Kamis, 23 Februari 2017

Q002027007 (Surat Al-Baqarah, Ayat ke-27, Kata "miitsaaqihi")

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

بسمِ اللهِ الرّحمٰنِ الرّحيمِ

‎۞ إنّ اللهَ لا يستحىِۦٓ أن يضربَ مثلًا مّا بعوضةً فما فوقهَا ۚ فأمَّا الّذين ءامنُوا۟ فيعلمُون أنّهُ الحقُّ من رّبّهِمْ ۖ وأمَّا الّذين كفرُوا۟ فيقولُون ماذآ أرادَ اللهُ بهٰذا مثلًا ۘ يضلُّ بهِۦ كثيرًا ويهْدِى بهِۦ كثيرًا ۚ وما يضلُّ بهِۦٓ إلَّا الفٰسقِين (QS 2:26)

‎الّذينَ ينقضُونَ عهدَ اللهِ منۢ بعدِ ميثٰقِهِۦ ويقطعُونَ مآ أمرَ اللهُ بهِۦٓ أَن يوصلَ ويفسدُونَ فى الأرضِ ۚ أولٓئكَ همُ الخٰسرُونَ (QS 2:27)

Alhamdulillahi wasyukurillahi 'alaa ni'matillahi. Segala puji dan syukur bagi Allah atas segala nikhmat, baik nikhmat iman, nikhmat Islam dan nikhmat kelezatan dunia yang Allah berikan pada kita. Salawat dan salam kita ucapkan kepada junjungan kita, Nabi dan Rasul yang mulia Muhammad SAW dan keluarga Beliau, kepada para Sahabat RA, para Tabi'in, Tabiut Tabiahum dan kepada semua ummat Islam dimanapun berada sepanjang zaman. Semoga kita semua dapat senatiasa istiqamah menegakkan ajaran Islam sampai akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabb al'aalamiin.

Ayat ke-27 surat Al-Baqarah ini terdiri dari beberapa bagian kalimat sebagai berikut:
- (yaitu) orang-orang yang melanggar = الّذينَ ينقضُونَ
- perjanjian Allah = عهدَ اللهِ
- sesudah perjanjian itu teguh, = منۢ بعدِ ميثٰقِهِۦ
- dan memutuskan apa yang = ويقطعُونَ مآ أمرَ
- diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk = اللهُ بهِۦٓ أَن
- menghubungkannya = يوصلَ
- dan membuat kerusakan di muka bumi. = ويفسدُونَ فى الأرضِ ۚ
- Mereka itulah orang-orang yang rugi. = أولٓئكَ همُ الخٰسرُونَ

Jika Allah menghendaki atau insya Allah (إن شاء الله atau kalau dilatenkan "in syaa-a Allaah"), pada hari ini kita akan membahas kata ke-7 dari ayat ke-27 surat Al-Baqarah, yaitu kata miitsaaqihi (مِيْثٰقِهِ) = peneguhannya (mufrad mudzakkar) atau peneguh perjanjian.

Sebelumnya sudah kita bahas bahwa wazan dari kata kerja fi'il bentuk ke-1 (dari 14) yaitu fi'il tsulatsi mazid untuk Mitsaal (M), Ajwaf (A) dan Naaqish (N) adalah sebagai berikut:
1. AM1 = wa'ala (وَعَلَ) - ya'ilu (يَعِلُ) - 'il (عِلْ)
2. AM2 = wa'ala (وَعَلَ) - ya'alu (يَعَلُ) - 'al (عَلْ)
3. AM3 = wa'ila (وَعِلَ) - ya'ilu (يَعِلُ) - 'il (عِلْ)
4. AM4 = wa'ila (وَعِلَ) - yau'alu (يَوْعَلُ) - ii'al (اِيْعَلْ)
5. AM5 = wa'ula (وَعُلَ) - yau'ulu (يَوْعُلُ) - uu'ul (اُوْعُلْ)
6. AM6 = ya'ila (يَعِلَ) - yai'alu (يَيْعَلُ) - ii'al (اِيْعَلْ)
7. AM7 = wa'ila (وَعِلَ) - ya'alu (يَعَلُ) - 'al (عَلْ)
8. AA1 = faala (فَالَ) - yafuulu (يَفُوْلُ) - ful (فُلْ), ajwaf waw (و) dimana huruf 'illat waw (و) menjadi alif (ا)
9. AA2 = aala (آلَ) atau (ءَالَ) - yauulu (يَؤُوْلُ) - ul (أُلْ), ajwaf waw (و) dimana huruf 'illat waw (و) menjadi alif (ا)
10. AA3 = faala (فَالَ) - yafaalu (يَفَالُ) - fal (فَلْ), ajwaf waw (و) dimana huruf 'illat waw (و) menjadi alif (ا)
11. AA4 = faala (فَالَ) - yafiilu (يَفِيْلُ) - fil (فِلْ), ajwaf yaa (ي) dimana huruf 'illat yaa (ي) menjadi alif (ا)
12. AA5 = laisa (لَيْسَ), tidak ada tashrifnya
13. AA6 = faala (فَالَ) - yafaalu (يَفَالُ) - fal (فَلْ), ajwaf yaa (ي) dimana huruf 'illat yaa (ي) menjadi alif (ا)
14. AN1 = fa'aa (فَعَا) - yaf'uu (يَفْعُوْ) - uf'u (اُفْعُ), naaqish waw (و) dimana huruf 'illat waw (و) menjadi alif (ا)
15. AN2 = fa'iya (فَعِيَ) - yaf'aa (يَفْعَى) - if'a (اِفْعَ)
16. AN3 = fa'aa (فَعَى) - yaf'ii (يَفْعِيْ) - if'i (اِفْعِ)
17. AN4 = Fa'aa (فَعَى) - yaf'aa (يَفْعَى) - if'a (اِفْعَ)

Sebelumnya juga sudah kita bahas berbagai macam kata isim dhamir, yaitu munfashil (terpisah), muttashil (menyambung) dan mustatir (ghaib atau tersembunyi). Dhamir muttashil adalah dhamir yang tersambung ketika dituliskan. Fungsi dhamir muttashil ada tiga macam:
- Dhamir rafa' muttashil, selalu bersambung dengan fi'il atau kana dan saudaranya.
- Dhamir nashab muttashil, bersambung dengan fi'il atau huruf nashab inna dan saudaranya.
- Dhamir jar muttashil, bersambung dengan isim atau huruf jar.

Dhamir Muttashil berdasarkan pihak yang berbicara terdiri dari tiga jenis sebagai berikut:
A. Pihak Ketiga (yang dibicarakan) atau Ghaib, yaitu:
- Dia tunggal atau seorang laki-laki هُ - hu
- Mereka (dual atau 2 orang laki-laki) هُمَا – humaa
- Mereka (jamak atau 3 orang laki-laki atau lebih) هُمْ - hum
- Dia (tunggal atau seorang perempuan) هَا - ha
- Mereka (dual atau 2 orang perempuan) هُمَا – humaa
- Mereka (jamak atau 3 orang perempuan atau lebih) هُنَّ - hunna

B. Pihak Kedua (yang diajak bicara) atau Mukhatab, yaitu:
- Kamu (tunggal atau seorang laki-laki) كَ – ka
- Kalian (dual atau 2 orang laki-laki) كُمَا – kumaa
- Kalian (jamak atau 3 orang laki-laki atau lebih) كٌمْ - kum
- Kamu (tunggal atau seorang perempuan) كِ – ki
- Kalian (dual atau 2 orang perempuan كُمَا – kumaa
- Kalian (jamak 3 orang perempuan atau lebih) كٌنَّ -kunna

C. Pihak Kesatu (yang berbicara) atau Mutakalim, yaitu:
- Saya tunggal seorang laki-laki atau perempuan نِى - ni
- Kami dua atau lebih laki-laki dan/atau perempuan نَا – na

Sebelumnya juga sudah kita bahas tentang huruf lemah atau huruf al-'illat (العلّة) atau penyakit, yaitu yang terdiri dari ا، ي ، و. Disebut huruf lemah atau penyakit (العلّة) karena jika terdapat didalam akar kata, maka huruf ini dapat berubah diantara mereka karena perubahan kalimat.

Perubahan huruf 'illat (ايو) - "aywa"
1. Posisi di awal kata: Huruf yaa' (ي) dan waw (و) berharakat akan berubah menjadi waw ( و) dan/atau yaa' (ي) tidak berharakat.
2. Posisi di tengah kata:
- Huruf alif (ا) tidak berharakat berubah menjadi yaa' (ي) atau waw (و) tidak berharakat.
- Huruf yaa' mati (يْ) atau waw (و) tidak berharakat berubah menjadi alif (ا) tidak berharakat.
3. Posisi di akhir kata:
- Huruf alif (ا) tidak berharakat berubah menjadi waw (و) tidak berharakat.
- Huruf yaa' mati (يْ) berubah menjadi alif maqshuurah (ى), alif maqshuurah tidak berharakat sama sekali.
- Huruf waw (و)  tidak berharakat berubah menjadi alif (ا) tidak berharakat.

Berikut kita bahas terlebih dahulu mengenai isim menurut kaidah ilmu sharaf atau perubahan bentuk kata. Pembahasan isim – menurut kaidah-kaidah sharaf - mencakup pembagian-pembagian berikut ini:
1. Isim menurut bentuknya terbagi menjadi shahih akhir dan ghair shahih akhir.
2. Isim menurut kepastiannya terbagi menjadi nakirah dan ma’rifah.
3. Isim menurut jenisnya terbagi menjadi mudzakkar dan muannats
4. Isim menurut jumlahnya terbagi menjadi mufrad, mutsanna, dan jama’
5. Isim menurut susunannya terbagi menjadi jamid dan musytaq
6. Isim menurut tashghirnya.
7. Isim menurut penisbatannya.

Isim musytaq adalah isim yang diambil dari kata selainnya dan menunjukkan kepada sesuatu yang disifati dengan sifat. Isytiqoq adalah proses pembentukan kata dari kata yang lain dengan penyesuaian antara keduanya dalam hal makna dan perubahan lafazh. Isim-isim musytaq ada 7, yaitu:
1. Isim fa’il (dan shighah mubalaghah),
2. Isim maf’ul,
3. Shifah musyabbahah bismil fa’il,
4. Isim tafdhil,
5. Isim zaman,
6. Isim makan,
7. Isim alat

Isim alat adalah isim musytaq yang menunjukkan kepada perangkat
terjadinya fi’il. Isim alat dibentuk dari fi’il tsulatsi muta’addi dengan 3 wazan sama’i (berdasarkan yang didengar atau diucapkan oleh orang Arab) berikut:
- Mif'aalun (مِفْعَالٌ)
- Mif'alun (مِفْعَلٌ)
- Mif'alatun (مِفْعَلَةٌ)
Catatan bahwa terkadang isim alat mempunyai wazan yang berbeda dengan ketiga wazan tersebut.

Sebelumnya juga sudah kita bahas tentang kata majemuk yang tidak sempurna yang terdiri dari isim-isim. Rangkaian dua buah Isim atau lebih, satu kata di depannya dalam keadaan Nakirah (tapi tanpa tanwin) dinamakan Mudhaf sedang kata yang paling belakang adalah Ma'rifah dinamakan Mudhaf Ilaih. Mudhaf Ilaih selalu sebagai Isim Majrur, sedangkan Mudhaf (Isim di depannya) bisa dalam bentuk Marfu', Manshub maupun Majrur, tergantung kedudukannya dalam kalimat.

Kata miitsaaqihi (مِيْثٰقِهِ) terdiri dari dua bagian kata berikut:
- Kata miitsaaqi (مِيْثٰقِ) = peneguhan, adalah kata benda atau isim alat. Kata miitsaaqi (مِيْثٰقِ) aslinya miutsaaqun (موثاق) berasal dari kata kerja fi'il watsuqa (وَثُقَ) dengan wazan mif'aalun (مِفْعَالٌ). Karena huruf 'illat waw (و) pada posisi pertama faa (ف) tidak berharakat, maka huruf 'illat waw (و) berubah menjadi huruf 'illat yaa (ي). Kata kerja watsuqa (وَثُقَ) = dia laki2 tunggal telah menjadi teguh atau kuat, adalah kata kerja fi'il tsulatsi mujarrad mitsal waw bentuk ke-1 dari 14 dengan wazan wa'ula (وَعُلَ) - yau'ulu (يَوْعُلُ) atau indeks AM5.
- Kata hi (هِ) = dia (laki2 tunggal), adalah dhamir jar mutashil yang bersambung dengan isim alat miitsaaqi (ميثاق) sebelumnya. Sebelumnya sudah kita bahas bahwa kata hu (ـهُ) dan hi (ـهِ) adalah kata yang sama artinya dan merupakan dhamir jar muthashil dari huwa (هو).

Jadi kata miitsaaqi (مِيْثٰقِ) dari kata miitsaaqihi (مِيْثٰقِهِ) pada ayat ke-27 ini adalah isim majrur dengan ciri utama kasrah. Kata miitsaaqi (مِيْثٰقِ) merupakan mudh'af ilaihi dari kata mudhaf ba'di (بعدِ) sebelumnya dalam jumlah mudhaf - mudhaf ilaihi. Kata hi (هِ) dari kata miitsaaqihi (مِيْثٰقِهِ) pada ayat ke-27 ini juga merupakan mudh'af ilaihi dari kata mudhaf miitsaaqi (مِيْثٰقِ) sebelumnya dalam jumlah mudhaf - mudhaf ilaihi. Kata miitsaaqihi (مِيْثٰقِهِ) merupakan bagian shilah dari kata 'alladziina (الَّذِيْنَ) sebelumnya. Kata miitsaaqihi (مِيْثٰقِهِ) di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyak 2 kali, sedangkan asal kata miitsaaq (مِيْثٰق) untuk semua kemungkinan awalan, alhiran dan/atau i'rab terdapat sebanyak 25 kali dan akar kata watsuqa (وَثُقَ) terdapat sebanyak 34 kali.

1.0. Indek = Q002027007
1.1. No surat = 2
1.2. No ayat = 27
1.3. No kalimat = 7
2.0. Qur'anic = مِيْثَاقِهِ
2.1. Tarjamah = peneguhannya (perjanjian)
2.2. Jenis kalimat = إسم
3.0. Awalan1 =
3.1. Tarjamah =
3.2. Jenis kalimat =
3.3. Awalan2 =
4.0. Sisipan1 =
4.3. Sisipan2 =
5.0. Akhiran1 = هِ
5.1. Tarjamah = nya (mufrad mudzakkar)
5.2. Jenis kalimat = إسم
5.3. Akhiran2 =
5.6. Akhiran3 =
6.0. Asal kalimat = ميثاق
6.1. Tarjamah = peneguhan
6.2. Jenis kalimat = إسم
7.0. Akar kalimat = وَثُقَ
7.1. Tarjamah = dia laki2 tunggal telah menjadi teguh atau kuat
7.2. Jenis kalimat = فعل

‎الحمدُ للّـهِ ربِّ العٰلمِينَ

Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagi-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah. Saya mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu yaa Allah.

Semoga bermamfa'at, wallahu a'lamu bish-shawaabi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar