Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ
وعلّمَ ءادمَ الأسمَآءَ كلّهَا ثمّ عرضهُمْ على الملئكةِ فقالَ أنۢبـٔونِى بأسمَآءِ هؤلآءِ إن كنتمْ صٰدقينَ
(QS2:31)
قالوا۟ سبحٰنَكَ لا علمَ لنَآ إلّا ما علّمتَنَآ ۖ إنّكَ أنتَ العليمُ الحكيمُ (QS 2:32)
Alhamdulillahi wasyukurillahi 'alaa ni'matillahi. Segala puji dan syukur bagi Allah atas segala nikhmat, baik nikhmat iman, nikhmat Islam dan nikhmat kelezatan dunia yang Allah berikan pada kita. Salawat dan salam kita ucapkan kepada junjungan kita, Nabi dan Rasul yang mulia Muhammad SAW dan keluarga Beliau, kepada para Sahabat RA, para Tabi'in, Tabiut Tabiahum dan kepada semua ummat Islam dimanapun berada sepanjang zaman. Semoga kita semua dapat senatiasa istiqamah menegakkan ajaran Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.
Ayat ke-32 surat Al-Baqarah ini terdiri dari beberapa bagian kalimat sebagai berikut:
- Mereka menjawab: = قالوا۟
- "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui = سبحٰنَكَ لا علمَ لنَآ
- selain dari apa yang = إلّا ما
- telah Engkau ajarkan kepada kami; = علّمتَنَآ
- sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". = إنّكَ أنتَ العليمُ الحكيمُ
Jika Allah menghendaki atau insya Allah (إن شاء الله atau kalau dilatenkan "in syaa-a Allaah"), pada hari ini kita akan membahas kata ke-7 dari ayat ke-32 surat Al-Baqarah, yaitu kata maa (مَا) = apa-apa yang.
Alhamdulillah, sebelumnya sudah kita bahas bahwa huruf maa (ما) = apa, bisa berupa isim atau huruf. Sebagai isim ada empat kemungkinan sebagai berikut:
- Isim maushul, yang berarti yang sama seperti alladzii (الّذى), digunakan untuk yang tidak berakal.
- Isim istifham, digunakan untuk menanyakan sesuatu yang tidak berakal.
- Isim syarat, menjazmkan dua fi’il, fi’il syarat dan jawabnya.
- Isim nakirah dengan makna “sesuatu yang agung” (Ma Ta’ajjubiyah), dii’rab pada posisi rafa’ mubtada’.
Sedangkan maa (ما) sebagai huruf ada beberapa kemungkinan berikut:
- Huruf nafi yang masuk ke fi’il : Biasanya masuk ke fi’il madhi dan memberi faidah penafian pada masa lalu, sebagaimana juga masuk ke fi’il mudhari’ kemudian memberi faidah penafian pada masa sekarang atau akan datang.
- Huruf nafi masuk ke mubtada’ dan khabar.
- Bisa berupa huruf yang beramal seperti laisa dengan syarat mubtada’ dikedepankan atas khabar dan penafiannya tidak dibatalkan dengan dimasukkannya illa (إلّا) sebelum khabar.
- Atau memberi faidah penafian ketika tidak tercukupinya syarat- syarat yang lalu dan tidak mempunyai pengaruh kepada i’rab mubtada’ dan khabar.
- Huruf zaidah atau tambahan yang menghalangi amal.
- Bisa bersambung dengan inna dan saudaranya (kemudian menghalangi inna dan saudaranya dari menashabkan isim inna dan jadilah isim setelahnya mubtada’ marfu’).
- Apabila bersambung dengan fi’il kasyura (كشر) = banyak, qalla (قلّ) = sedikit, dan thaala (طال) = lama, maka huruf tersebut mencegah fi’il-fi’il ini dari membutuhkan fa’il dan setelahnya adalah jumlah fi’liyah.
- Apabila bersambung dengan dua huruf jar kaf (ك) dan rubbi (ربّ) maka huruf maa membatalkan amal kedua huruf jar tersebut. Tidak menjarkan isim setelahnya.
- Huruf mashdari, adalah huruf maa tersebut bisa ditakwil (diartikan atau ditukar atau digantikan) dengan atau dama fi’il mudhari’ setelahnya sebagai mashdar.
- Cara membedakan dengan selain mashdari adalah apabila huruf maa ini dan kalimat setelahnya bisa ditakwilkan kepada mashdar maka disebut huruf mashdari, apabila tidak maka bukan huruf mashdari.
- Huruf mashdariyah ada 7 sebagai berikut: Anna (َأَنّ), An (أَنْ), Kai (كَيْ), Lau (لَوْ), Hamzah (أ), Maa (مَا) dan Alladzi (الَّذِي).
- Maa (ما) yang berfungsi sebagai mashdariyah, yaitu setelah huruf maa (مَا) terdapat fi’il dan huruf maa tersebut bisa digantikan dengan bentuk mashdar yang berasal dari fi'ilnya. Huruf mashdariyah menashabkan i'rab kata setelahnya.
- Huruf maa (مَا) mashdariyah seperti ini tidak bisa diterjemahkan apa adanya, karena menjadi tidak lazim di dalam bahasa Indonesia, tetapi harus diterjemahkan sesuai dengan mashdarnya.
Jadi kata maa (مَّا) pada ayat ke-32 surat Al-Baqarah ini merupakan Isim maushul atau penghubung, mempunyai arti yang (الّذي) mabni dengan ciri sukun. Kata isim maushul maa (ما) ini merupakan mustatsnaa, yaitu kata (biasanya isim) yang jatuh sesudah adat istitsnaa’ illaa (إلّا) sebelumnya. Kata benda isim maushul maa (ما) juga merupakan badal dari khabar laa (لَا) saudara inna (إِنَّ) yang dihapus (mahdzuf) sebelumnya. Dengan demikian i'rab kata maa (ما) karena berada dalam kalimat sempurna dan negatif, maka boleh menghukumi mustatsna sebagai badal (mengikuti mustatsnaa' minhu). Kata maa (ما) ini di dalam Al Qur'an terdapat sebanyak 1013 kali, sedangkan kata maa (ما) dengan semua kemungkinan awalan atau akhiran terdapat sebanyak ribuan kali.
1.0. Indek = Q002032007
1.1. No surat = 2
1.2. No ayat = 32
1.3. No kalimat = 7
2.0. Qur'anic = مَا
2.1. Tarjamah = apa-apa yang
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 =
3.1. Tarjamah =
3.2. Jenis kalimat =
3.3. Awalan2 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan2 =
5.0. Akhiran1 =
5.1. Tarjamah =
5.2. Jenis kalimat =
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = مَا
6.1. Tarjamah = yang
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat =
7.1. Tarjamah =
7.2. Jenis kalimat =
الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ
Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.
Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar