Jumat, 08 Juni 2018

Q002059016 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-59, Kata “bimaa”)

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ


وإذْ قلنا ادْخلُوا هَٰذهِ القريةَ فكلوا منها حيثُ شئتمْ رغدًا وادخلوا البابَ سجّدًا وقولوا حطّةٌ نّغفرْ لكمْ خطاياكمْ ۚ وسنزيدُ المحسنينَ (QS 2:58)

فبدّلَ الّذين ظلموا قولًا غيرَ الّذي قيلَ لهمْ فأنزلْنَا على الّذين ظلموا رجزًا مّنَ السّماءِ بما كانوا يفسقونَ (QS 2:59)

Alhamdulillahi wasyukurillahi 'alaa ni'matillahi. Segala puji dan syukur bagi Allah atas segala nikhmat, baik nikhmat iman, nikhmat Islam dan nikhmat kelezatan dunia yang Allah berikan pada kita. Salawat dan salam kita ucapkan kepada junjungan kita, Nabi dan Rasul yang mulia Muhammad SAW dan keluarga Beliau, kepada para Sahabat RA, para Tabi'in, Tabiut Tabiahum dan kepada semua ummat Islam dimanapun berada sepanjang zaman. Semoga kita semua dapat senantiasa istiqamah menegakkan ajaran Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.

Ayat ke-59 surat Al-Baqarah ini terdiri dari beberapa bagian kalimat sebagai berikut:
  • Lalu mengganti orang-orang yang = فبدّلَ الّذين 
  • zalim = ظلموا
  • perintah dengan (mengerjakan) tidak = قولًا غيرَ 
  • yang diperintahkan kepada mereka. = الّذي قيلَ لهمْ 
  • Sebab itu Kami timpakan = فأنزلْنَا
  • atas orang-orang yang zalim itu = على الّذين ظلموا 
  • siksa dari langit, = رجزًا مّنَ السّماءِ 
  • karena mereka berbuat fasik. = بما كانوا يفسقونَ

Jika Allah menghendaki atau insya Allah (إن شاء الله atau kalau dilatenkan "in syaa-a Allaah"), pada hari ini kita akan membahas kata ke-16 pada ayat ke-59 surat Al-Baqarah, yaitu kata bimaa (بِمَا) = dengan apa atau karena. 

Sebelumnya sudah kita bahas bahwa semua bahasa manusia tersusun dari tiga komponen dasar yaitu:
  1. Satuan bunyi yang disebut huruf atau abjad.
  2. Susunan huruf yang memiliki arti tertentu yang disebut kata (dalam bahasa Arab disebut kalimat = الْكَلِمَة)
  3. Rangkaian kata yang mengandung pikiran yang lengkap yang disebut kalimat (dalam bahasa Arab disebut kalam = الْكَلَامْ atau jumlah = الْجُمْلَة).

Dalam tata bahasa Arab, kalimat atau kata dibagi ke dalam tiga golongan besar:
  1. Isim ( إسْم ) atau atau kata benda, yaitu kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut  tidak terikat dengan waktu.
  2. Fi’il ( فِعْل ) atau kata kerja, yaitu kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut terikat dengan waktu.
  3. Huruf ( حَرْف ) atau kata tugas, yaitu kata yang tidak mempunyai makna yang sempurna kecuali setelah bersambung dengan kata yang lain. Huruf yang dikategorikan sebagai al-kalimah adalah huruf-huruf ma'any (tergantung kebiasaan orang Arab).

Penggunaan istilah Kata Benda, Kata Kerja dan Kata Tugas dalam tata bahasa Indonesia, tidak sama persis dengan Isim, Fi'il dan Harf dalam tata bahasa Arab. Namun bisalah dipakai untuk sekadar mendekatkan pengertian.

Huruf adalah semua kata yang tidak mempunyai makna kecuali ketika bersama yang lainnya. Huruf dalam bahasa arab jumlahnya sedikit, tidak lebih dari 80 dan semuanya mabni.

Huruf bisa juga dibagi atau dikelompokan berdasarkan letaknya dalam kalimat dan pengaruhnya kepada kata-kata setelahnya dengan pembagian sebagai berikut:
  1. Huruf yang masuk ke isim
  • Huruf jarr, yaitu huruf yang memajrurkan isim setelahnya dan isim setelahnya majrur dengan tanda jar.
  • Huruf inna dan saudaranya, yaitu huruf yang masuk ke mubtada’ dan khabar kemudian menashabkan mubtada’ dan dinamakan isimnya (contoh: isim inna) dan merafa’kan khabar dan dinamakan khabarnya (khabar inna).
  • Huruf nida’, yaitu huruf yang datang sebelum munada. Isim setelahnya manshub apabila mudhaf atau menyerupai mudhaf atau nakirah ghairu maqshudah.
  • Huruf istitsna illaa (إِلَّا). Isim setelah illaa (إِلَّا) manshub. Boleh mengikuti mustatsna minhu atau manshub apabila kalimatnya tam manfi. Dii’rab sesuai kedudukannya apabila kalimatnya manfi dan mustatsna minhu tidak disebutkan.
  • Waau ma’iyah, yaitu waau yang bermakna (مع) yang menunjukkan kepada kebersamaan. Isim setelahnya manshub sebagai maf’ul ma’ah.
  • Laam ibtida’. Lam ibtida’ berada di awal kalimat dan tidak ada pengaruhnya kepada i’rab isim setelahnya.

  1. Huruf yang masuk ke fi’il
  • Huruf nashab, yaitu huruf yang menashabkan fi’il mudhari’, fi’il mudhari’ setelahnya manshub dengan fathah atau manshub dengan hadzfun nun apabila termasuk af’al khamsah.
  • Huruf jazm, yaitu huruf yang menjazmkan fi’il mudhari’. Fi’il mudhari’ setelahnya majzum dengan sukun atau dengan hadzfun nun (apabila termasuk af’al khamsah) atau dengan menghilangkan huruf ‘illah (apabila fi’il mu’tal akhir). Catatan, perlu diketahui bahwa huruf in (إِنْ) menjazmkan dua fi’il.
  • Huruf maa (مَا) dan laa (لَا). Keduanya adalah huruf nafi. Biasanya maa (مَا) masuk ke fi’il madhi dan laa (لَا) masuk ke fi’il mudhari’ tanpa adanya pengaruh kepada i’rab fi’il setelahnya.
  • Huruf qad (قَدْ), yaitu huruf yang memberi faidah taukid apabila masuk ke fi’il madhi dan taqlil  apabila masuk ke fi’il mudhari’ tanpa ada pengaruh kepada i’rab fi’il setelahnya.
  • Huruf Siin (س) dan saufa (سَوْفَ). Kedua huruf ini masuk kepada fi’il mudhari’. Siin (س) memberi faidah mustaqbal qarib (masa yang akan datang dalam waktu dekat) dan saufa (سَوْفَ) memberi faidah mustaqbal ba’id (masa yang akan datang dalam waktu jauh). Keduanya tidak mempunyai pengaruh kepada i’rab fi’il setelahnya.

  1. Huruf yang masuk ke isim dan fi’il.
  • Huruf ‘athaf, yaitu huruf yang menjadi perantara antara dua isim atau dua fi’il 9 dan hukum i’rab isim atau fi’il setelahnya sama dengan i’rab isim atau fi’il sebelumnya.
  • Huruf Hamzah (ء) dan hal (هَل). Dua huruf ini termasuk perangkat istifham. Keduanya berada pada awal kalimat sebelum isim atau sebelum fi’il dan tidak ada pengaruhnya pada i’rab isim dan fi’il setelahnya.
  • Huruf haal waau (و), adalah huruf yang mengikat antara shahibul haal dengan kalimat haal, sama saja apakah kalimatnya ismiyah atau fi’liyah (kecuali jumlah fi’liyah yang diawali oleh fi’il mudhari’ mutsbat, maka waau haal (و) tidak masuk ke kalimat tersebut). Kalimat yang setelah waau haal (و) pada posisi nashab, haal.
  • Huruf laam qasam (ل). Huruf yang masuk ke jawab qasam, sama saja apakah jumlah ismiyah atau fi’liyah (kecuali jawab qasam yang manfi).

Sebelumnya sudah kita bahas tentang huruf jarr bahwa huruf jarr dalam bahasa indonesia lebih dikenal dengan kata depan; (di, ke, dari, atas dll). Disebut huruf jarr karena fungsinya adalah menjadikan kata setelahnya menjadi majrur. Ulama Lughah atau ahli bahasa Arab di kota Basroh (Syam)  menamakannya dengan "Huruf jar", sedangkan Ulama Lughah di kota Kufah (Irak) menamakannya dengan "Huruf Khafdh", sebagian mereka menamakannya dengan "Huruf Idhafah".

Kita ketahui bersama,  diantara keistimewaan bahasa arab dibanding dengan bahasa selainnya adalah bahwasannya bahasa arab memilki makna yang luas, dimana satu kata dalam bahasa arab bisa memilki banyak makna. Contohnya adalah pada huruf jarr yang akan kita pelajari kali ini. Para ulama mengumpulkan huruf jarr sebanyak 20 huruf dengan pembagiannya menjadi 3 macam :
  1. Huruf yang tidak khusus berfungsi sebagai huruf jarr, maksudnya terkadang sebagai fi'il, yaitu terdapat 3 huruf : (عدا، خَلا، حاشَ) dan terkadang sebagai isim, yaitu terdapat 4 huruf: (الكَاف، عَلى، عَن، مُذ / مُنذُ)
  2. Huruf jarr yang "syadz" masksudnya maknanya yang menyimpang dari makna aslinya. Yaitu terdapat 4 huruf: (كَي، مَتى، لَعَلّ، لَولَا)
  3. Sisanya adalah huruf jarr asli yang khusus digunakan sebagai huruf jarr. Yaitu 9 huruf adalah: (مِن، إلى، فِى، الباء، اللام، حَتّى، الواو، التاء، ربّّ)

Arti dari masing-masing huruf jarr asli ini adalah sebagai berikut:
  1. Min (مِنْ)  = dari
  2. Ilaa (إِلىَ ) = ke atau kepada
  3. 'An (عَنْ) = dari atau tentang, kadang sebagai isim
  4. 'Alaa (عَلىَ) = di atas, kadang sebagai isim
  5. Fii (فِى) = di dalam
  6. Rubba (رُبَّ) = banyak/sedikit
  7. Al-baa (ب) = dengan
  8. Al-kaf (ك)  = seperti, kadang sebagai isim
  9. Al-laa (ل) = milik/kepunyaan (bagi atau kepada). 

Alhamdulillah, sebelumnya sudah kita bahas bahwa huruf maa (ما) = apa, bisa berupa isim atau huruf. Sebagai isim ada empat kemungkinan sebagai berikut:
  • Isim maushul, digunakan untuk yang tidak berakal.
  • Isim istifham, digunakan untuk menanyakan sesuatu yang tidak berakal.
  • Isim syarat, menjazmkan dua fi’il, fi’il syarat dan jawabnya. 
  • Isim nakirah dengan makna “sesuatu yang agung” (Ma Ta’ajjubiyah), dii’rab pada posisi rafa’ mubtada’. 

Sedangkan maa (ما) sebagai huruf ada beberapa kemungkinan berikut:
  1. Huruf nafi yang masuk ke fi’il : Biasanya masuk ke fi’il madhi dan memberi faidah penafian pada masa lalu, sebagaimana juga masuk ke fi’il mudhari’ kemudian memberi faidah penafian pada masa sekarang atau akan datang. 

  1. Huruf nafi masuk ke mubtada’ dan khabar. 
  • Bisa berupa huruf yang beramal seperti laisa dengan syarat mubtada’ dikedepankan atas khabar dan penafiannya tidak dibatalkan dengan dimasukkannya illa (إلّا) sebelum khabar. 
  • Atau memberi faidah penafian ketika tidak tercukupinya syarat- syarat yang lalu dan tidak mempunyai pengaruh kepada i’rab mubtada’ dan khabar.

  1. Huruf zaidah atau tambahan yang menghalangi amal. 
  • Bisa bersambung dengan inna dan saudaranya (kemudian menghalangi inna dan saudaranya dari menashabkan isim inna dan jadilah isim setelahnya mubtada’ marfu’). 
  • Apabila bersambung dengan fi’il kasyura (كشر) = banyak, qalla (قلّ) = sedikit, dan thaala (طال) = lama, maka huruf tersebut mencegah fi’il-fi’il ini dari membutuhkan fa’il dan setelahnya adalah jumlah fi’liyah. 
  • Apabila bersambung dengan dua huruf jar kaf (ك) dan rubbi (ربّ) maka huruf maa membatalkan amal kedua huruf jar tersebut. Tidak menjarkan isim setelahnya.

  1. Huruf mashdari, adalah huruf maa tersebut bisa ditakwil (diartikan atau ditukar atau digantikan) dengan atau dama fi’il mudhari’ setelahnya sebagai mashdar. 
  • Cara membedakan dengan selain mashdari adalah apabila huruf maa ini dan kalimat setelahnya bisa ditakwilkan kepada mashdar maka disebut huruf mashdari, apabila tidak maka bukan huruf mashdari.
  • Huruf mashdariyah ada 7 sebagai berikut: Anna (َأَنّ), An (أَنْ), Kai (كَيْ), Lau (لَوْ), Hamzah (أ), Maa (مَا) dan Alladzi (الَّذِي).
  • Maa (ما) yang berfungsi sebagai mashdariyah, yaitu setelah huruf maa (مَا) terdapat fi’il dan huruf maa tersebut bisa digantikan dengan bentuk mashdar yang berasal dari fi'ilnya. Huruf mashdariyah menashabkan i'rab kata setelahnya.
  • Huruf maa (مَا) mashdariyah seperti ini tidak bisa diterjemahkan apa adanya, karena menjadi tidak lazim di dalam bahasa Indonesia, tetapi harus diterjemahkan sesuai dengan mashdarnya.

Kata bimaa (بِمَا) terdiri dari dua bagian kata dan/atau huruf sebagai berikut:
  • Huruf al-baa (بِ) = dengan atau kepada, yaitu huruf jaar atau huruf yang berfungsi menjadikan majrur kata setelahnya
  • Kata benda atau isim maa (مَا) = apa yang, yaitu isim maushul atau kata sambung yang digunakan untuk yang tidak berakal.

Jadi kata maa (مَا) pada kata bimaa (بِمَا) pada ayat ke-59 surat Al-Baqarah ini merupakan atau menempati isim majrur karena ada huruf jaar al-baa (بً), tetapi karena isim maushul maa (ما) adalah mabni maka harakatnya tetap fathah - tidak berubah menjadi kasrah. Kata bimaa (بِمَا) merupakan kata jaar wa majrur yang berhubungan atau muta’alaq dengan kata kerja fi’il madhi anzalnaa (أَنْزَلْنَا) pada ka fa-anzalnaa (فَأَنْزَلْنَا) sebelumnya. Kata bimaa (بِمَا) di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyak 314 kali, sedangkan asal kata maa (ما) dengan segala kemungkinan kata awalan terdapat sebanyak 674 kali.

1.0. Indek = Q002059016
1.1. No surat = 2
1.2. No ayat = 59
1.3. No kalimat = 16
2.0. Qur'anic = بِمَا
2.1. Tarjamah = dengan apa atau karena
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = بِ
3.1. Tarjamah = dengan atau kepada
3.2. Jenis kalimat = حرف
3.3. Awalan2 = 
3.6. Awalan3 = 
4.0. Sisipan1 = 
4.3. Sisipan2 = 
5.0. Akhiran1 = 
5.1. Tarjamah =
5.2. Jenis kalimat = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = مَا
6.1. Tarjamah = yang atau apa yang
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = 
7.1. Tarjamah = 
7.2. Jenis kalimat = 

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.

Wassalam


References:

  1. http://www.almaany.com/quran/2/59/16/
  2. http://corpus.quran.com/treebank.jsp?chapter=2&verse=59&token=16
  3. http://tanzil.net/#search/quran/بما

Tidak ada komentar:

Posting Komentar