Minggu, 03 Juni 2018

Q002059011 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-59, Kata “alladziina”)

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ


وإذْ قلنا ادْخلُوا هَٰذهِ القريةَ فكلوا منها حيثُ شئتمْ رغدًا وادخلوا البابَ سجّدًا وقولوا حطّةٌ نّغفرْ لكمْ خطاياكمْ ۚ وسنزيدُ المحسنينَ (QS 2:58)

فبدّلَ الّذين ظلموا قولًا غيرَ الّذي قيلَ لهمْ فأنزلْنَا على الّذين ظلموا رجزًا مّنَ السّماءِ بما كانوا يفسقونَ (QS 2:59)

Alhamdulillahi wasyukurillahi 'alaa ni'matillahi. Segala puji dan syukur bagi Allah atas segala nikhmat, baik nikhmat iman, nikhmat Islam dan nikhmat kelezatan dunia yang Allah berikan pada kita. Salawat dan salam kita ucapkan kepada junjungan kita, Nabi dan Rasul yang mulia Muhammad SAW dan keluarga Beliau, kepada para Sahabat RA, para Tabi'in, Tabiut Tabiahum dan kepada semua ummat Islam dimanapun berada sepanjang zaman. Semoga kita semua dapat senantiasa istiqamah menegakkan ajaran Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.

Ayat ke-59 surat Al-Baqarah ini terdiri dari beberapa bagian kalimat sebagai berikut:
  • Lalu mengganti orang-orang yang = فبدّلَ الّذين 
  • zalim = ظلموا
  • perintah dengan (mengerjakan) tidak = قولًا غيرَ 
  • yang diperintahkan kepada mereka. = الّذي قيلَ لهمْ 
  • Sebab itu Kami timpakan = فأنزلْنَا
  • atas orang-orang yang zalim itu = على الّذين ظلموا 
  • siksa dari langit, = رجزًا مّنَ السّماءِ 
  • karena mereka berbuat fasik. = بما كانوا يفسقونَ

Jika Allah menghendaki atau insya Allah (إن شاء الله atau kalau dilatenkan "in syaa-a Allaah"), pada hari ini kita akan membahas kata ke-11 pada ayat ke-59 surat Al-Baqarah, yaitu kata alladziina (الَّذِيْنَ) = orang-orang (jamak mudzakkar dan/atau muannats) yang.

Sebelumnya sudah kita bahas bahwa semua bahasa manusia tersusun dari tiga komponen dasar yaitu:
  1. Satuan bunyi yang disebut huruf atau abjad.
  2. Susunan huruf yang memiliki arti tertentu yang disebut kata (dalam bahasa Arab disebut kalimat = الْكَلِمَة)
  3. Rangkaian kata yang mengandung pikiran yang lengkap yang disebut kalimat (dalam bahasa Arab disebut kalam = الْكَلَامْ atau jumlah = الْجُمْلَة).

Dalam tata bahasa Arab, kalimat atau kata dibagi ke dalam tiga golongan besar:
  1. Isim ( إسْم ) atau atau kata benda, yaitu kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut  tidak terikat dengan waktu.
  2. Fi’il ( فِعْل ) atau kata kerja, yaitu kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut terikat dengan waktu.
  3. Huruf ( حَرْف ) atau kata tugas, yaitu kata yang tidak mempunyai makna yang sempurna kecuali setelah bersambung dengan kata yang lain. Huruf yang dikategorikan sebagai al-kalimah adalah huruf-huruf ma'any (tergantung kebiasaan orang Arab).

Penggunaan istilah Kata Benda, Kata Kerja dan Kata Tugas dalam tata bahasa Indonesia, tidak sama persis dengan Isim, Fi'il dan Harf dalam tata bahasa Arab. Namun bisalah dipakai untuk sekadar mendekatkan pengertian.

Pembagian Isim:
  1. Isim 'Alam (Kata benda Nama). Dalam golongan Isim, ada yang disebut dengan Isim 'Alam yaitu Isim yang merupakan nama dari seseorang atau sesuatu.

  1. Isim mudzakkar (laki2) dan muannats (perempuan. Dalam tata bahasa Arab, dikenal adanya penggolongan Isim ke dalam Mudzakkar (laki-laki) atau Muannats (perempuan). Penggolongan ini ada yang memang sesuai dengan jenis kelaminnya (untuk manusia dan hewan) dan adapula yang merupakan penggolongan secara bahasa saja (untuk benda dan lain-lain).

Dari segi bentuknya, isim muannats biasanya ditandai dengan adanya tiga jenis huruf di belakangnya yaitu:
  • Ta marbuthah ( ة ): Al-Baqarah (البقرة) = sapi betina, atau Al-Faatihah (الفَاتِحَة) = Pembukaan atau opening
  • Alif maqshurah ( ى ): Salma (سَلْمَى) atau Mushalla (مُصَلَّى) = tempat shalat
  • Alif mamdudah ( اء ): Asma (أَسْمَاء) atau Al-Isra' (الإِسْرَاء) = Perjalanan malam.

Namun adapula isim muannats yang tidak menggunakan tanda-tanda di atas. Misalnya bahrun (بَحْرٌ) = lautan, nafsun (نَفْسٌ) = jiwa atau diri) dan syamsun (شَمْسٌ) = matahari.

Sebaliknya ada pula beberapa isim mudzakkar yang menggunakan Ta marbuthah, seperti Hamzah (حَمْزَة), Thalhah (طَلْحَة) dan Muawiyah (مُعَاوِيَة).

Pengenalan jenis kelamin isim ini diperlukan untuk kita menyusun kalimat atau percakapan. Seperti kita tidak bisa mengatakan dzaalika al-baqarah (itu sapi betina), meskipun secara makna benar tetapi secara tata bahasa salah,  tapi harus tilka al-baqarah (تلك البقرة) = itu sapi betina. Karena, al-baqarah sebagai subjek percakapan adalah dari kata isim jenis perempuan maka kita harus menggunakan kata tunjuk dari jenis perempuan juga yaitu tilka (itu).

Dari segi bilangannya, bentuk-bentuk Isim dibagi tiga:
  1. ISIM MUFRAD (tunggal) kata benda yang hanya satu atau sendiri.
  2. ISIM MUTSANNA (dual) kata benda yang jumlahnya dua.
  3. ISIM JAMAK (plural) atau kata benda yang jumlahnya lebih dari dua.

Menurut penunjukannya, Isim dapat dibagi dua:
  1. ISIM NAKIRAH atau kata benda sebarang atau tak dikenal (tak tentu).
  2. ISIM MA'RIFAH atau kata benda dikenal (tertentu).

Isim Nakirah merupakan bentuk asal dari setiap Isim, biasanya ditandai dengan huruf akhirnya yang bertanwin ( ً ٍ ٌ  ). Sedangkan Isim Ma'rifah biasanya ditandai dengan huruf Alif-Lam ( ال ) di awalnya. 

Alhamdulillah, sebelumnya sudah kita bahas bahwa menurut kaidah-kaidah nahwu, isim dari sisi i'rab (berubahnya harakat akhir) dan bina (tetapnya harakat akhir) dibagi menjadi dua: 
  • Mu'rab, yaitu isim yang harakat akhirnya berubah sesuai dengan posisi dalam kalmat.
  • Mabni, yaitu isim yang harakat akhirnya tetap meskipun posisinya berubah-ubah. 

Isim mu'rab terbagi menjadi:
  1. Marfu', yaitu isim dengan tanda i'rab utamanya dhammah.
  2. Manshub, yaitu isim dengan tanda i'rab utamanya fathah.
  3. Majrur, yaitu isim dengan tanda i'rab utamanya kasrah.

Isim marfu' berada pada 6 posisi, yaitu: 
  1. Mubtada, 
  2. Khabar, 
  3. Isim Kana atau salah satu saudaranya (Termasuk juga isim af'al muqarabah, raja' dan syuru') 
  4. Khabar inna atau salah satu saudaranya.
  5. Fail, dan 
  6. Naibul Fail.
Catatan bahwa setiap isim akan menjadi marfu' apabila mengikuti posisi isim marfu'. 

Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il ma’lum (kata kerja aktif) dan menunjukkan pihak yang melakukan fi’il (pelaku atau subjek) atau menyandang sifat fi’il. Fa'il bisa juga berasal dari isim mabni seperti dhamir (kata ganti orang), isim isyarah (kata tanjuk), isim maushul (kata sambung) dan lain-lain.

Berdasar ilmu sharaf (perubahan bentuk kata) bahwa isim fa'il ini bisa menjadi isim sifat musyabbahah yaitu isim sifat yang menunjukkan kepada pihak yang melakukan fi’il secara terus-menerus atau isim yang menyerupai isim fa'il tetapi lebih condong pada arti sifatnya yang tetap. Tidak seperti isim fa'il, isim sifat hanya bisa dibentuk dari fi'il 3-huruf (fi'il madhinya 3 huruf). 

Pada umumnya isim fa'il dibentuk dari fi'il 3-huruf yang huruf a'innya fathah (فعَل) dengan wazan faa'ilun (فَاعِلٌ). Sedangkan isim sifat musyabbahah dibentuk dari fi'il 3-huruf yang huruf a'innya kasrah (فعِل) atau dhammah (فعُل) dengan beberapa wazan berikut:
  • Untuk fi'il fa'ila (فعِل) wazannya adalah fa'ilun (فَعِلٌ), af'alun (أَفْعَلٌ)  atau fa'laaun (فَعْلَاءٌ) dan fa'laanu (فَعْلَانُ) atau fa'lai (فَعْلَى).
  • Untuk fi'il fa'ula (فعُل) wazannya adalah fa'iilun (فَعِيلٌ), fa'lun (فَعْلٌ), fu'aalun (فُعَالٌ), fa'aalun (فَعَالٌ), fa'alun (فَعَلٌ) dan fu'lun (فُعْلٌ).

Isim mansub adalah isim yang terkena i'rab nashab yang berfungsi sebagai objek. Tanda-tanda isim manshub adalah sebagai berikut:
  • Fathah (ــَــًــ), pada isim mufrad dan jama’ taksir. Fathah dinamakan tanda nashab yang pokok, sedangkan tanda-tanda berikut dinamakan tanda nashab yang cabang. 
  • Al-yaa (ين), pada mutsanna dan jama’ mudzakkar salim. Huruf al-yaa sebelum mutsanna difathahkan dan sebelum jama’ dikasrahkan. 
  • Kasrah (ــِــ) atau ta muannats (تِ), pada jama’ muannats salim. 
  • Alif (ا), pada asmaul khamsah (isim mansub yang lima), yaitu أَبَاكَأَخَاكَحَمَاكَفَاكَذَامَال

Isim menjadi manshub pada 11 posisi, yaitu: 
  1. Khabar kana, 
  2. Isim Inna, 
  3. Maf’ul Bih, 
  4. Maf’ul Muthlaq, 
  5. Maf’ul li Ajlih, 
  6. Maf’ul Ma’ah,
  7. Maf’ul Fih (Zharaf Zaman dan Makan) 
  8. Hal, 
  9. Mustatsna, 
  10. Munada, dan 
  11. Tamyiz. 
Demikian juga isim menjadi manshub apabila mengikuti isim yang manshub. 

Isim majrur adalah isim yang terkena i'rab jar. Tanda-tanda isim majrur adalah sebagai berikut:
  1. Kasrah (ــِــ) pada isim mufrad, jama’ taksir dan jama’ muannats salim. 
  2. Ya’ (ي) pada mutsanna, jama’ mudzakkar salim dan asmaul khamsah (isim yang lima).
  3. Fathah (ــَــًــ), Ada juga isim-isim yang majrur dengan fathah pada isim mufrad dan jama’ taksir.

Isim manjadi majrur pada dua posisi: 
  1. Apabila didahului huruf jar. 
  2. Apabila sebagai mudhaf ilaih.
Demikian juga isim menjadi majrur apabila mengikuti isim yang majrur. 

Sebelumnya sudah kita bahas bahwa Isim maushul termasuk isim yang mabni yaitu isim yang keadaan/harakat akhirnya tidak mengalami perubahan walaupun diletakkan pada posisi yang berbeda dalam suatu kalimat. Kata isim maushul atau kata penghubung adalah kata yang menghubungkan kata sebelumnya dengan kata setelahnya yang disebut shilah. Dalam bahasa Indonesia, Kata sambung semacam ini diwakili oleh kata "yang". 

Berikut beberapa jenis isim maushul:
  • Alladzi (الَّذِيْ) adalah untuk mudzakkar (kata berjenis laki2).
  • Allatii (الَّتِيْ) adalah untuk muannats (kata berjenis perempuan) 
  • Alladzaani (الَّذَانِ) adalah untuk mudzakkar mutsanna (dual)
  • Allatasni (الَّتَانِ) adalah untuk muannats mutsanna (dual) 
  • Alladziina (الَّذِيْنَ) adalah untuk jamak muannats maupun mudzakkar

Seperti sudah kita bahas sebelumnya bahwa setelah isim maushul wajib terdapat shilah yang menjelaskan maknanya. Disyaratkan dalam shilah isim maushul ini mengandung dhamir ('aaid) yang sesuai terhadap maushulnya. Dengan kata lain, apabila maushulnya mufrad (tunggal), maka dhamirnya mufrad, apabila maushulnya mudzakkar (jenis laki2), maka dhamirnya mudzakkar, apabila maushulnya selain dari keduanya, maka dhamirnya pun disesuaikan pula dengannya.

Kata alladziina (الَّذِينَ) = orang-orang (jama’ mudzakkar dan/atau muannats) yang, adalah kata benda isim maushul untuk jama’ muannats maupun mudzakkar.

Jadi kata alladziina (الّذينَ) pada ayat ke-59 surat Al-Baqarah ini adalah isim maushul mabni menempati posisi majrur. Kata alladziina (الّذين) merupakan isim majrur karena kata atau huruf jarr ‘alaa (عَلَى) sebelumnya. Kata atau huruf jarr ‘alaa (عَلَى) dengan kata majrur alladziina (الّذين) berhubungan atau muta’alaq dengan kata kerja fi’il madhi anzalnaa (أَنْزَلْنَا) sebelumnya. Kata alladziina (الّذينَ) di dalam Al-Quran terdapat sebanyak 810 kali, sedangkan kata  alladziina (الّذين) dengan segala kemungkinan awalan terdapat sebanyak 999 kali dan kata isim maushul atau asal kata sambung alladzii (الّذي) terdapat sebanyak ribuan kali.

1.0. Indek = Q002059011
1.1. No surat = 2
1.2. No ayat = 59
1.3. No kalimat = 11
2.0. Qur'anic = الَّذِيْنَ
2.1. Tarjamah = orang2 (jamak muzakkar dan/atau muannats) yang
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 = 
3.1. Tarjamah = 
3.2. Jenis kalimat = 
3.3. Awalan2 = 
3.6. Awalan3 = 
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan2 =
5.0. Akhiran1 = 
5.1. Tarjamah = 
5.2. Jenis kalimat = 
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = الّذي
6.1. Tarjamah = yang atau orang (mufrad mudzakkar) yang
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kata = 
7.1. Tarjamah = 
7.2. Jenis kalimat = 

الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.


الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.

Wassalamu


References:

  1. http://www.almaany.com/quran/2/59/11/
  2. http://corpus.quran.com/treebank.jsp?chapter=2&verse=59&token=9
  3. http://tanzil.net/#search/quran/الّذين

Tidak ada komentar:

Posting Komentar