tiga komponen dasar yaitu:
  1. Satuan bunyi yang disebut huruf atau abjad.
  2. Susunan huruf yang memiliki arti tertentu yang disebut kata (dalam bahasa Arab disebut kalimat = الْكَلِمَة)
  3. Rangkaian kata yang mengandung pikiran yang lengkap yang disebut kalimat (dalam bahasa Arab disebut kalam = الْكَلَامْ atau jumlah = الْجُمْلَة).

Dalam tata bahasa Arab, kalimat atau kata dibagi ke dalam tiga golongan besar:
  1. Isim ( إسْم ) atau atau kata benda, yaitu kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut  tidak terikat dengan waktu.
  2. Fi’il ( فِعْل ) atau kata kerja, yaitu kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut terikat dengan waktu.
  3. Huruf ( حَرْف ) atau kata tugas, yaitu kata yang tidak mempunyai makna yang sempurna kecuali setelah bersambung dengan kata yang lain. Huruf yang dikategorikan sebagai al-kalimah adalah huruf-huruf ma'any (tergantung kebiasaan orang Arab).

Penggunaan istilah Kata Benda, Kata Kerja dan Kata Tugas dalam tata bahasa Indonesia, tidak sama persis dengan Isim, Fi'il dan Harf dalam tata bahasa Arab. Namun bisalah dipakai untuk sekadar mendekatkan pengertian.

Huruf adalah semua kata yang tidak mempunyai makna kecuali ketika bersama yang lainnya. Huruf dalam bahasa arab jumlahnya sedikit, tidak lebih dari 80 dan semuanya mabni.

Huruf bisa juga dibagi atau dikelompokan berdasarkan letaknya dalam kalimat dan pengaruhnya kepada kata-kata setelahnya dengan pembagian sebagai berikut:
  1. Huruf yang masuk ke isim
  • Huruf jarr, yaitu huruf yang memajrurkan isim setelahnya dan isim setelahnya majrur dengan tanda jar.
  • Huruf inna dan saudaranya, yaitu huruf yang masuk ke mubtada’ dan khabar kemudian menashabkan mubtada’ dan dinamakan isimnya (contoh: isim inna) dan merafa’kan khabar dan dinamakan khabarnya (khabar inna).
  • Huruf nida’, yaitu huruf yang datang sebelum munada. Isim setelahnya manshub apabila mudhaf atau menyerupai mudhaf atau nakirah ghairu maqshudah.
  • Huruf istitsna illaa (إِلَّا). Isim setelah illaa (إِلَّا) manshub. Boleh mengikuti mustatsna minhu atau manshub apabila kalimatnya tam manfi. Dii’rab sesuai kedudukannya apabila kalimatnya manfi dan mustatsna minhu tidak disebutkan.
  • Waau ma’iyah, yaitu waau yang bermakna (مع) yang menunjukkan kepada kebersamaan. Isim setelahnya manshub sebagai maf’ul ma’ah.
  • Laam ibtida’. Lam ibtida’ berada di awal kalimat dan tidak ada pengaruhnya kepada i’rab isim setelahnya.

  1. Huruf yang masuk ke fi’il
  • Huruf nashab, yaitu huruf yang menashabkan fi’il mudhari’, fi’il mudhari’ setelahnya manshub dengan fathah atau manshub dengan hadzfun nun apabila termasuk af’al khamsah.
  • Huruf jazm, yaitu huruf yang menjazmkan fi’il mudhari’. Fi’il mudhari’ setelahnya majzum dengan sukun atau dengan hadzfun nun (apabila termasuk af’al khamsah) atau dengan menghilangkan huruf ‘illah (apabila fi’il mu’tal akhir). Catatan, perlu diketahui bahwa huruf in (إِنْ) menjazmkan dua fi’il.
  • Huruf maa (مَا) dan laa (لَا). Keduanya adalah huruf nafi. Biasanya maa (مَا) masuk ke fi’il madhi dan laa (لَا) masuk ke fi’il mudhari’ tanpa adanya pengaruh kepada i’rab fi’il setelahnya.
  • Huruf qad (قَدْ), yaitu huruf yang memberi faidah taukid apabila masuk ke fi’il madhi dan taqlil  apabila masuk ke fi’il mudhari’ tanpa ada pengaruh kepada i’rab fi’il setelahnya.
  • Huruf Siin (س) dan saufa (سَوْفَ). Kedua huruf ini masuk kepada fi’il mudhari’. Siin (س) memberi faidah mustaqbal qarib (masa yang akan datang dalam waktu dekat) dan saufa (سَوْفَ) memberi faidah mustaqbal ba’id (masa yang akan datang dalam waktu jauh). Keduanya tidak mempunyai pengaruh kepada i’rab fi’il setelahnya.

  1. Huruf yang masuk ke isim dan fi’il.
  • Huruf ‘athaf, yaitu huruf yang menjadi perantara antara dua isim atau dua fi’il 9 dan hukum i’rab isim atau fi’il setelahnya sama dengan i’rab isim atau fi’il sebelumnya.
  • Huruf Hamzah (ء) dan hal (هَل). Dua huruf ini termasuk perangkat istifham. Keduanya berada pada awal kalimat sebelum isim atau sebelum fi’il dan tidak ada pengaruhnya pada i’rab isim dan fi’il setelahnya.
  • Huruf haal waau (و), adalah huruf yang mengikat antara shahibul haal dengan kalimat haal, sama saja apakah kalimatnya ismiyah atau fi’liyah (kecuali jumlah fi’liyah yang diawali oleh fi’il mudhari’ mutsbat, maka waau haal (و) tidak masuk ke kalimat tersebut). Kalimat yang setelah waau haal (و) pada posisi nashab, haal.
  • Huruf laam qasam (ل). Huruf yang masuk ke jawab qasam, sama saja apakah jumlah ismiyah atau fi’liyah (kecuali jawab qasam yang manfi).

Sebelumnya sudah kita bahas mengenai kata atau huruf wa (و) dapat berfungsi sebagai berikut:
  • Huruf athaf wa (و) = dan, yaitu huruf penghubung kata atau kalimat sebelum dan sesudah huruf athaf wa (و).
  • Huruf wa (و) isti'nafiyah (ibtidaiyah) yaitu huruf diawal kalimat, boleh diterjemahkan dan atau tidak diterjemahkan.
  • Huruf wa (و) juga berfungsi sebagai qasam (sumpah) yang berarti "demi".
  • Huruf wa (و) yang berfungsi sebagai haal (حال) yaitu yang menjelaskan suatu keadaan atau status yang berarti padahal atau dan.

Telah kita bahas sebelumnya tentang pembagian kata benda atau isim bahwa menurut kaidah-kaidah sharaf - mencakup pembagian-pembagian berikut ini: 
  1. Isim menurut bentuknya terbagi menjadi shahih akhir dan ghair shahih akhir. 
  2. Isim menurut kepastiannya terbagi menjadi nakirah dan ma’rifah. 
  3. Isim menurut jenisnya terbagi menjadi mudzakkar dan muannats 
  4. Isim menurut jumlahnya terbagi menjadi mufrad, mutsanna, dan jama’ 
  5. Isim menurut susunannya terbagi menjadi jamid dan musytaq 
  6. Isim menurut tashghirnya. 
  7. Isim menurut penisbatannya.
Isim jamid adalah setiap isim yang tidak diambil dari selainnya. Isim jamid ada 2 jenis:
– Isim dzat (atau isim jenis),
– Isim mashdar (atau isim makna). 

Isim musytaq adalah isim yang diambil dari kata selainnya dan menunjukkan kepada sesuatu yang disifati dengan sifat. Isytiqaq adalah proses pembentukan kata dari kata yang lain dengan penyesuaian antara keduanya dalam hal makna dan perubahan lafazh. 

Isim-isim musytaq ada 7, yaitu: 
  1. Isim fa’il (dan shighah mubalaghah), 
  2. Isim maf’ul, 
  3. Shifah musyabbahah bi-ismil fa’il, 
  4. Isim tafdhil, 
  5. Isim zaman, 
  6. Isim makan, 
  7. Isim alat
Kata benda atau isim zaman dan makan juga disebut sebagai maf'ul fih atau zharaf. Zharaf adalah keterangan waktu dan tempat. Zharaf terbagi menjadi dua yaitu isim waktu dan isim tempat yang menashabkan kata setelahnya. Menurut kalangan orang Arab, semua zharaf (dari isim waktu atau tempat itu) dengan memperkirakan makna fii (فى) = pada (tempat) atau dalam (waktu). Jadi; 
  • Setiap lafazh yang mengandung makna fii (في) = pada/dalam, dan menunjukan waktu  maka itu adalah zharaf zaman. 
  • Setiap lafazh yang mengandung makna fii (في) = pada/dalam, dan menunjukan tempat maka itu adalah zharaf makan.

Zharaf zaman dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni sebagai berikut:
  1. Zharaf zaman mubham, yaitu lafazh yang menunjukkan zaman (waktu) yang tidak ditentukan atau waktunya yang tidak jelas atau belum spesifik. 
  2. Zharaf zaman muhtaz, yaitu lafazh yang menunjukkan zaman (waktu) yang ditentukan atau waktunya jelas. 
  3. Zharaf zaman ma’dud (bilangan), yaitu lafazh yang digunakan sebagai jawaban bagi lafazh kam (berapa lama?).

Zharaf makan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
  1. Lafazh yang mubham, yaitu lafazh yang menunjukkan arti tempat atau isim yang menunjukkan arah.
  2. Lafazh asma’ul maqodir, yaitu isim-isim yang menunjukkan makna ukuran.
  3. Lafazh isim makan yang musytaq (berakar) dari masdar amilnya.

Kata wa-idzi (وَإِذِ) = dan ketika, terdiri dari dua kata dan/atau huruf berikut:
  • Huruf wa (وَ) = dan, adalah huruf isti'nafiyah (ibtidaiyah), yaitu huruf diawal kalimat, boleh diterjemahkan sebagai dan atau tidak diterjemahkan.
  • Kata idzi (إِذِ) aslinya kata idz (إِذْ) = ketika, adalah kata benda atau isim zharaf zaman karena mengandung makna fii (في) = pada/dalam, dan menunjukan keterangan waktu. Kata idz (إِذْ) dibaca idzi (إِذِ) karena kaidah tajwid.

Jadi kata idz (إذ) pada wa-idz (وَإِذْ), ayat ke-60 dari surat Al-Baqarah ini adalah isim zaman atau keterangan waktu. Kata idz (إذ) merupakan isim mabni dengan i'rab sukun yang menempati posisi nasab. Kata idz (إذ) merupakan maf'ul bih atau objek dari kata kerja udzkuruu (أذكروا) yang diperkirakan yang telah dihapus. Kata wa-idz (وَإِذْ) di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyak 72 kali, sedangkan asal kata idz (إذ) dengan segala kemungkinan awalan terdapat sebanyak 310 kali.


1.0. indek = Q002060001
1.1. no surat = 2
1.2. no ayat = 60
1.3. no kalimat = 1
2.0. Qur'anic = وَإِذِ
2.1. Tarjamah = dan ketika
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = وَ
3.1. Tarjamah = dan
3.2. Jenis kalimat = حرف
3.3. Awalan2 =
3.6. Awalan3 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan2 =
5.0. Akhiran1 = 
5.1. Tarjamah =  
5.2. Jenis kalimat = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = إِذْ
6.1. Tarjamah = ketika
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat =
7.1. Tarjamah =
7.2. Jenis kalimat =

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.

Wassalam


References:

  1. http://www.almaany.com/quran/2/60/1/
  2. http://corpus.quran.com/treebank.jsp?chapter=2&verse=60&token=1
  3. http://tanzil.net/#search/quran/وإذ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar